Jumat, 29 April 2016

Rahasia Dibalik Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW


Keajaiban Isra’ Mi’raj terjadi pada tanggal 27 Rajab tahun 10 kenabian. Pada saat itu Allah Swt. memperjalankan Rasulullah saw dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, selanjutnya ke Sidratul Muntaha. Sebagaimana firman Allah swt.,

“Maha suci Allah yang telah memperjalankan hambanya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya, agar kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda kekuasaan kami, sesungguhnya dia adalah maha mendengar lagi maha melihat.” (QS. Al-Isra’ : 1-2)

Kejadian yang di alami oleh Rasulullah ini pada saat itu dianggap mengada-ada dan penuh hayalan belaka. Sehingga orang-orang kafir Quraisy mencaci Rasulullah, karena kejadian itu adalah suatu hal yang tidak masuk akal dan dianggap mustahil dilakukan dalam waktu semalam. Mereka tidak sadar bahwa peristiwa perjalanan tersebut atas keinginan sang penguasa bumi Allah Swt.

Namun dengan berkembangnya teknologi canggih, sedikit demi sedikit rahasia itu mulai terungkap. Dan manusia mulai menyadari bahwasanya ada hikmah yang besar dibalik rahasia itu. Saat ini manusia mulai membuka mata, sekarang banayak orang menyadari kebenaran Isra’ Mi’raj.  Kemajuan teknologi mulai menggeser paham yang mendiskreditkan Isra’ Mi’raj sebagai dongeng seorang pendusta. Hal itu di mulai terbukti setelah manusia menemukan suara yang tertangkap oleh mereka dari kabel telepon. Mereka termangu-mangu ketika mengetahui transmisi suara diatas gelombang eter dengan radio, teletofografi dan teleprinter lainnya, suatu hal yang tadinya masih dianggap suatu pekerjaan hayal.

Ada lima rahasia yang dapat dipetik sebagai hikmah dari Isra’ Mi’raj Rasulullah Saw.

Pertama, Sebagai penghibur Rasulullah Saw. karena sebelumnya Rasulullah ditinggal oleh dua orang yang dicintainya. Yaitu Abi Thalib bin Muthalib.Abu Thalib merupakan bekingan terkuat dalam hal perpolitikan nabi Muhammad,dimana dia berada digarda depan untuk menghalau paman-pamannya yang lain walaupuns ama-sama tidak beriman. Dan meninggalnya istri beliau yang dicintainya,yaitu Khadijah r.a yang merupakan bekingan terkuat dalam hal keuangan dan dukungan moral yang menjadi garda terdepan.

Kedua, sebelum Rasulullah naik ke atas langit, malaikat Jibril ditugaskan untuk mensucikan hati beliau. Peristiwa ini merupakan satu momen penting yang dapat kita petik hikmahnya, bahwa dalam hati manusia terdapat kotoran yang mesti dibersihkan sebelum bertemu dengan tuhannya. Dalam ibadah misalnya, sebelum shalat kita membersihkan diri dengan wudhu atau mandi. Sampai dalam ketiadaan airpun harus melakukan tayammum. Shalat tidak sah apabila tidak didahului dengan membersihkan atau menyucikan diri.

Mengapa harus demikian? Karena dalam diri manusia terdapat hawa nafsu yang kerap kali membawa manusia kepada kesesatan. Atas dasar itulah proses membersihkan dan menyucikan menjadi mutlak dan penting. Sehingga ajaran Islam menyatakan, “Kebersihan itu sebagian dari iman.” (HR. Bukhari)

Ketiga, perjalanan Rasul dari Masjidil Haram Ke Masjidil Aqsha memiliki arti penting dalam kehidupan beragama di dunia. Tidak sekedar perjalanan biasa. Layaknya seorang petinggi negara berkunjung ke negara lain, namun memiliki makna yang terpendam didalamnya.

Perjalanan ini menjelaskan bahwa agama-agama samawi di dunia pada dasarnya berasal dari satu sumber. Bahwa agama-agama itu memiliki prinsip yang sama. Meskipun pembawa ajaran dan zamannya berbeda tetapi memilki satu prinsip dan Islam tampil sebagai penyempurna dari agama-agama samawi sebelumnya. Prediksi tersebut secara simbolis ditampilkan dengan menjadikan Rasul sebagai imam di Masjid tersebut. Seiring dengan pengertian ini Rasulullah saw bersabda,

“Perumpamaanku dan Nabi-nabi sebelumku laksana seorang laki-laki yang membengun sebuah rumah ia hiasi dan ia perindah kecuali satu bidang dislah satu pojoknya, sehingga semua manusia mengelilingi rumah itu, terpesona akan keindahannya dan takjub atas hasil karya itu, lalu mereka berkata : apakah sudah kau letakkan batu ini? Maka akulah batu itu dan akulah penutup para Nabi.” (HR. Bukhari)

Keempat, Rasulullah menerima perintah shalat. Ibadah shalat adalah satu syariat yang menjadi tonggak ajaran Islam. Sehingga Rasulullah Saw bersabada, 
.”Shalat tiang agama, maka barang siapa melaksanakannya maka ia telah menegakkannya. Dan barang siapa yang meninggalkannya maka ia telah merobohkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Untuk itulah para ahli tafsir bertutur bahwa perintah shalat didahului dengan kata-kata aqimisshalah, yang artinya dirikanlah shalat. Seseorang yang melaksanakan shalat belum berarti mendirikannya. Inilah keunikan shalat sebagai hasil utama peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad Saw.

Kelima, Isra’ Mi’raj adalah bukti kerasulan Nabi Muhammad Saw. Ketika beliau mengemukakan kejadian pada malam hari itu, tidak ada yang mempercayainya. Hanya Abu Bakar yang pertam-tama mempercayainya dengan berkata, “Seandainya ia berkata apapun yang ada di belakang bukit ini aku percaya, ia tidak pernah berdusta.”

Akibat perdebatan yang seru itu maka Rasulullah di minta untuk menjelaskan keadaan Masjidil Aqsha oleh kaum Quraisy yang pernah berkunjung ketempat tersebut. ternyata mereka melihat kebenaran atas penjelasan yang disampaikan oleh Rasulullah, maka pada saat itu orang yang musyrik bertambah musyrik, yang beriman bertambah kuat imannya dan yang ragu-ragu tetap dalam kebimbangan sehingga ada yang musyrik dengan kejadian tersebut.

Peristiwa Isra’ Mi’raj ini menjadi bukti kuat bahwa nabi Muhammad saw adalah seorang Rasul yang diperintahkan Allah untuk mengajarkan risalah yang dibawanya, merupakan tanda istimewa yang beliau miliki sebagai seorang manusia yang terpilih untuk mengajarkan akhlak mulia untuk seluruh ummat manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.