Sabtu, 10 Juni 2017

Kisah Imam Malik yang Tidak Takut Dikatakan Bodoh

Imam Malik dilahirkan di Madinah al Munawwaroh. Ia adalah pakar ilmu fikih dan hadits, serta pendiri Mazhab Maliki. Beliau menyusun kitab Al Muwaththa', dan dalam penyusunannya ia menghabiskan waktu 40 tahun, selama waktu itu, ia menunjukan kepada 70 ahli fiqh Madinah.

Kitab tersebut menghimpun 100.000 hadits, dan yang meriwayatkan Al Muwaththa’ lebih dari seribu orang, karena itu naskahnya berbeda beda dan seluruhnya berjumlah 30 naskah, tetapi yang terkenal hanya 20 buah. Dan yang paling masyur adalah riwayat dari Yahya bin Yahyah al Laitsi al Andalusi al Mashmudi.

Imam Malik selaku mujtahid, lebih-lebih mujtahid mutlak yang merupakan sebutan bagi sejumlah orang yang memiliki derajat tertinggi dalam ijtihad pastilah memahami Al Qur`an dan As Sunnah lebih banyak daripada ulama yang tidak sampai pada derajat itu, lebih berhati-hati dalam berfatwa, serta telah mengeluarkan seluruh kemampuan yang dimiliki dalam berijtihad.

Kepintaran Imam Malik banyak mendapatkan pujian dari Ulama yang lain.
An Nasa’i berkata,” Tidak ada yang saya lihat orang yang pintar, mulia dan jujur, tepercaya periwayatan haditsnya melebihi Malik, kami tidak tahu dia ada meriwayatkan hadits dari rawi matruk, kecuali Abdul Karim”.

(Ket: Abdul Karim bin Abi al Mukharif al Basri yang menetap di Makkah, karena tidak senegeri dengan Malik, keadaanya tidak banyak diketahui, Malik hanya sedikit mentahrijkan haditsnya tentang keutamaan amal atau menambah pada matan).

Sedangkan Ibnu Hayyan berkata,” Malik adalah orang yang pertama menyeleksi para tokoh ahli fiqh di Madinah, dengan fiqh, agama dan keutamaan ibadah”.

Imam as-Syafi'i berkata, "Imam Malik adalah Hujjatullah atas makhluk-Nya setelah para Tabi'in".

Yahya bin Ma'in berkata, "Imam Malik adalah Amirul mukminin dalam (ilmu) Hadits"

Ayyub bin Suwaid berkata, "Imam Malik adalah Imam Darul Hijrah (Imam madinah) dan as-Sunnah ,seorang yang Tsiqah, seorang yang dapat dipercaya".

Imam Abu Hanifah berkata, "Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih pandai tentang sunnah Rasulullah dari Imam Malik."

Imam Malik adalah sosok alim ulama yang rendah hati. Meskipun ia selalu belajar dan menimba ilmu dari 900 orang guru, Beliau tidak pernah merasa dirinya paling pintar. Imam Malik berkata, "Sering kali aku tidak tidur semalam suntuk untuk memikirkan jawaban atas permasalahan yang diajukan kepadaku."

Suatu hari salah seorang muridnya datang dari suatu daerah yang jauh. Masyarakat tempat ia tinggal memiliki masalah penting yang belum terselesaikan. Sang murid bermaksud untuk menanyakan hal tersebut kepada gurunya, Imam Malik.

Akan tetapi, Imam Malik tidak bisa memberikan jawaban kepadanya karena memang beliau tidak tahu jawaban atas permasalahan tersebut. Dengan sejujurnya, beliau berkata, "Aku tidak tahu."

Tentu saja sang murid menjadi kecewa. Lalu, ia berkata, "Apakah aku harus mengatakan kepada orang-orang bahwa Imam Malik tidak tahu?"

"Ya!" Jawab Imam Malik, "Katakanlah kepada kaummu bahwa aku tidak tahu!"

Pernyataan Imam Malik ini mungkin bagi sebagian orang pintar merasa bisa menjatuhkan harga dirinya karena akan dianggap bodoh. Bahkan, untuk menghindari agar tidak disebut orang bodoh, ia akan berusaha untuk mengada-adakan jawaban tanpa memedulikannya, apakah bisa dipertanggung jawabkan atau tidak.

Hal itu tidak berlaku bagi Imam Malik. Jika memang tidak memiliki jawaban atas pertanyaan itu, beliau lebih memilih mengatakan sejujurnya bahwa tidak mengetahui jawaban daripada harus mengatakan bahwa ia tahu semua tanpa ilmu.

Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Imam Malik yang tidak takut dibilang orang bodoh. Beliau tidak mau jadi orang sok tahu. Kalau memang beliau tidak tahu atsa satu jawaban, beliau pun langsung menjawab tidak tahu. Ia mewarisi sifat jujur Nabi saw ketika menetapkan suatu jawaban atas permasalahan. Jika Rasulullah saw menanti wahyu untuk mengetahui jawabannya, Imam Malik akan belajar dan belajar lagi hingga menemukan ilmu yang benar untuk menjawab permasalahan di atas.

1 komentar:

  1. "Walaa taqfu maa laisa laka bihii 'ilm...".(Alqur'an).

    lafzi.apps.cs.ipb.ac.id

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.