Rabu, 08 Juni 2016

Inilah Delapan Kenangan Indah Bersama Ibadah Puasa


Ibadah puasa adalah ibadah yang sangat agung, ibadah yang penuh dengan berbagai kesan dan pesan serta memiliki banyak hikmah yang dapat dikenang oleh seorang muslim saat melakukannya. Maka tidak diragukan lagi kenapa Allah mensyari’atkan puasa kepada umat-umat sebelum kita. Karena puasa memiliki keutamaan yang begitu banyak dan memiliki pengaruh yang begitu besar dalam memperbaiki kwalitas ketaqwaan seseorang.

Dalam pembahasan ini, kita akan melihat kenangan-kenangan yang indah bersama ibadah puasa, kenangan indah bersama ibadah puasa itu sangatlah banyak, disini kita hanya membahas secara singkat sembilan kenangan indah bersama ibadah puasa. Adapun kenangan indah tersebut sebagai berikut,

1. Ibadah puasa mendidik seorang untuk selalu ikhlas pada Allah dalam segala ibabadahnya.
Banyak sekali ayat Al Qur’an maupun hadits-hadits nabi Saw yang mewajibkan kita untuk semata-mata beribadah kepada Allah. Akan tetapi ibadah puasa memiliki kekhususan tersendiri dalam menanamkan nilai ikhlas tersebut dalam diri kita. Maka oleh sebab itu Allah menyediakan balasan secara khusus pula terhadap ibadah puasa.

"Segala amalan anak adam adalah untunya kecuali puasa. Sesungguhnya puasa adalah untuk-Ku dan Aku yang membalasnya”.

Sesungguhnya Ibadah puasa amat sulit bila dilakukan tanpa motifasi ikhlas. Karena ibadah puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah. Jika ketika berpuasa kita ikhlas kepada Allah, kenapa dalam ibadah-ibadah lain kita tidak ikhlas, karena setiap ibadah yang tidak dilakukan dengan ikhlas tidak akan diterima Allah.

2. Ibadah puasa mengantarkan kita kepada tingkat Ihsan (pengawasan Allah yang mutlak terhadap segala aktifitas kita).
Dalam suasana puasa Ramadhan kita selalu merasa dalam pengawasan dan penglihatan Allah sehingga hal tersebut membuat kita untuk tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa kita sekalipun tidak ada orang yang melihat kita. Jika rasa pengawasan yang tinggi ini selalu tumbuh dalam diri kita niscaya tingkat kemaksiatan dan kemungkaran di masyarakat akan turun drastis dalam tatanan kehidupan kita sehari-hari. Baik dalam tingkat keluarga, masyarakat kecil maupun dalam tingkat kehidupan bernegara. Mari kita menerapkan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan kita. Dianataranya menerapkan perasaan ihsan, seolah-olah kita selalu melihat Allah, jika tidak mampu maka yakinlah bahwa Allah selalu melihat gerak-gerik kita, kapan dan dimanapun kita berada. Semoga sikap ini selalu tumbuh dan berkembang dalam diri kita tentu kita.

3. Ibadah puasa melatih kita untuk bersifat sabar.
Berpuasa di bulan suci Ramadhan banyak sekali mengandung hikmah dan makna, yang dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari, berpuasa mendidik kita untuk memiliki sifat sabar, sabar terbagi kepada tiga macam; sabar dalam menjalankan perintah Allah, sabar dari meninggalkan larang-larang Allah, serta sabar dalam menerima cobaan dari Allah. Ketiga bentuk sabar ini terdapat dalam ibadah puasa. Dalam berpuasa kita diuji Allah dengan lapar dan haus. Dalam berpuasa kita tetap melaksanakan segala bentuk ibadah kepada Allah. Dalam berpuasa kita mengendalikan diri dari berbuat dosa kepada Allah.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

“Dan Apapbila dihari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata keji dan bertengkar. Jika seseorang mencacinya dan memukulnya, maka hendaklah ia berkata: sesungguhnya aku sedang berpuasa”.

4. Ibadah puasa mendidik seorang untuk bersikap jujur.
Diantara pelajaran yang amat penting dari berpuasa adalah menanamkan sikap jujur pada diri seorang muslim, jika ia berbohong dalam berpuasa maka yang dibohonginya adalah dirinya sendiri, oleh sebab itu puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah. mudahan-mudahan sikap jujur ini tetap bertahan dalam prilaku kita sehari-hari, sehingga pringkat yang hendak dicapai dari berpuasa itu sendiri dapat kita miliki yaitu pringkat taqwa. Telah bersabda Rasulullah Saw:

“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan bohong maka Allah tidak butuh dalam ia meninggalakan makan dan minum”. (H.R. Bukhari).

5. Ibadah puasa mendidik seorang untuk mensyukuri nikmat Allah kepadanya.
Dengan berpuasa pada bulan suci Ramdhan kita akan kembali merasakan betapa besarnya nikmat Allah kepada kita, oleh sebab itu dalam ayat puasa ditutup dengan firman Allah:

“Dan supaya kamu mengangungkan Allah atas petunjuk yang diberikan-Nya kepadamu, dan agar kamu bersyukur”. (QS. Al Baqarah: 185).

Sa’at air membasahi tengorokan kita setelah sehari kita merasakan kehausan dan dahaga yang sangat dalam. Sadarkah kita ketika itu bahwa air itu suatu nikmat yang sangat besar diberikan Allah kepada kita. Begitu pula makanan yang mengenyangi perut kita setelah sehari kita kerocongan. Banyak lagi nikmat Allah yang tidak mungkin kita hitung satu persatu. Namun yang harus menjadi perhatian kita. Pantaskah nikmat yang begitu besar dan banyak, kita balas dengan kedurhakaan kepada Allah? Lalu sampai dimana kita mensyukuri nikmat-nikmat Allah tersebut?,

6. Ibadah puasa mendidik seorang untuk mengutamakan kesenangan ukhrawi diatas kesenangan duniawi.
Di sa’at berpuasa kita merasakan kehausan dan kelaparan, namun pernahkah terlintas dalam ingatan kita hari yang lebih dahsyat dari hari ini, yaitu hari padang mahsyar, pada hari itu manusia kepanasan dimana kehausan tidak bisa dihilangkan dengan seteguk air, keringat manusia mengalir berkucuran, diantara manusia ada yang ditenggelamkan keringanya sendiri. Tiada naungan kecuali naungan Robu’alamin, yang menjadi pertanyaan apakah kita termasuk orang-orang yang mendapat naungan pada hari itu? Kemudian juga termasuk dari orang-orang yang diberi minum dari telaga nabi , dan memasuki pintu surga “Ar Rayyaan”, tempat yang penuh kenikmatan.  Allah telah menyebutkan dalam firmannnya:

 “Akan tetapi kalian lebih mengutamakan kehidupan dunia, sedangkan kehidupat akhirat adalah lebih baik dan kekal”. (QS. Al A’la: 16-17).

7. Ibadah puasa mendidik kita untuk mengendalikan hawa nafsu.
Selama berpuasa kita dituntut untuk mengendalikan hawa nafsu kita, baik kebutuhan nafsu biologis dari makan dan minum. Maupun nafsu seksual berkumpul dengan istri. Sesuatu yang halal kita dituntut untuk meninggalkannya saat kita berpuasa. Tentu terhadap sesuatu yang haram akan lebih mudah kita meninggalkannya. Sifat ini akan mendidik kita di luar Ramadhan untuk selalu mengontrol hawa nafsu kita.

Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya Allah telah menjanjikan untuknya tempat yang penuh nikmat yaitu surga yang amat indah dan luas.

8. Ibadah puasa menanamkan rasa sosial dalam diri kita terhadap fakir-miskin.
Rasa lapar dan haus yang kita tahan sehari penuh akan mengingatkan kita akan sebagian saudara kita yang diuji oleh Allah dengan kemiskinan. Walaupun kita merasa lapar dan haus akan tetapi makanan sudah tersedia di hadapan kita. Namun mereka para fakir-miskin menahan lapar dan haus belum tau apa yang akan mereka makan pada saat berbuka tiba. Atau mungkin harus membanting tulang ditengah terik matahari demi untuk mendapatkan sesuap nasi untuk berbuka. Mereka merasakan lapar berbulan-bulan, atau mungkin bertahun-tahun. Dengan ibadah puasa kita dapat merasakan segelintir penderitaan mereka, serta menumbuhkan rasa iba dan santun terhadap mereka yang berkekurangan dari sisi materi. Kita menyadari bahwa Allah telah menitipkan rezki mereka pada kita.

Oleh sebab itu Rasulullah Saw semakin tinggi tingkat kepemurahan beliau di bulan Ramdhan dibandingkan di luar Ramadhan. Sekalipun beliau amat pemurah dalam sepanjang hidupnya.

Semoga Ramadhan tahun ini benar-benar memberi bekas dalam sanubari kita untuk bersyukur kepada Allah dengan menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Sehingga kita benar-benar mendapat predikat yang dijanjikan Allah sebagai tujuan dari ibadah puasa yaitu menjadi orang-orang yang bertaqwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.