Selasa, 15 Agustus 2017

Air dan Batu Menjadi Motivasi Ibnu Hajar Si Anak Batu

Al kisah seorang anak yatim karena ayahnya meninggal pada saat ia masih berumur 4 tahun dan ibunya meninggal ketika anak masih balita beliau adalah bernama Ibnu Hajar. Ibnu Hajar kecil diasuh oleh kakak kandungnya, ia tumbuh menjadi remaja yang cerdas dan menjaga diri dari dosa.

Ibnu Hajar al-Asqalani (773 H/1372 M - 852 H/1449 M) adalah seorang ahli hadits dari mazhab Syafi'i yang terkemuka. Nama lengkapnya adalah Syihabuddin Abul Fadhl Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Mahmud bin Ahmad bin Hajar, namun lebih dikenal sebagai Ibnu Hajar al-Asqalani dikarenakan kemasyhuran nenek moyangnya yang berasal dari Ashkelon, Palestina.

Ibnu Hajar sangat berhati-hati dalam menjalani kehidupannya serta belajar hidup mandiri. Namanya yang dikaitkan batu berawal dari kisah beliau dengan batu yang Beliau jadikan sebagai awal motivasinya untuk bangkit. Kisah itu bermula ketika beliau masih belajar di sebuah madrasah. Ibnu Hajar dikenal sebagai murid yang rajin namun beliau sangat sulit untuk menyerap pelajaran atau boleh dikatakan beliau sangat pelupa.

Bahkan ia sering lupa dengan pelajaran-pelajaran yang telah diajarkan oleh gurunya di sekolah. Hal inilah yang membuatnya patah semangat dan putus asa. Pada suatu saat Ibnu Hajar meminta izin kepada gurunya untuk meninggalkan sekolahnya.

Dengan langkah yang lemah Beliau meninggalkan sekolahnya. Di tengah perjalanan hujan pun turun dengan sangat lebatnya, dan memaksa dirinya untuk berteduh di dalam sebuah gua. Ketika berada di dalam gua pandangannya tertuju pada sebuah tetesan air yang menetes sedikit demi sedikit jatuh melubangi sebuah batu, Ibnu Hajar pun terkejut melihat tetesan air tersebut.

Beliau pun berguman dalam hati, sungguh sebuah keajaiban. Bagaimana mungkin batu itu bisa terlubangi hanya dengan tetesan air. Ia terus mengamati tetesan air itu dan mengambil sebuah kesimpulan bahwa batu itu berlubang karena tetesan air yang terus menerus.

Dari peristiwa itu, seketika Ibnu Hajar  tersadar bahwa betapa pun kerasnya sesuatu jika ia diasah terus menerus maka ia akan manjadi lunak. Batu yang keras saja bisa terlubangi oleh tetesan air apalagi kepala saya yang tidak menyerupai kerasnya batu. Jadi kepala saya pasti bisa menyerap segala pelajaran jika dibarengi dengan ketekunan, rajin, dan sabar.

Sejak saat itu semangatnya pun kembali tumbuh lalu beliau kembali ke sekolahnya dan menemui gurunya. Beliau menceritakan peristiwa yang baru saja Beliau  alami. Melihat semangatnya yang tinggi, gurunya pun berkenan menerimanya kembali untuk menjadi murid di sekolah itu.

Sejak saat itu perubahan luar biasa pun terjadi dalam diri Ibnu Hajar. Beliau manjadi murid yang tercerdas dan melampaui teman-temannya. Beliau akhirnya menjadi ulama besar dan sangat terkenal sampai sekarang. Bahkan beliau memiliki banyak karya berupa kitab-kitab yang terkenal sampai sekarang.

Bahkan menurut muridnya, yaitu Imam asy-Syakhawi, karya beliau mencapai lebih dari 270 kitab. Sebagian peneliti pada zaman ini menghitungnya, dan mendapatkan sampai 282 kitab. Kebanyakan berkaitan dengan pembahasan hadits, secara riwayat dan dirayat (kajian).

Salah satu karyanya yang terkenal adalah kitab Fathul Bari (Kemenangan Sang Pencipta), yang merupakan penjelasan dari kitab shahih milik Imam Bukhari dan disepakati sebagai kitab penjelasan Shahih Bukhari yang paling detail yang pernah dibuat. (Sumber: Biogra Ulama Salaf)

Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Ibnu Hajar si anak batu. Dari kisah tersebut bisa kita mengeambil pelajaran bahwa dengan ketekunan, keuletan dan kesabaran insya Allah kita akan mendpatkan keberhasilan. Intinya Allah Swt tidak akan merubah nasib suatu kaum, selain kaum itu sendiri yang merubahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.