Selasa, 18 April 2017

Kisah Keajaiban Surat Khusus Khalifah Umar untuk Sungai Nil

Umar bin Khattab adalah salah satu dari empat khalifah yang dikenal karakternya yang tegas, bijaksana, kasar dan banyak ditakuti oleh kaum Quraisy pada saat itu.Umar bin Khattab menjadi Khalifah setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk untuk menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah kedua dalam sejarah Islam.

Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan oleh kekhalifahan Islam dibawah pimpinan Umar.

Dalam sejarah kepemimpinan khalifah Umar bin Khattab, beliau pernah sekali mengirim surat yang di tujukan ke sungai Nil. Yang pada saat itu dilanda kekeringan. Hal ini memang di luar nalar manusia awam.

Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir (3/480) bercerita tentang karamah Khalifah Umar bin Khattab ra.:

Mesir jatuh ke pelukan Islam. Khalifah Umar mengangkat Amr bin ‘Ash ra  panglima pembebasan sebagai Gubernur di Mesir.

Ketika telah masuk masa Islam, pada suatu saat, sungai Nil yang seharusnya sudah mengalir, ternyata tidak mengalir. Penduduk Mesir kemudian mendatangi 'Amr bin 'Ash dan melaporkan bahwa sungai Nil kering sehingga harus diberi tumbal.

Mereka berkata, “Wahai pemimpin kami, Sungai Nil di tempat kami punya kebiasaan tidak mau mengalirkan air kecuali permintaannya dipenuhi.”

“Apa permintaannya?” tanya Amr bin ‘Ash ra.

“Kalau sudah tanggal 12 bulan ini, kami biasa mencari seorang gadis perawan. Setelah kami berhasil membuat orang tuanya rela maka kami dandani gadis itu dengan pakaian dan perhiasan yang paling bagus. Setelah itu kami lemparkan dia ke sungai Nil sebagai tumbal,” jawab mereka.

Amr bin ‘Ash ra memotong, “"Sesungguhnya hal ini tidak boleh dilakukan karena Islam telah menghapus tradisi tersebut."

Karena tidak ada solusi yang lain, para penduduk Mesir yang menetap di sekitar Nil memutuskan untuk menetap sementara seperti biasa. Apabila air Sungai Nil tidak mengalir, mereka berencana pindah ke wilayah lain.

Melihat keadaan itu, Amr bin ‘Ash berkirim surat kepada Khalifah Umar bin Khattab di Madinah. Amr melaporkan peristiwa yang dihadapinya dan meminta nasihat kepada Khalifa Umar bin Khattab apa yang mesti di lakukan.

Khalifah Umar bin Khattab membalas surat Amr. Dalam surat tersebut Khalifah Umar bin Khattab menulis, “Tindakanmu benar. Islam memang menghapus kebiasaan buruk sebelumnya. Aku telah mengirim 'kertas khusus' untuk engkau lempar ke sungai Nil.”

Surat Khalifah Umar bin Khattab sampai ke tangan Amr. Amr membaca isi kertas 'surat khusus' yang ditulis Khalifah Umar bin Khattab untuk sungai Nil yang berbunyi:

 “Dari hamba Allah, Umar untuk Nil. Jika engkau mengalir karena kemauanmu sendiri, janganlah engkau mengalir. Tetapi bila engkau mengalir karena diperintah oleh Allah, maka aku meminta kepada Allah Swt  agar menjadikanmu mengalir.”

Kertas itu dilempar Amr bin ‘Ash ke sungai Nil. Saat itu penduduk Mesir tengah bersiap-siap untuk pindah ke wilayah lain karena sungai Nil yang menjadi sumber penghidupan mereka berhenti mengalirkan air.

Setelah surat Khalifah Umar bin Khattab dilemparkan ke sungai Nil, keesokan harinya, air Sungai Nil telah mengalir dengan ketinggian enam belas hasta dalam waktu satu malam.

Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Khalifah Umar bin Khattab mengirim surat untuk sungai Nil. Kejadian semua ini adalah dengan izin Allah Swt. Supaya orang-orang Mesir meninggalkan perbuatan slah yang mereka lakukan sebelum-sebelumnya. Sejak itu adat buruk masyarakat Mesir melempar tumbal seorang gadis hidup-hidup ke tengah Sungai Nil berhenti. Mudah-mudahan kita dijauhkan dari hal-hal yang berbau syirik. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.