Rabu, 10 Mei 2017

Nasehat Para Nabi Terdahulu yang Masih Dikenal Manusia Hingga Kini

Sejatinya ajaran-ajaran para Nabi dan Rasul yang diutus oleh Allah Swt memiliki tujuan yang sama. Tidak ditemukan perbedaan dalam ajaran yang prinsip. Salah satu ajaran Nabi dan Rasul terdahulu yang secara prinsipnya sama dengan ajaran Islam adalah tentang tauhid (pengesaan Allah swt) dan keimanan.

Nabi dan Rasul yang di utus Allah Swt bertujuan untuk memperbaiki akidah dan akhlak manusia. para Nabi dan Rasul akan memberi kabar gembira dan peringatan. Tujuannya agar manusia selamat dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an,

وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ ۖ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

”Dan tidaklah Kami mengutus para Rasul itu melainkan untuk memberi khabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-An`am:48)

Dari ayat tersebut diatas menjelaskan kalau tugas Nabi dan Rasul itu antara lain adalah memperbaiki akhlak manusia agar menjadi manusia yang beradab dan faedahnya kembali kepada manusia itu sendiri.

Selain ajaran Nabi dan Rasul tentang Tauhid, ada juga perkataan atau ajaran para Nabi dan Rasul terdahulu tidak sirna dan masih dikenal oleh umat manusia. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda,

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amr Al-Anshari Al-Badri Ra Dia berkata: Rasulullah Saw pernah bersabda, “Sesungguhnya sebagian ajaran yang masih dikenal umat manusia dari perkataan para Nabi terdahulu adalah: ‘Bila kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu.” (HR Bukhari)

Ajaran para Nabi, sejak nabi pertama hingga Nabi terakhir, ada yang sudah sirna dan ada yang tidak. Di antara ajaran yang tidak pernah sirna adalah rasa malu. Hal ini menunjukkan bahwa rasa malu memiliki kedudukan yang sangat tinggi di dalam agama.

Malu merupakan akhlak mulia paling penting dan faktor terkuat untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan. Karena itu, ia termasuk nasehat para Nabi terdahulu yang tidak dihapus. Manusia mewariskannya dari para Nabi dan Rasul dari masa kemasa, dan masih dipegang teguh oleh umat manusia.

Malu adalah salah satu bentuk emosi manusia. Malu memiliki arti beragam, yaitu sebuah emosi, pengertian, pernyataan, atau kondisi yang dialami manusia akibat sebuah tindakan yang dilakukannya sebelumnya, dan kemudian ingin ditutupinya. Penyandang rasa malu secara alami ingin menyembunyikan diri dari orang lain karena perasaan tidak nyaman jika perbuatannya diketahui oleh orang lain.

Ulama berbeda pendapat dalam memahami sabda Nabi Saw: “berbuatlah sesukamu”, sebagian memahami sebagai perintah dan sebagian yang lain memahami bukan sebagai perintah. Ulama yang memahami sebagai perintah, menjelaskan bahwa jika sesuatu yang hendak diperbuat tidak mendatangkan rasa malu maka lakukanlah sesuai dengan yang diinginkan. Dan ulama yang memahami bukan sebagai perintah, ada dua penjelasan yaitu:

Maknanya sebagai ancaman. Ancaman bagi yang tidak memiliki rasa malu yang berbuat memperturutkan hawa nafsunya.

Maknanya sebagai berita. Memberitakan barang siapa yang tidak memiliki rasa malu pasti akan berbuat sesuka hatinya.

Pelajaran yang terdapat dalam hadits.

1.Malu merupakan tema yang telah disepakati oleh para nabi dan tidak terhapus ajarannya.

2.Jika seseorang telah meninggalkan rasa malu, maka jangan harap lagi (kebaikan) darinya sedikitpun.

3.Malu merupakan landasan akhlak mulia dan selalu bermuara kepada kebaikan. Siapa yang banyak malunya lebih banyak kebaikannya, dan siapa yang sedikit rasa malunya semakin sedikit kebaikannya.

4.Rasa malu merupakan prilaku dan dapat dibentuk. Maka setiap orang yang memiliki tanggung jawab hendaknya memperhatikan bimbingan terhadap mereka yang menjadi tanggung jawabnya.

5.Tidak ada rasa malu dalam mengajarkan hukum-hukum agama serta menuntut ilmu dan kebenaran . Allah ta’ala berfirman : “ Dan Allah tidak malu dari kebenaran “ (33 : 53).

6.Diantara manfaat rasa malu adalah  ‘Iffah (menjaga diri dari perbuatan tercela) dan Wafa’ (menepati janji)

7.Rasa malu merupakan cabang iman yang wajib diwujudkan.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang rasa malu merupakan ajaran para Nabi dan Rasul-rasul Allah Swt. Memilki rasa malu sangat diperlukan agar kita dijauhkan dari sifat tercela. Mudah-mudahan kita memilki rasa malu kepada Allah Swt, apabila berbuat salah dan malu apabila tidak berbuat baik. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.