Senin, 13 Maret 2017

Niat Jahat Tapi Tidak di Lakukan Allah Berikan Satu Kebaikan Penuh


Al-Khathabi mengatakan, “Niat adalah bermaksud untuk mengerjakan sesuatu dengan hati dan menjatuhkan pilihan untuk melakukan hal tersebut. Namun ada juga yang berpendapat bahwa niat adalah tekad bulat hati.”

Dr. Umar al-Asyqar mengatakan, “Mendefinisikan dengan niat dan maksud yang tekad bulat adalah pendapat yang kuat. Definisi tersebut mengacu kepada makna kata niat dalam bahasa Arab.”

Dari Umar radhiallahu‘anhu, beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallambersabda, “Semua amal itu tergantung niatnya dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barangsiapa yang hijrahnya kepada Allah dan RasulNya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan RasulNya. Barangsiapa yang hijrahnya itu karena dunia yang ingin ia dapatkan  atau karena seorang wanita yang akan dinikahinya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa semua amalan apakah itu amalan baik maupun buruk, maka pasti diiringi dengan niat. Jika seseorang berniat melakukan amalan yang hukum asalnya mubah dengan niat yang baik, maka dia diberi pahala dengan niatnya tersebut. Jika ia berniat dengan maksud yang buruk, maka ia akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.

Akan tetapi ada niat orang yang baik dan buruk terlaksana. Namun tidak sedikit juga niat baik dan buruk seseorang tersebut tidak terlaksana. Sebagaimana di jelaskan oleh Rasulullah Saw.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas Ra. bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda di dalam hadits Qudsi (firman Allah Swt dengan redaksi dari Nabi Muhammad Saw):

"Sesungguhnya Allah telah (menugaskan malaikat untuk) mencatat kebaikan dan kejahatan setiap orang, kemudian Allah memberikan penjelasan dalam hal itu, "Siapa yang berniat akan melakukan suatu kebaikan namun tidak dilakukannya, maka Allah mencatat satu kebaikan penuh untuknya. Jika seseorang berniat akan melaksanakan suatu kebaikan kemudian dilaksanakannya, maka Allah mencatat sepuluh hingga seratus kebaikan untuknya atau dengan kelipatan lebih banyak lagi. Siapa yang berniat akan melakukan suatu kejahatan namun tidak dilaksanakannya, maka Allah mencatat untuknya satu kebaikan penuh. Jika seseorang berniat akan melaksanakan suatu kejahatan kemudian benar-benar dilaksanakannya, maka Allah mencatat untuknya satu kejahatan." (HR. Bukhari no. 6491, Muslim no. 131)


Dalam hadis ini Nabi Saw menjelaskan betapa banyak kelebihan yang Allah Swt berikan kepada makhluk-Nya. Di antaranya yaitu orang yang berniat melakukan kebaikan sekalipun belum dilaksanakan mendapat satu pahala, sedangkan orang yang berniat berbuat dosa tetapi tidak jadi dikerjakan, mendapat satu pahala, dan bila ia laksanakan mendapat satu dosa. Orang yang berniat baik kemudian melaksanakannya, Allah Swt tetapkan baginya sepuluh kali pahala. Ini adalah suatu keutamaan yang sangat besar, yaitu dengan melipat gandakan pahala kebaikan, tetapi tidak melipat gandakan siksa atas perbuatan dosa. Allah Swt tetapkan keinginan berbuat baik sebagai suatu kebaikan, karena keinginan berbuat baik itu merupakan perbuatan hati yang ditekadkannya.

Thabari berkata : “Hadits ini membenarkan pendapat yang mengatakan : ’Pembatalan niat seseorang dalam melakukan kebaikan atau keburukan tetap dicatat oleh malaikat, asalkan dia menyadari apa yang diniatkan itu”.

Ia membantah pendapat yang beranggapan bahwa malaikat hanya mencatat pembatalan pada perbuatan-perbuatan yang zhahir atau sesuatu yang dapat didengar. Ini berarti dua malaikat yang ditugasi mengawasi manusia mengetahui apa yang diniatkan oleh seseorang. Boleh juga Allah Swt memberikan cara kepada para malaikat itu untuk mengetahui hal itu sebagaimana Allah telah memberikan jalan kepada sebagian besar Nabi-Nya dalam beberapa perkara ghaib.

Sedangkan pendapat yang lain, Seseorang berniat dengan suatu keburukan dengan hatinya (dan ini bukan haditsun nafs/bisikan dalam hati yang lewat begitu saja). Akan tetapi setelah mempertimbangkan, akhirnya niatan amalan itu ia tinggalkan karena Allah. Maka ia diberi 1 pahala kebaikan yang sempurna.

Maka di sini, meninggalkan suatu perbuatan dianggap sebagai amalan, meski ia tidak melakukan apa-apa. Tetapi karena niatnya untuk Allah, maka ia diberi pahala.

Sebagai contohnya:

Seseorang yang diajak mencuri sehingga ia pun berniat melakukan pencurian. Akan tetapi setelah ia pertimbangkan lagi, ia tidak jadi melakukan perbuatan tersebut karena mengingat bahwa mencuri itu dilarang dalam agama Islam dan hukumnya haram. Maka baginya pahala karena telah meninggalkan kejelekkan karena Allah Swt.

Ini menunjukkan kebaikan dan keutamaan Allah subhanahu wa ta’ala, yang mana rahmat-Nya mendahului murka-Nya. Meski seseorang sudah berniat buruk, lalu niatan tersebut ia urungkan. Ia tidak hanya dihindarkan dari dosa, tetapi juga mendapat pahala.

Demikianlah sahabat bacaan madani hadits tentang niat baik dan buruk yang terlaksana dan yang tidak terlaksana. Mudah-mudahan dalam kehidupan kita ini selalu berniat baik dan terlaksana. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.