Selasa, 08 Mei 2018

Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 80 Tentang Taat Kepada Allah dan Rasul

A. Lafal Bacaan Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 80 dan Artinya.

مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ ٱللَّهَ ۖ وَمَن تَوَلَّىٰ فَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا

Man yuthi'i rrasuula faqad athaa'a laaha waman tawallaa famaa arsalnaaka 'alayhim hafiizhaa.

"Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka." (QS. An-Nisa" : 80)

B. Isi Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nisa' Ayat 80.
Kalimat فَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka. Dimaksudkan agar Rasul Saw., tidak menggebugebu dalam mendakwahi dan merasa bersalah jika manusia tidak beriman. Hal ini dimaksudkan untuk meringankan beban yang sedemikian besar.

Perintah atau larangan yang berasal dari Rasulullah Saw dalam perkara-perkara di luar agama hukumnya bukan wajib atau haram. Ketaatan kepada Rasulullah Saw adalah juga merupakan satu bentuk ketaatan kepada Allah Swt. Pada dasarnya, ketaatan kepada Rasulullah ini seharusnya bukanlah berangkat dari al-Qur`an semata, akan tetapi hal ini karena sosok beliau yang ideal untuk diteladani. Beliau bergelar al- Amin sejak sebelum menerima risalah, mufassir al-Qur`an, mufti (pemberi fatwa), hakim, khalifah atau pemimpin, suami, bapak dan pribadi atau individu yang akhlaknya sangat mulia. Bahkan Allah menegaskan akan kemuliaan akhlak beliau dalam QS. Al-Qalam [68] ayat 4 :

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

“dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Setelah al-Qur`an, seorang peneliti barat Michael H. Hart, yang menulis “100 Tokoh Yang Paling Berpengaruh” pada tahun 1978, menempatkan Rasulullah Muhammad pada peringkat pertama, Nabi Isa menempati peringkat ketiga, sedangkan Isaac Newton peringkat kedua.

Rasulullah Saw bukanlah sosok yang otoriter. Beliau menerima pendapat, ide dan masukan para sahabat sesuai dengan kompetensi atau keahlian mereka masingmasing, misalnya di bidang pertanian atau pertahanan. Menurut sejarah, para sahabat bertanya terlebih dahulu apakah perintah atau larangan itu dari Allah Swt atau pendapat Rasulullah sendiri. Jika dari Allah Swt maka mereka menaati tanpa raguragu dan jika ini pendapat Rasulullah Saw pribadi maka para sahabat baru memberikan pendapat-pendapat mereka. Sebagaimana ketika Rasulullah Saw menentukan tempat untuk pertahanan ketika peperangan Badar, beliau menerima ide seorang sahabat yang bernama Sa’d ibn Muaż dan ide Salman Al-farisi pada saat perang Khandaq.

Contoh lain, pada perundingan Hudaibiyah, sebagian besar sahabat berat hati menerima rincian perjanjian itu. ‘Umar bin Khattab secara tegas mempertanyakan mengapa syarat perjanjian itu diterima. Akhirnya semua terdiam dan menerima dengan lapang dada setelah Rasulullah Saw bersabda “Aku adalah utusan Allah“. Demikian para sahabat membedakan kedudukan beliau sebagai Rasul dan pribadi.

Ayat ini juga menegaskan agar Rasulullah Saw tidak perlu mengambil tindakan kekerasan atau memaksa orang-orang untuk taat, karena pada hakekatnya beliau diutus bukanlah sebagai penjaga amal-amal perbuatan mereka. Beliau diutus hanya untuk menyampaikan berita gembira dan peringatan. Sedangkan, imbalan bagi orang-orang yang tidak mau taat adalah terserah kepada Allah Swt, hendak diberi ganjaran dan ataukah mendapatkan hukuman. Beriman atau tidaknya seseorang bukanlah karena paksaan akan tetapi kesadaran setelah melalui proses berfikir.

Pada hakekatnya, perintah dan larangan Allah Swt adalah wujud kasih sayang-Nya kepada kita. Allah Swt memberi kita perintah karena Allah Swt tahu betul bahwa apa yang diperintahkan-Nya itu bermanfaat bagi manusia. Allah Swt memerintahkan kita shalat, puasa, menolong orang lain, berbuat jujur, menjaga kebersihan jasmani dan ruhani, dan perintah-perintah yang lain karena semua itu dibutuhkan manusia. Semua yang diperintahkan adalah membawa kebaikan, keselamatan, keberuntungan, dan kebahagiaan. Demikian juga larangan-Nya, semata-mata untuk mencegah kita dari kehancuran. Allah Swt melarang kita mendekati zina, berjudi, minum khamr, melakukan korupsi, dan larangan-larangan yang lain karena semua itu akan membawa kehancuran bagi kehidupan manusia.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang isi kandungan Al-Qur'an surat An-Nisa' Ayat 80 tentang taat kepada Allah dan Rasul. Sumber buku Tafsir Ilmu Tafsir Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu  www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.