Senin, 30 Oktober 2017

Mutiara Iman Dalam Diri Manusia

Iman adalah salah satu fitrah dan karunia terbesar yang diberikan oleh Allah Swt kepada hamba-Nya. Dengan iman lah yang menjadikan manusia menjadi mulia di sisi Allah Swt. Masalah keimanan adalah bagian dari akidah.

Islam sangat peduli dengan persoalan keyakinan sebagaimana diulas di atas. Islam mengenal ilmu Tauhid yang mengajarkan pengenalan terhadap Allah Swt; termasuk keberadaan-Nya dan sifat-sifat dasar yang melekat pada Dzat Allah Swt. Bagaimana mungkin seseorang akan mengimani Tuhan yang sama sekali tidak dikenalnya. Iman menjadi mutiara yang harus dijaga, dilestarikan dan ditingkatkan dari hari ke hari.

Iman dalam kehidupan manusia diibaratkan mutiara dan cahaya dalam hatinya. Sehingga tanpa iman, maka kehidupan manusia akan  menjadi gelap. Tanpa iman maka jalan hidup seseorang bagaikan tanpa arah tujuan, karena tidak ada orientasi tertentu dalam perjalanannya. Iman tidak hanya sekedar keyakinan dalam hati, namun juga diikrarkan di lisan, dan dilaksanakan dengan anggota badan:

الإيمان معرفة بالقلب وقول باللسان وعمل بالأركان

“Iman itu diyakini dalam hati, diucapkan dalam lisan, dan dilakukan dengan anggota badan (perbuatan)”

Hadis tersebut menjelaskan 3 hal yang menjadi unsur penting sebuah keimanan. Yaitu 1. hati yang meyakini, 2. lisan yang mengikrarkan dan 3. anggota badan yang selalu menerapkan dalam perbuatannya.

Kecintaan kita kepada Allah Swt, tentulah diawali dari keyakinan kita akan keberadaanNya kemudian lisan kita dengan penuh kesadaran mengikrarkannya selanjutnya tentulah tanpa paksaan sedikitpun kita dapat mengaplikasikan dalam kehidupan kita. Itulah kecintaan yang sempurna kepada Allah Swt. Itulah keimanan yang haqiqi kepada Allah Swt. Sehingga ia meletakkan keimanan kepadaNya pada tempat tertinggi dibanding kecintaannya kepada apapun.

Begitu pula dengan rukun keimanan lainnya, karan tentulah tidak sempurna keimanan kita, jika hanya mengimani Allah Swt tanpa Malaikatnya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, hari akhir dan taqdir baik buruk yang kita terima, sebagaimana hadits riwayat Muslim

قَالَ (جبريل) فَأَخْبِرْنِى عَنِ اْلإِ يْمَانِ قَالَ: أنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَ كُتُبِهِ وَ رُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنُ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَ شَرِّهِ. رواه مسلم

"(Jibril) berkata: beritahukanlah padaku tentang iman! Jawab Nabi Saw: Hendaknya engkau beriman kepada Allah, kepada malaikatNya, kepada kitab-kitabNya, kepada Rasul-rasulNya, kepada hari kiamat, dan beriman kepada Qadar yang baik serta yang buruk." (HR.Muslim)

Dalam konteks sosial, dimana manusia diciptakan Allah Swt sebagai khalifah di bumi, maka keimanan seseorang menjadi hal yang mutlak dimiliki. Bagi kita umat Islam, tidak ada lagi istilah “ini aku dengan segala keimananku” namun yang harus disebarkan dan ditebarkan adalah inilah keimananku dengan kasih sayangku.

Maka sebagai umat Islam hendaknya kita tidak tenggelam dalam rutinitas religi kita dengan mengesampingkan kawan-kawan di sekitar kita. Mengapa demikian, karena Rasulullah Saw sebagai tuntunan kita pun mengajarkan bahwa kebaikan untuk orang lain juga termasuk kesempurnaan iman, sebagaimana disabdakan Rasululllah Saw.

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لَنْ يُؤْمِنَ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ"

Rasulullah Saw bersabda: “tidaklah sempurna iman salah seorang dari kamu sehingga ia mencintai untuk saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim)
 
Namun sangat perlu kita ketahui, bahwasannya iman memiliki banyak cabang yang dapat kita amalkan, sebagaimana hadis yang diriwayatkan

قال رسول الله ص.م : اَلإِيْمَانُ بِضْعٌ وَ سَبْعُوْنَ شُعْبَةً فَأَفْضَلُهَا قَوْلُ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ وَ أَدْنَاهَا إِمَاطَةُ اْلأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ وَ الْحَيَاءُ شُعْبَةٌ مِنَ اْلإِيْمَانِ

"Iman terdiri dari 71 cabang yang paling utama ucapan Laa ilaaha Illallah, yang paling rendah menyingkirkan gangguan dari jalan adapun malu adalah sebagian dari iman."

Keimanan pada diri setiap muslim tidak dapat dipisahkan dari amal shaleh (amal yang baik dan bermanfaat). Ulama sepakat mengatakan bahwa amal (perbuatan) adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari keimanan, karena keimanan yang sempurna akan dapat diraih hanya jika dibarengi dengan amal yang nyata.

Rasulullah Saw.bersabda:

“Iman itu bukanlah harapan semata,  bukan pula perhiasan yang terlihat, akan tetapi ia  adalah sesuatu yang tertanam dalam hati dan direalisasikan dengan perbuatan” (HR. Ibnu Najjar dan Dailami)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang mutiara iman dalam diri manusia. Sebagai kesimpulannya, jika keimanan itu telah kita miliki maka sayang jika ia tidak kita sempurnakan dengan perbuatan baik yang bermanfaat buat diri kita, keluarga dan masyarakat. Dengan demikian hidup kita akan berarti dan bermakna bukan hanya dihadapan manusia akan tetapi juga dihadapan Allah Swt. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.