Jumat, 19 Februari 2016

Rahasia Surat Al-Ikhlas yang Tidak Ada Kata Ikhlas Didalam Ayatnya


Dalam Al-Qur’an, ada satu surah bernama surah “Al-Ikhlash”.  Surat pendek yang jatuh pada urutan ke-112 dari urutan surat-surat dalam Al-Qur’an ini sangat populer di semua kalangan atau usia, termasuk anak-anak. Salah satu poin yang menarik dari surat yang berjumlah empat ayat ini adalah karena namanya surat Al-Ikhlash, namun tidak tak satu pun kata “ikhlash” yang kita temukan di dalamnya. Ini mengindikasikan bahwa ikhlas itu memang sangat abstrak, bahkan tidak bisa dideteksi oleh alat detektor mana pun, termasuk oleh setan dan iblis. Hanya Allah swt. yang maha mengetahui perihal keikhlasan hati seseorang. Mari kita perhatikan surat Al-Ikhlas dibawah ini yang tidak ada satu kata ikhlas didalamnya.









Artinya : "Katakanlah Allah itu maha esa, Allah tempat bergantung, tidak beranak dan tidak diperanakkan. Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan-Nya." (QS. Al-Ikhlas : 1-4)

Siapa saja bisa mengatakan, “Saya melakukannya dengan penuh keikhlasan dan ketulusan.” Tidak pernah ada larangan untuk mengatakan dan mengungkapkan kata-kata seperti itu. Namun siapa yang akan mampu mendeteksi kebenaran dari kata-kata tersebut, bila misalnya antara kata dan perbuatannya berbeda.

Ketika azan berkumandang, pertanda waktu shalat telah tiba, orang-orang berdatangan menuju masjid. Namun, siapakah yang menjamin bahwa setiap yang datang melangkah kemasjid berniat semata-mata karena Allah swt? bisa jadi ada yang datang karena sesuai shalat mau berjualan pada jamaah yang shalat di masjid tersebut. mungkin pula ada yang mau datang ke masjid karena terikat janji pertemuan dengan temannya. Adapula yang mau datang karena seusai shalat ada pengajian, apalagi seusai pengajian disiapkan makanan berupa kue-kue.

Idealnya setiap gerakan dan perbuatan yang kita lakukan, hendaknya dilakukan dengan niat yang penuh semata-mata karena Allah swt. Mungkin mata sulit itu dilakukan, terutama di zaman seperti saat ini, zaman ketika pengaruh materialisme amat mengkristal. Namun sesulit apa pun, tidak berarti tidak bisa dilakukan. Memang kita perlu latihan yang kontiniu, kesabaran yang tak bertepi, ketekunan yang luar biasa dan tentu saja “perjuangan”.

Firman Allah swt dalam Al-Qur’an,

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya mengabdi kepada Allah degan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah : 5)

Firman Allah swt dalam surat yang lain,

“Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah. Kami tidak menghendaki balsan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih. Sesungguhnya kami takut akan (azab) tuhan kami pada suatu hari yang (di hari itu) orang-orang bermuka masam penu kesulitan.” (QS. Al-Insan : 9-10)

Kita kembali pada surat Al-Ikhlas. Pada sureat tersebut, terdapat teks, “Allah tempat bergantung.” Memang hanya Allah swt lah Dzat yang pantas dan maha mampu untuk menjadi tempat bergantung semua kita perlukan. Kalau kita menggantungkan harapan kepada orang lain, baik itu orang tua, pasangan hidup, dokter, sopir,teman, sahabat, guru, kyai atau siapa saja, sunggu sebaiknya kita bersiap-siap untuk kecewa, karena orang, barang, atau bahkan intitusi itu bukan tempat yang pantas untuk menjadi tempat bergantung, sehingga amat sanagt berpotensi untuk kecewa dan mengecewakan.

Bukan berarti kita tidak boleh minta tolong sama orang lain. Tentu saja kita boleh meminta tolong pada orang lain, tetapi jangan terlalu berharap sehingga menggantungkan harapan hanya pada pertolongan orang tersebut. Proses meminta tolong sama orang lain tetap dijalankan, namun hati kita tetap penuh harap dan pasrah sepenuh hati hanya kepada Allah swt.

Inilah rahasia surat Al-Ikhlas. Lakukan segalanya sepenuh hati, sepenuh jiwa hanya untuk Allah swt semata. Hanya Allah swt lah Dzat yang maha sempurna, maha pantas untuk menerima curahan hati dan doa-doa kita. Dialah Dzat dengan 99 Al-Aamul Husna-Nya. Kita bisa ketuk, kita bisa memanggil dengan menyebut nama-Nya yang kita perlukan, sesuai kebutuhan kita.

Itulah sahabat bacaan madani rahasia surat Al-Ikhlas yang didalamnya sendiri tidak ditemukan kata Ikhlas. Mudah-mudahan kita bisa menjadi hamba yang beramal ikhlas. Aamiin.
Sumber : Meraih Dahsyatnya Ikhlas, Ahmad Hadi Yasin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.