Jumat, 22 Juli 2016

Makna Sabar dan Macamnya Menurut Agama Islam


Sabar pada hakikatnya adalah menahan diri dari kegelisahan. Allah Swt  memuji orang-orang yang bersabar ketika menghadapi kesulitan. Allah Swt berfirman:

“ Dan orang-orang yang bersabar dalam menghadapi kesempitan dan penderitaan "  (Al-Baqarah : 177)

Dalam ayat lain Allah berfirman:

" Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetapalah bersip siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah." (QS. Ali Imran : 200) 

Berbicara mengenai kesabaran perlu diisyaratkan kepada tiga jenis sabar yang sangat penting yaitu: sabar dalam mengerjakan ketaatan, sabar dalam meninggalkan maksiat dan sabar dalam menghadapi musibah.

Secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti menahan (al-habs). Dari sini sabar dimaknai sebagai upaya menahan diri dalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridho Allah Swt. Sabar, menurut Dzunnun Al-Mishry, adalah menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan agama dan bersikap tenang manakala terkena musibah, serta berlapang dada dalam kefakiran di tengah-tengah medan kehidupan.

Lain lagi menurut syeikh Ibnu Qoyyim Al-jauziyah, bahwa sabar merupakan budi pekerti yang bisa dibentuk oleh seseorang. Ia menahan nafsu, menahan sedih, menahan jiwa dari kemarahan, menahan lidah dari merintih kesakitan, dan juga menahan anggota badan dari melakukan yang tidak pantas. Sabar merupakan ketegaran hati terhadap takdir dan hukum hukum syari’at. Secara umum sabar terbagi ke dalam tiga tingkatan.

Pertama, sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan; musibah, bencana, atau kesusahan.
Adapun contohnya apa yang terjadi pada nabi Ayyub, beliau ditinggalkan oleh istri dan anak-anaknya tercinta meninggal dunia, kemudian ditambah lagi dengan harta bendanya yang melimpah habis karena tertimpa bencana.

Allah Swt berfirman,

"Yang menjadikan  mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."  (QS. Al-Mulk: 2)

Kedua, sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat.
Adapun contohnya, sebagaimana yang terjadi pada nabi Yusuf, Allah SWT menguji kesabaran Yusuf dengan ujian yang lebih berat, yaitu rayuan Siti Zulaikha, seorang wanita cantik lagi terpandang. Namun, dengan kesabaran dan keteguhan iman, Nabi Yusuf pun mampu melewati ujian ini dengan selamat. Padahal, saat itu Yusuf pun menyukai Zulaikha, dan suasana pun sangat mendukung untuk melakukan maksiat.

Rasulullah Saw telah bersabda:

"Jannah diselimuti dengan perkara-perkara  yang dibenci sedangkan neraka diselimuti dengan perkara-perkara yang mengundang syahwat."  (HR.  Muslim)

Ketiga, sabar dalam menjalankan ketaatan.
Sedangkan contohnya adalah kesabaran yang di miliki oleh nabi Ibrahim dan anaknya Ismail, beliau berdua dengan tetap sabar dan taat atas perintah Allah, meskipun saat itu sang ayah akan menyembelih anaknya sendiri. Inilah bukti kesabaran dalam menjalani ketaatan atas perintah-Nya.

Sahabat bacaan madani sesungguhnya sabar itu indah, andai kata kita bisa memaknainya dengan benar. Akan tetapi manusia seringkali berlaku egois. Ketika menginginkan sesuatu, ia berdoa habis-habisan, sungguh-sungguh demi tercapai keinginannya. Tatkala berhasil, ia pun melupakan Allah Swt. Bahkan ia menganggap bahwa keberhasilan itu adalah hasil jerih payah dirinya sendiri. Sebaliknya, saat ia gagal, ia kecewa karenanya. Bahkan berburuk sangka kepada Allah Swt. Padahal, rasa kecewa, sedih, dan kesal itu lahir karena manusia terlalu berharap bahwa kehendak Allah Swt harus selalu cocok dengan keinginanya. Mudah-mudahan kita termasuk golongan orang-orang yang bersabar. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.