Tamak merupakan salah satu sifat tercela. Allah melarang hambanya melakukan tindakan yang rakus, dan termasuk akhlak buruk terhadap-Nya, kerena perbuatan ini dapat menyebabkan seseorang lupa menyembah kepada-Nya, dapat berlaku kikir, memeras serta merampas hak-hak orang lain. Maka, agama Islam memberikan tuntutan kepada manusia, agar tidak terlalu mengejar nafkah yang seharusnya bukan ia yang pantas memilikinyASelain tidak iman terhadap qadha dan qadar Allah, orang yang tamak ini juga akan menanam benih hasud terhadap orang lain.
Ketamakan terhadap harta hanyalah akan menghasilkan sifat buas, laksana serigala yang terus mengejar dan memangsa buruannya walaupun harta itu bukan haknya. Fitrah manusia memang sangat mencintai harta kekayaan dan berhasrat keras mendapatkannya sebanyak mungkin dengan segala cara dan usaha.
Allah swt. Sangat membenci orang yang tamak terhadap harta. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an,
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid : 20)
Rasulullah Sallallahu ‘alaih wa sallam bersabda:
“Hendaklah kamu berputus asa dari segala apa yang ada pada tangan orang lain, dan jauhilah tamak karena sesungguhnya tamak adalah suatu kefakiran yang nyata.” (HR. Bukhari)
Harta itu mengandung manfaat dan bahaya. Manfaat dari harta jika dapat menyelamatkan seseorang dalam kehidupan dunia dan akhiratny. Sedangkan bahaya harta jika menghancurkan duniawi dan akhiratnya. Membedakan harta buruk dan harta baik tidaklah mudah. Hanya orang-orang yang memiliki hati dalam agama saja yang mampu melakukannya. Mereka itu misalnya para ulama dan orang-orang yang tajam mata hatinya.
Manfaat menghindari tamak antara lain menumbuhkan sifat bersyukur, ikhlas, rendah diri, pemurah dan jujur. Ironinya, orang tamak tidak pernah merasakan dirinya sebagai hamba-NyASebaliknya, mereka menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu. Mereka mempertaruhkan seluruh usaha untuk mengejar bayang kemewahan duniASebab itu, orang tamak biasanya takut akan mati. Mereka cinta dunia dan sentiasa mengejar kemewahan hidup.
Sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaih wa sallam : “Hari kiamat telah hampir dan manusia masih lagi bertambah tamak kepada dunia dan bertambah jauh daripada Allah. ” (HR. Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim).
Untuk menghindari sifat tamak dapat dilakukan dengan selalu meminta pertolongan Allah supaya dijauhkan dari sifat serakah, sederhana dalam kehidupan. Jangan merasa cemas berlebihan terhadap kejadian di masa datang, puas terhadap apa yang dimiliki meneladani orang-orang yang mulia yang mampu menjauhi sifat serakah, dan melihat orang yang keadaannya lebih miskin.
Agar hati kita selamat dari penyakit ini, hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Berusaha dengan maksimal untuk mendapatkan segala yang dicita-citakan.
2. Meyakinkan diri bahawa berapa pun hasil yang didapat adalah pilihan Allah yang terbaik
atas diri kita, dan tidak ada kebatilan atau kekurangan sedikitpun, apalagi kerugian.
3. Tidak mempersoalkan segala sesuatu yang telah Allah pilihkan bagi orang lain.
4. Setelah itu, memagari hati dengan tafwid, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, agar sentiasa memelihara diri kita dengan kemaslahatan dan keberkatan dari apa yang telah kita miliki.
Mengobati rakus dan tamak tersusun dari tiga dasar, yaitu kesabaran, ilmu, dan amal. Pertama, amal. Kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan. Maka, barang siapa yang menghendaki kemuliaan hendaklah ia mengurangi pengeluaran dan belanja. Kedua, pendek angan-angan. Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung dalam sifat qana’ah berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta, serta mengetahui kehinaan ketamakan. Maka dengan cara ini ia akan terbebas dari ketamakan.
Menghindari Tamak (Serakah) dan Contohnya dalam Kehidupan Masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat saat ini, banyak orang yang tidak memperdulikan harta yang halal dan haram. Bagi mereka hanyalah mendapatkan kesenangan duniawi saja tanpa memperdulikan kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat. Dengan menghindari sifat tamak, akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah atas segala rezeki yang telah diberikan-Nya, menghindari sifat egois, dan menumbuhkan sifat kedemawanan. Harta yang diberikan Allah kepada kita adalah semata-mata ujian dan cobaan. Dapatkah kita menafkahkan ke jalan Allah dengan sebaik-baiknya. Atau bahkan sebaliknya dengan kekayaan itu kita menjadi kikir dan serakah. Yang berarti kekayaan itu bertambah tetapi perasaan kita selalu kurang dan tidak bersyukur kepada Allah yang telah memberikan semua itu.
Tamak terhadap harta merupakan salah satu larangan agama. Jika mampu menghindari
sifat tersebut, kita akan memperoleh kebaikan-kebaikan,antara lain:
a. Terpuji dalam pandangan manusia dan Allah SWT
b. Disukai dalam pergaulan dalam sesama.
c. Memperoleh ketentraman hidup karena merasa cukup dan tidak selalu merasa
kurang dengan rezeki yang diberikan Allah SWT.
d. Tidak mudah terpengaruh oleh sikap hidu mewah yang cenderung pada kufur
nikmat.
Ketamakan terhadap harta hanyalah akan menghasilkan sifat buas, laksana serigala yang terus mengejar dan memangsa buruannya walaupun harta itu bukan haknya. Fitrah manusia memang sangat mencintai harta kekayaan dan berhasrat keras mendapatkannya sebanyak mungkin dengan segala cara dan usaha.
Allah swt. Sangat membenci orang yang tamak terhadap harta. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur’an,
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (QS Al-Hadid : 20)
Rasulullah Sallallahu ‘alaih wa sallam bersabda:
“Hendaklah kamu berputus asa dari segala apa yang ada pada tangan orang lain, dan jauhilah tamak karena sesungguhnya tamak adalah suatu kefakiran yang nyata.” (HR. Bukhari)
Harta itu mengandung manfaat dan bahaya. Manfaat dari harta jika dapat menyelamatkan seseorang dalam kehidupan dunia dan akhiratny. Sedangkan bahaya harta jika menghancurkan duniawi dan akhiratnya. Membedakan harta buruk dan harta baik tidaklah mudah. Hanya orang-orang yang memiliki hati dalam agama saja yang mampu melakukannya. Mereka itu misalnya para ulama dan orang-orang yang tajam mata hatinya.
Manfaat menghindari tamak antara lain menumbuhkan sifat bersyukur, ikhlas, rendah diri, pemurah dan jujur. Ironinya, orang tamak tidak pernah merasakan dirinya sebagai hamba-NyASebaliknya, mereka menjadi hamba kepada dunia dan bertuhankan nafsu. Mereka mempertaruhkan seluruh usaha untuk mengejar bayang kemewahan duniASebab itu, orang tamak biasanya takut akan mati. Mereka cinta dunia dan sentiasa mengejar kemewahan hidup.
Sabda Rasulullah Sallallahu ‘alaih wa sallam : “Hari kiamat telah hampir dan manusia masih lagi bertambah tamak kepada dunia dan bertambah jauh daripada Allah. ” (HR. Tirmizi, Ibnu Majah dan Hakim).
Untuk menghindari sifat tamak dapat dilakukan dengan selalu meminta pertolongan Allah supaya dijauhkan dari sifat serakah, sederhana dalam kehidupan. Jangan merasa cemas berlebihan terhadap kejadian di masa datang, puas terhadap apa yang dimiliki meneladani orang-orang yang mulia yang mampu menjauhi sifat serakah, dan melihat orang yang keadaannya lebih miskin.
Agar hati kita selamat dari penyakit ini, hal yang dapat dilakukan antara lain:
1. Berusaha dengan maksimal untuk mendapatkan segala yang dicita-citakan.
2. Meyakinkan diri bahawa berapa pun hasil yang didapat adalah pilihan Allah yang terbaik
atas diri kita, dan tidak ada kebatilan atau kekurangan sedikitpun, apalagi kerugian.
3. Tidak mempersoalkan segala sesuatu yang telah Allah pilihkan bagi orang lain.
4. Setelah itu, memagari hati dengan tafwid, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah, agar sentiasa memelihara diri kita dengan kemaslahatan dan keberkatan dari apa yang telah kita miliki.
Mengobati rakus dan tamak tersusun dari tiga dasar, yaitu kesabaran, ilmu, dan amal. Pertama, amal. Kesederhanaan dalam penghidupan dan pembelanjaan. Maka, barang siapa yang menghendaki kemuliaan hendaklah ia mengurangi pengeluaran dan belanja. Kedua, pendek angan-angan. Ketiga, hendaklah ia mengetahui apa yang dikandung dalam sifat qana’ah berupa kemuliaan dan terhindar dari meminta-minta, serta mengetahui kehinaan ketamakan. Maka dengan cara ini ia akan terbebas dari ketamakan.
Menghindari Tamak (Serakah) dan Contohnya dalam Kehidupan Masyarakat.
Dalam kehidupan masyarakat saat ini, banyak orang yang tidak memperdulikan harta yang halal dan haram. Bagi mereka hanyalah mendapatkan kesenangan duniawi saja tanpa memperdulikan kehidupan yang lebih kekal yaitu akhirat. Dengan menghindari sifat tamak, akan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah atas segala rezeki yang telah diberikan-Nya, menghindari sifat egois, dan menumbuhkan sifat kedemawanan. Harta yang diberikan Allah kepada kita adalah semata-mata ujian dan cobaan. Dapatkah kita menafkahkan ke jalan Allah dengan sebaik-baiknya. Atau bahkan sebaliknya dengan kekayaan itu kita menjadi kikir dan serakah. Yang berarti kekayaan itu bertambah tetapi perasaan kita selalu kurang dan tidak bersyukur kepada Allah yang telah memberikan semua itu.
Tamak terhadap harta merupakan salah satu larangan agama. Jika mampu menghindari
sifat tersebut, kita akan memperoleh kebaikan-kebaikan,antara lain:
a. Terpuji dalam pandangan manusia dan Allah SWT
b. Disukai dalam pergaulan dalam sesama.
c. Memperoleh ketentraman hidup karena merasa cukup dan tidak selalu merasa
kurang dengan rezeki yang diberikan Allah SWT.
d. Tidak mudah terpengaruh oleh sikap hidu mewah yang cenderung pada kufur
nikmat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.