Senin, 19 Maret 2018

Pengertian Toleransi dan Contoh Perilaku Toleransi yang Harus Dibina Sesuai Islam

a. Pengertian Toleransi.
Toleransi dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah tasamuh. Secara bahasa toleransi berarti tenggang rasa. Secara istilah, toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati perbedaan antar sesama manusia. Allah Swt. menciptakan manusia berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut bisa menjadi kekuatan jika dipandang secara positif. Sebaliknya, perbedaan bisa memicu konflik jika dipandang secara negatif.

Toleransi antar umat beragama telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah Saw kepada para shahabat dan seluruh umat-Nya. Misalnya pada masa selesai peranga badar, pasukan muslim telah berhasil menawan pasukan kafir, banyak para shahabat yang menginginkan tawanan tersebut dibunuh, namun kebijakan Rasulullah Saw berbeda, justru Rasulullah Saw meminta agar tawanan-tawanan perang itu dibebaskan.

Toleransi sangat penting dalam kehidupan manusia, baik dalam berkata-kata maupun dalam bertingkah laku. Dalam hal ini, toleransi berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan di antara kita sehingga tercapai kesamaan sikap. Toleransi juga merupakan awal dari sikap menerima bahwa perbedaan bukanlah suatu hal yang salah, justru perbedaan harus dihargai dan dimengerti sebagai kekayaan.

Misalnya, perbedaan ras, suku, agama, adat istiadat, cara pandang, perilaku, pendapat. Dengan perbedaan tersebut, diharapkan manusia bisa mempunyai sikap toleransi terhadap segala perbedaan yang ada, dan berusaha hidup rukun, baik individu dan individu, individu dan kelompok masyarakat, serta kelompok masyarakat dan kelompok masyarakat yang lainnya.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, kerukunan hidup antar suku, ras, golongan dan agama harus selalu dijaga dan dibina. Kita tidak ingin bangsa Indonesia terpecah belah saling bermusuhan satu sama lain karena masalah di atas.

b. Contoh Perilaku Toleransi yang Harus Dibina Sesuai Islam.
Berikut perilaku-perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran Islam.

1. Saling Menghargai Adanya Perbedaan Keyakinan.
Kita tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain agar mereka mengikuti keyakinan kita. Orang yang berkeyakinan lain pun tidak boleh memaksakan keyakinan kepada kita. Dengan memperlihatkan perilaku berakhlak mulia, insya Allah orang lain akan tertarik. Rasulullah Saw. selalu memperlihatkan akhlak mulia kepada siapa pun termasuk musuh-musuhnya, banyak orang kafir yang tertarik kepada akhlak Rasulullah Saw. lalu masuk Islam karena kemuliaannya.

2. Saling Menghargai Adanya Perbedaan Pendapat. 
Manusia diciptakan dengan membawa perbedaan. Kita mencoba menghargai perbedaan tersebut.
Dalam hal perbedaan pendapat perlu kita memiliki sifat seperti dibawah ini,
a. Menghargai pendapat orang lain.
b. Tidak mengklaim bahwa pendapatnyalah yang benar.
c. Hindari sifat dengki, sombong dan meremehkan orang lain.

Dalam tradisi ulama Islam, perbedaan pendapat bukanlah hal yang baru, apalagi dapat dianggap tabu. Tidak terhitung jumlahnya kitab-kitab yang ditulis ulama Islam yang disusun khusus untuk merangkum, mengkaji, membandingkan, kemudian mendiskusikan berbagai pandangan yang berbeda-beda dengan argumentasinya masing-masing.

Hal yang terpenting dalam menyikapi perbedaan pendapat terhadap masalah ijtihadiyah adalah bagaimana seseorang bertindak lebih dewasa untuk dapat menghargai pendapat orang lain, sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para Imam Mazhab. Diriwayatkan bahwa Imam Syafi’i rahimahullah ketika menziarahi kuburan Abu Hanifah di Kofah, beliau melakukan shalat shubuh tanpa qunut yang dipandang berseberangan dengan pendapatnya.

Selesai shalat para jamaah yang berada bersamanya saat itu bertanya kenapa beliau meninggalkan qunut sementara menurut mazhabnya qunut shubuh adalah sunat muakkad. Dengan penuh rasa kedewasaan beliau menjawab: “saya sengaja meninggalkan qunut sebagai penghormatan dan penghargaan kepada pemilik kuburan ini yang berpendapat bahwa qunut shubuh tidak disunatkan”.

Demikian juga, Imam Ahmad bin Hambal pernah berfatwa agar imam hendaknya membaca basmalah dengan suara keras bila memimpin shalat di Madinah. Fatwa ini bertentangan dengan mazhabnya sendiri yang menyatakan bahwa bacaan basmalah dalam shalat harus dikecilkan. Tapi fatwa tersebut dikeluarkan Imam Ahmad demi menghormati paham ulama-ulama di Madinah, waktu itu, yang memandang sebaliknya. Sebab, menurut ulama-ulama Madinah itu, mengeraskan bacaan basmalah dalam shalat jihar itu lebih utama.

3. Belajar Empati.
Yaitu merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, lalu bantulah orang yang membutuhkan. Sering terjadi tindak kekerasan disebabkan hilangnya rasa empati. Ketika mau mengganggu orang lain, harus sadar bahwa mengganggu itu akan menyakitkan, bagaimana kalau itu terjadi pada diri kita. Masih banyak lagi contoh perilaku toleransi yang harus kita miliki.

Dengan toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan saling menghormati, akan terbina kehidupan yang rukun, tertib, dan damai.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian toleransi dan contoh perilaku toleransi yang harus dibina sesuai dengan ajaran Islam. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.