Rabu, 05 April 2017

Ketika Abu Hurairah di Suruh Syaitan Membaca Ayat Kursi Menjelang Tidur

Ayat kursi adalah bagian ayat Alqur’an dari surah Al-baqarah yang merupakan ayat yang ke 255. Ayat ini disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ubay bin Ka'ab sebagai ayat paling agung dalam Al Qur'an. Isinya tentang keesaan Tuhan serta kekuasaan Tuhan yang mutlak atas segala sesuatu dan bahwa Ia tidak kesulitan sedikitpun dalam memeliharanya.

Bacaan ayat kursi ini sering di anjurkan orang tua, ustadz maupun ustadzah kita untuk menghafal dan mengamalkan serta jadikan wirid sehari-hari, sebab banyak  fadhilah yang terkandung didalam ayat kursi tersebut.

Abu Hurairah r.a. pernah ditugaskan oleh Rasulullah Saw untuk menjaga gudang zakat di bulan Ramadhan. Tiba-tiba muncullah seseorang, lalu mencuri segenggam makanan. Namun kepintaran Hurairah memang patut dipuji, kemudian pencuri itu kemudian berhasil ditangkapnya.

"Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah Saw," gertak Abu Hurairah.

Bukan main takutnya pencuri itu mendengar ancaman Abu Hurairah, hingga kemudian ia pun merengek-rengek : "Saya ini orang miskin, keluarga tanggungan saya banyak, sementara saya sangat memerlukan makanan."

Maka pencuri itu pun dilepaskan. Bukankah zakat itu pada akhirnya akan diberikan kepada fakir miskin ? Hanya saja, cara memang keliru. Mestinya jangan keliru.Keesokan harinya, Abu Hurairah melaporkan kepada Rasulullah Saw. Maka bertanyalah beliau : "Apa yang dilakukan kepada tawananmu semalam, ya Abu Hurairah?"

Ia mengeluh, "Ya Rasulullah, bahwa ia orang miskin, keluarganya banyak dan sangat memerlukan makanan," jawab Abu Hurairah. Lalu diterangkan pula olehnya, bahwa ia kasihan kepada pencuri itu,, lalu dilepaskannya.

"Bohong dia," kata Nabi Saw: "Pada hal nanti malam ia akan datang lagi.

Karena Rasulullah Saw berkata begitu, maka penjagaannya diperketat, dan kewaspadaan pun ditingkatkan. Dan, benar juga, pencuri itu kembali lagi, lalu mengambil makanan seperti kemarin. Dan kali ini ia pun tertangkap."Akan aku adukan kamu kepada Rasulullah Saw," ancam Abu Hurairah, sama seperti kemarin.

Dan pencuri itu pun sekali lagi meminta ampun : "Saya orang miskin, keluarga saya banyak. Saya berjanji besok tidak akan kembali lagi."

Kasihan juga Abu Hurairah mendengar keluhan orang itu, dan kali ini pun ia kembali dilepaskan. Pada paginya, kejadian itu dilaporkan kepada Rasulullah Saw, dan beliau pun bertanya seperti kemaren. Dan setelah mendapat jawaban yang sama, sekali lagi Rasulullah Saw menegaskan : "Pencuri itu bohong, dan nanti malam ia akan kembali lagi."

Malam itu Abu Hurairah berjaga-jaga dengan kewaspadaan dan kepintaran penuh. Mata, telinga dan perasaannya dipasang baik-baik. Diperhatikannya dengan teliti setiap gerak-gerik disekelilingnya sudah dua kali ia dibohongi oleh pencuri.

Jika pencuri itu benar-benar datang seperti dikatakan oleh Rasulullah Saw dan ia berhasil menangkapnya, ia telah bertekad tidak akan melepaskannya sekali lagi. Hatinya sudah tidak sabar lagi menunggu-nunggu datangnya pencuri jahanam itu. Ia kesal. Kenapa pencuri kemaren itu dilepaskan begitu sahaja sebelum diseret ke hadapan Rasulullah Saw? Kenapa mau saja ia ditipu olehnya ? "Awas!" katanya dalam hati. "Kali ini tidak akan kuberikan ampun."

Malam semakin larut, jalanan sudah sepi, ketika tiba-tiba muncul sesosok bayangan yang datang menghampiri tumpukan makanan yang dia jaga. "Nah, benar juga, ia datang lagi," katanya dalam hati.

Dan tidak lama kemudian pencuri itu telah bertekuk lutut di hadapannya dengan wajah ketakutan. Diperhatikannya benar-benar wajah pencuri itu. Ada semacam kepura-puraan pada gerak-geriknya.

"Kali ini kau pastinya saya adukan kepada Rasulullah Saw. Sudah dua kali kau berjanji tidak akan datang lagi kemari, tapi ternyata kau kembali juga."

"Lepaskan saya," pencuri itu memohon. Tapi, dari tangan Abu Hurairah yang menggenggam erat-erat dapat difahami, bahwa kali ini ia tidak akan dilepaskan lagi.

Maka dengan rasa putus asa ahirnya pencuri itu berkata : "Lepaskan saya, akan saya ajari tuan beberapa kalimat yang sangat berguna."

"Kalimat-kalimat apakah itu?" Tanya Abu Hurairah dengan rasa ingin tahu.

"Bila tuan hendak tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat. Maka tuan akan selalu dipelihara oleh Allah, dan tidak akan ada syaitan yang berani mendekati tuan sampai pagi."

Maka pencuri itu pun dilepaskan oleh Abu Hurairah. Agaknya naluri keilmuannya lebih menguasai jiwanya sebagai penjaga gudang.Dan keesokan harinya, ia kembali menghadap Rasulullah Saw untuk melaporkan pengalamannya yang luar biasa tadi malam. Ada seorang pencuri yang mengajarinya kegunaan ayat Kursi.

"Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?" tanya Rasul sebelum Abu Hurairah sempat menceritakan segalanya.

"Ia mengajariku beberapa kalimat yang katanya sangat berguna, lalu ia saya lepaskan," jawab Abu Hurairah."

"Kalimat apakah itu?" tanya Nabi.

Katanya : "Kalau kamu tidur, bacalah ayat Kursi : Allaahu laa Ilaaha illaa Huwal-Hayyul Qayyuuumu….. Dan seterusnya sampai akhir ayat.

Dan ia katakan pula : "Jika engkau membaca itu, maka engkau akan selalu dijaga oleh Allah, dan tidak akan didekati syaitan hingga pagi hari."

Menanggapi cerita Abu Hurairah, Nabi Saw berkata, "Pencuri itu telah berkata benar, sekalipun sebenarnya ia tetap pendusta."

Kemudian Nabi Saw bertanya pula : "Tahukah kamu, siapa sebenarnya pencuri yang bertemu denganmu tiap malam itu?"

"Tidak Tau ya Rasulullah." jawab Abu Hurairah.

"Itulah syaitan." Jawab Rasulullah Saw.

Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Abu Hurairah dengan pencuri. Dari ulasan tadi bisa kita mengambil kesimpulan bahwa mewiridkan ayat kursi sebelum tidur, insya Allah kita tidak di dekati syetan maupun pencuri. Tentunya setelah kita berusaha dulu, tutup kunci pintu dan jendela khususnya bagi pencuri.

1 komentar:

  1. hmm.. hanya bisa senyum...krn sulit memahaminya tanpa berpikir cerdas. bgm mungkin syetan mengajari bacaan ayat Kursi sementara dia sendiri takut dengan bacaan tersebut?..bacaan tinggal bacaan, tanpa dikaitkan dengan Yang Maha Perkasa maka apapun ayatnya tak akan punya makna dan kekuatan apapun. jadi bagaimana kita selalu terkait dan beserta Alloh? hanya seorang Guru Mursyid yang bersilsilah yang mampu mengajarkannya...

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.