Rabu, 03 Januari 2018

Pengertian Amar (Perintah), Bentuk Lafadh Amar, Kaidah Amr dan Contohnya

a. Pengertian Al-Amru
Menurut bahasa, amar berarti suruhan, perintah, sedangkan menurut istilah adalah:

الأَمْرُ : طَلَبُ الفِعْـلِ مِنَ اْلأَعْلَى إلىَ اْلأَدْنَى

“Al-Amru ialah tuntutan melakukan pekerjaan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah”

Yang lebih tinggi kedudukannya adalah Syaari’ (Allah Swt atau Rasul-Nya) dan kedudukan yang lebih rendah adalah mukallaf. Jadi amar adalah perintah Allah atau Rasulnya kepada mukallaf untuk melakukan suatu pekerjaan.

b. Bentuk Lafadh Amar
1. Fi’il Amar
Contoh :

وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِينَ

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat dan rukuklah bersama orang-orang yang rukuk.” (QS. Al-Baqarah : 43)

2. Fi’il Mudhari’ yang didahului dengan huruf lam amar :
Contoh :

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

“Dan hendaklah diantara kamu yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.…” (QS. Ali Imron : 104)

3. Isim Fi’il Amar
Contoh :

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا عَلَيْكُمْ أَنْفُسَكُمْ لَا يَضُرُّكُمْ مَنْ ضَلَّ إِذَا اهْتَدَيْتُمْ

“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjuk… (QS. Maidah :105)

4. Isim Masdar pengganti fi’il
Misalnya kata :    إحْسَانًا  (berbuat baiklah)
Contoh :

وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا

“Dan kepada kedua orang tuamu berbuat baiklah.” (QS. Al Baqarah : 83)

5. Kalimat berita (kalam khabar) bermakna Insya (perintah)
Contoh :

وَاْلمُطَلَّـقَاتُ يَتَرَبَصْنَ بِاَنْفُسِهِنَّ ثَلاَثَةَ قُرُوْءٍ

“Hendaklah menahan dirinya.” (QS. Al Baqarah  : 228)

6. Fi’il madhi atau mudhori’ yang mengandung arti perintah

أَمَرَ، فَرَض،  كَتَبَ ،وَجَبَ

Contoh :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواكُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَاكُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepadamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.” (QS Al Baqara : 183)

c. Kaidah Amar
1. Amr Menunjukkan Kepada Wajib.

اَلأَصْلُ فِى اْلأَمْرِ لِلْوُجُوْبِ

“Pada asalnya Amar itu menunjukkan wajib”

Hal ini menunjukkan menurut akal dan naqli. Menurut akal adalah orang-orang yang tidak mematuhi perintah dinamakan orang yang ingkar, sedangkan menurut naqal, seperti firman Allah Swt.

   فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” (QS. An-Nur (24): 63)

Misalnya: perintah puasa.

يا ايها الذين امنرا كتب عليكم الصيا م (البقرة :۱۸۳
                                     
2. Amr Menunjukkan Kepada Sunnah.

اَلأَصْلُ فِى اْلأَمْـرِ لِلنَّدْبِ

“Pada asalnya Amar itu menunjukkan nadab (sunnah)”
Contoh:

firman Allah Swt:

فكاتبوهم إن علمتم فيهم خيرا

artinya: “Hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka”. (QS. 24:33)

Amar juga dapat digunakan antara lain:

a). Untuk do’a,     ربنا آتنا فى الدنيا حسـنة وفى الأخرة حسنة
b). Untuk penghormatan,    أدْخُـلُوْهَا بِسَـلاَمٍ أَمِنِيْنَ (الحجر : 46
c). Untuk petunjuk, اِذَا تَدَايَنْتُمْ بِدَيْنٍ إِلىَ أَجَلٍ مُسَمَّى فَاكْتُبُوْهُ (البقرة: 282
d). Untuk ancaman,  إعْمَــلُوْا مَا شِــئْتُمْ (فصلت: 40
e) untuk petunjuk

f).Ta’jiz  (للتعجيز   ) artinya melemahkan’
Contoh :

فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِنْ مِثْلِهِ

Artinya : ”Buatlah satu surat (saja) yang semisal dengan al-Qur’an itu.” (QS.al-Baqarah :23)

g). Ikram (  للا كرام  ) artinya menghormat.
Contoh :

ادخلوها بسلا م امنين (الحجر :٤٦ 

Artinya :”Masuklah ke dalamnya (syurga) dengan sejahtera dan aman.”(QS.al-Hijr z: 46)

H. Tafwidl (للتفويض    ) artinya menyerah.
Contoh :

فَاقْضِ مَا أَنْتَ قَاضٍ
                                                       
Artinya : “Putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan.” (QS. Thaha: 72)

I. Talhif (  للتلهيف  ) artinya menyesal.
Contoh :

قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ

Artinya :”Katakanlah (kepada mereka) “Matilah kamu karena kemarahanmu itu.” (QS. Ali Imran:119)

J. Tahyir ( للتخيير  ) artinya memilih.
Contoh :

من شاء فليبخل ومن شاء فليجد كفا نى نذاكم عن جميع الخطاب 

Artinya :”Barang siapa kikir,kikirlah, siapa mau bermurah hati, perbuatlah.Pemberian tuhan mencukupi kebutuhan saya.” (Syair Bukhaturi kepada Raja)

K. Taswiyah (  التسوية ) artinya persamaan.
Contoh :

ادخلوها فاصبروا اولا تصبروا (طه :۱٦

Artinya :”Masuklah ke dalamnya (neraka) maka boleh kamu sabar dan boleh kamu tidak sabar, itu semua sama saja bagimu.” (QS. Thaha: 16)

3. Amr tidak Menunjukkan untuk Berulang-ulang.

اَلأَصْلُ فِى اْلأَمْرِ لاَ يَقْتَضِى التَّكْرَارَ

“Perintah itu pada asalnya tidak menghendaki pengulangan”

Amar tidak menghendaki kepada yang berulang-ulang, tapi hanya menghendaki hasilnya/
mengerjakan satu kali. Seperti firman Allah Swt.

وَأَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ

“ dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah karena Allah.” (QS. Al Baqarah : 196)

Misalnya :

وان كنتم جنبا فا طهروا (المئده :٦

”Jika kamu berjunub maka mandilah.” (QS. Al-Maidah: 6)

اقم الصلاة لدلوك الشمس (الاسراء :۷۸

“Kerjakanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir.”(QS. Al-Isra’ :78)

4. Amr tidak Menunjukkan untuk Bersegera.

اَلأصْلُ فِى اْلأَمْرِ لاَ يَقْتَضِى اْلفَوْرَ

“Perintah pada asalnya tidak menghendaki kesegeraan”.

Jadi Amr (perintah) itu boleh ditangguhkan pelaksanaannya sampai akhir waktu yang telah ditentukan.

Misalnya :
فمن كا ن منكم مريضا اوعلى سفر فعدة من ايا م اخر(البقرة :۱۸۳

“Barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau sedang dalam bepergian jauh, hendaklah mengqadla puasa itu pada hari yang lain.”(QS.al-Baqarah : 183)
                                 
5. Amr dengan Wasilah-Wasilahnya.

اَلاْمْرُ بِالشَّئْ أَمْرٌ بِوَسَائِلِهِ

“Perintah mengerjakan sesuatu berarti juga perintah mengerjakan wasilahnya”.

Perintah mendirikan shalat berarti juga perintah untuk berwudlu, sebagai wasilah (jalan kepada) sahnya shalat.

6. Amr yang Menunjukkan Kepada Larangan.

اَلاْمْر بِالشَّئْ نَهْيٌ عَنْ ضِدِّهِ

“Perintah mengerjakan sesuatu berarti larangan terhadap kebalikannya”.

Maksudnya, jika seseorang disuruh mengerjakan suatu perbuatan, mestinya dia meninggalkan segala kebalikannya. Misalnya, disuruh beriman, berarti dilarang kufur.

7. Amr menurut Masanya.

اِذَا فُعِلَ اْلمَأْمُوْرُ بِهِ عَلَى وَجْهِهِ يَخْرُجُ اْلمَأْمُوْرُ عَنْ عَهْدَةِ اْلاَمْرِ

“Apabila dikerjakan yang diperintahkan itu menurut caranya, terlepas dia dari masa perintah itu”.

Misal: Seseorang yang telah melaksanakan suatu perintah dengan sempurna pada masanya, maka terlepas dia dari tuntutan pada masa itu. seperti keadaan musafir yang tidak memperoleh air untuk berwudhu, hendaklah dia bertayamum sebagai pengganti wudhu.

8. Qadha dengan Perintah yang Baru.

اَلْقَضَاءُ بِأَمْرٍ جَدِيْدًا

“Qadha itu dengan perintah yang baru”.

Maksudnya, suatu perbuatan yang tidak dapat dilaksanakan pada waktunya harus dikerjakan pada waktu yang lain (qadla’). Pelaksanaan perintah bukan pada waktunya ini berdasarkan pada perintah baru, bukan perintah yang lama. Misalnya: qadla’ puasa bagi yang mengalami udzur syar’i pada bulan ramadhan, tidak dikerjakan berdasarkan ayat : كتب عليكم الصيام ... tetapi berdasarkan pada perintah baru, yaitu firman Allah Swt :  ... فعـدة من ايام اخر 

9. Martabat Amr.

اَلْاَمْرُ اْلمُتَعَلَّقُ عَلَى اْلاِسْمِ يَقْتَضِ اْلاِقْتِصَارُ عَلىَ اَوَّلِهِ

“Jika berhubungan dengan nama (isim) adalah menghendaki akan tersimpannya pada permulaan.”

Sependek-pendek masa amr, apabila dihubungkan dengan hukum menurut pengertian keseluruhannya dalam bentuk yang berlainan tentang tinggi dan rendah, dipendekkan hukum itu menurut sekurang-kurangnya martabatnya untuk melaksanakan perintah itu.

Misalnya:Perintah melakukan tuma’ninah dalam shalat, dan perintah memerdekakan seorang budak, tidak memandang harga tapi memandang martabatnya”.

10. Amr sesudah Larangan.

اَلْاَمْرُ بَعْدَ اْلنَهْيِ يُفِيْدُ اْلإِبَاحَةَ

“Perintah sesudah larangan menunjukkan kebolehan.”

Misalnya :

كنت نهيتكم عن زيارة القبور الا فزوروها (رواه مسلم

“Dahulu aku melarang kamu menziarahi kubur, sekarang berziarahlah.” (HR.Muslim)

اذا حللتم فاصطا دوا (المئدة :۲

“Dan apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, berburulah.” (QS.al-Maidah : 2)

Berdasarkan dua uraian tersebur, dapat dijelaskan bahwa perintah setelah larangan itu hukumnya mubah tidak wajib, seperti berziarah kubur dan berburu setelah haji.

Perbuatan yang lebih mudah dimengerti ialah perbuatan yang diperbolehkan, seperti pada awalnya Nabi melarang menziarahi kubur, maka sekarang diperbolehkan. Kalimat amr ini tidak menunjukkan kewajiban tetapi menunjukkan hukum boleh (ibahah), sabda Nabi Saw :

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا

Abdullah bin Buraidah dari ayahnya dia berkata, "Rasulullah Saw bersabda: "Aku pernah melarang kalian berziarah kubur, sekarang berziarahlah." (HR. Muslim)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian amar (perintah), bentuk lafadh amar, kaidah amr dan contohnya. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.