Minggu, 07 Januari 2018

Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal dan Biografi Muhammad Iqbal (1873-1935 M)

Riwayat Hidup Muhammad Iqbal.
Muhammad Iqbal lahir pada tanggal 22 Februari 1873 M di Sialkot, Punjab Barat Pakistan. Dan meninggal dunia di tahun 1935 M. Muhammad Iqbal lahir dari keturunan kelas Brahmana Khasmir (kelas sosial tertinggi di India). Ayahnya adalah Muhammad Nur yang terkenal sebagai orang saleh. Pendidikan agama sudah ditanamkan dalam diri Muhammad Iqbal sejak kecil oleh ayahnya.

Selain dari ayahnya, Muhammad Iqbal belajar agama dengan Mir Hassan sekaligus belajar membuat sajak. Melalui bantuan Mir Hassan, Muhammad Iqbal kemudian masuk sekolah Scotiis Mission School. Setelah selesai, Muhammad Iqbal melanjutkan studinya di Government College dan di tahun 1897 M memperoleh gelar sarjana muda (BA). Pada tahun 1905 M, Iqbal mendapatkan gelar MA dalam bidang filsafat. Muhammad Iqbal juga memiliki prestasi, terbukti dengan mendapat beasiswa dan mendapat dua medali emas terkait penguasaan bahasa Inggris dan Arab.

Selama masih di perguruan tinggi Government College, Muhammad Iqbal bertemu dengan tokoh orintalis yang sekaligus menjadi guru besar di perguruan tinggi tersebut, yaitu Sir Thomas W. Arnold (w. 1930 M). Dua tahun kemudian Muhammad Iqbal pindahke Munich Jerman, dan memperoleh gelar Ph.D di dalam filsafat dengan judul disertasi the Development of Metaphysics in Persia (perkembangan metafisika di Persia).

Pada tahun 1930, Muhammad Iqbal terjun dalam bidang politik dan menjadi salah satu yang berpengaruh dalam Partai Liga Muslim India, serta menjadi ketua konferensi tahunan Liga Muslim di Allahabad. Karir Iqbal semakin bersinar dan namanya semakin dikenal setelah dirinya mendapatkan gelar sir dari pemerintahan kerajaan Inggris di London. Gelar tersebut diberikan atas usulan wartawan Inggris yang mengamati sepak terjang Iqbal, khususnya terkait ide kebangsaan.

Kemudian di tahun 1931 M dan tahun 1932 M, Muhammad Iqbal membahas konstitusi baru bagi India dalam konfrensi meja bundar di London. Dan tahun 1933 M Muhammad Iqbal diundang ke Afganistan untuk membicarakan pembentukan Universitas Kabul.

Muhammad Iqbal adalah negarawan matang, dan pandangan-pandangannya terkenal kritis khususnya terhadap ancaman barat salah satunya budaya. Bagi Muhammad Iqbal, budaya barat adalah budaya imperialism, anti spiritual, dan jauh dari norma insani. Muhammad Iqbal meyakini faktor terpenting reformasi dalam diri manusia adalah jati diri manusia itu sendiri. Pemahamannya tersebut dilandasi atas ajaran Islam sehingga Muhammad Iqbal terus berjuang dalam menumbuhkan kepercayaan diri pada umat Islam. Muhammad Iqbal memandang peradaban islam waktu itu sedang terhambat, tertinggal dan terbelenggu oleh imperalisme. Hal ini dikarenakan umat islam mengalami kehilangan rasa percaya diri dalam menghadapi budaya barat itu sendiri, terlihat pada proses imitasi budaya barat yang terus dilakukan.

Sebelum tutup usia di tahun 1935 M, Muhammad Iqbal mengundurkan diri dari pekerjaannya dan memfokuskan diri untuk membuat sajak-sajak yang bermuatan teologis dan filosofis. Karya Muhammad Iqbal antara lain yaitu: syikwa (keluhan), jawab-i-syikwa (jawaban keluhan), bang-i dara (panggilan lonceng), asrar-i (rahasia pribadi), rumudzi bekhudi (misteri penyangkalan diri), dan sebuah buku kumpulan ceramah sejak tahun 1982 M sekaligus sebagai karya terbesarnya dalam bidang filsafat yaitu, the reconstruction of religius thought in Islam.

Pemikiran Kalam Muhammad Iqbal.
Muhammad Iqbal lebih terkenal sebagai filosof dibandingkan sebagai teolog. Walaupun sulit menemukan pandangan-pandangannya mengenai wacana-wacana kalam klasik, seperti fungsi akal dan wahyu, perbuatan tuhan, perbuatan manusia, dan kewajiban-kewajiban tuhan. Tetapi Muhammad Iqbal sering menyinggung beberapa aliran kalam klasik yang pernah ada di dalam agama Islam.
Baca Juga:


Muhammad Iqbal mengatakan bahwa al-Quran diturunkan secara global. Dengan tujuan membangkitkan kesadaran manusia supaya mampu menerjemahkan dan menjabarkan nas-nas al-Quran yang masih global dalam realita kehidupan dan dinamika masyarakat yang selalu berubah. Inilah yang dalam rumusan fikih disebut ijtihad yang oleh Iqbal disebut prinsip gerak dalam struktur islam. Muhammad Iqbal menekankan akan pentingnya ijtihad dimasa sekarang, khususnya terkait perkembangan zaman.

1. Hakikat Teologi.
Muhammad Iqbal melihat teologi sebagai ilmu yang berdimensi kepada keimanan dan berdasarkan esensi tauhid. Di dalamnya terdapat jiwa yang bergerak berupa persamaan, kesetiakawanan dan kebebasan dan kemerdekaan. Selain itu, Muhammad Iqbal dalam ontologi teologinya melihat adanya penyimpangan (anomali) yang melekat pada literatur ilmu kalam klasik.

2. Pembuktian Tuhan.
Muhammad Iqbal menolak argumen teleologis yang berusaha membuktikan eksistensi tuhan yang mengatur ciptaanNya dari sebelah luar, tetapi menerima landasan teleologis yang menafsirkan tuhan yang imanen (tetap ada) bagi alam. Selain itu, Iqbal menolak argumen kosmologis (sebab-musabab) maupun secara ontologis (logika).

3. Jati Diri Manusia.
Manusia hidup untuk mengetahui kepribadiannya serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya, karena hakikat hidup adalah bergerak dan gerak adalah perubahan. Secara umum Muhammad Iqbal mengatakan bahwa manusia itu dinamis sebagaimana kehidupan dunia.

4. Dosa.
Muhammad Iqbal secara tegas menyatakan dalam seluruh kuliahnya bahwa alQuran menampilkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat kreatif. Maka kewajiban manusia adalah membenarkan adanya kepercayan ini. Namun, pengakuan terhadap kemandirian (manusia) itu melibatkan pengakuan terhadap semua ketidaksempurnaan yang timbul dari keterbatasan dan kemandirian itu. Artinya setiap tindakan yang dilakukan oleh manusia, manusia itu sendiri akan mendapatkan hasil atau konsekuensi dari tindakan itu sendiri.

5. Surga dan Neraka.
Muhammad Iqbal meyakini surga dan neraka, selanjutnya surga dan neraka dikatakan sebagai sebuah keadaan. Pandangannya merujuk pada rumusan alQuran, bahwa surga adalah kegembiraan karena mendapatkan kemenangan dalam mengatasi berbagai dorongan yang menuju kepada perpecahan. Sedangkan neraka adalah api Allah Swt yang menyala-nyala dan yang membumbung ke atas hati, dengan sederhana dikatakan sebagai penyiksaan.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pemikiran pemikiran kalam Muhammad Iqbal dan biografi Muhammad Iqbal (1873-1935 M). Sumber buku Siswa Kelas XII MA Ilmu Kalam Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.