Minggu, 17 September 2017

Biografi Singkat Ulama Penyusun Enam Kitab Hadits (Kutubus Sittah)

Kutubus Sittah dalam Bahasa Indonesia berarti 'Enam Kitab', adalah sebutan yang digunakan untuk merujuk kepada enam buah kitab induk Hadits dalam Islam. Keenam kitab ini merupakan kitab hadits yang disusun oleh para pengumpul hadits yang kredibel. Kitab-kitab tersebut menjadi rujukan utama oleh umat muslim dalam merujuk kepada perkataan Nabi Muhammad Saw.

Imam Bukhori.
Nama lengkapnya  Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Muqirah Al-Ja’fi bin Bardizbah Al-Bukhari, lahir bulan Syawal 194 H di Bukhara, Uzbekistan, Asia tengah  sehingga dikenal dengan panggilan ‘Al-Bukhari’.

Imam Bukhari  dididik dalam keluarga ulama yang  taat beragama. Dalam kitab ats-Tsiqat, Ibnu Hiban menulis  bahwa ayah Bukhari dikenal sebagai seorang yang wara’, seorang  ulama  bermazhab Maliki dan murid dari Imam Malik,  ulama besar dan ahli fiqih. Ia wafat ketika Bukhari masih kecil.

Imam  Bukhari sudah melakukan pengembaraan menuntut ilmu sejak berusia sepuluh tahun. Ia pergi ke Balkh, Naisabur, Rayy, Baghdad, Bashrah, Kufah, Mekkah Mesir, dan Syam. Imam Bukhari berguru pada Syekh Ad-Dakhili. Ulama ahli Hadist yang mashur di Bukhara. Pada usia 16 tahun  ia mengunjungi kota suci  Makkah dan Madinah untuk mengikuti kuliah dari para guru besar Hadist. Pada usia 18 tahun dia sudah hafal karya Mubarak dan Waki’ bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun Hadist-Hadist shahih dalam satu kitab. Dari satu juta Hadist yang diriwayatkan 80.000 Rawi disaring menjadi 7.275 Hadist.

Untuk  mengumpulkan dan menyeleksi  Hadist Sahih, Imam Bukahri  menghabiskan waktu selama 16 tahun mengunjungi berbagai kota untuk menemui para Rawi Hadist. Diantara kota-kota yang disinggahinya antara lain  Basrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baqhdad sampai Asia Barat.

Di antara ulama Hadist yang   yang termasuk guru Imam Bukahri adalah Ali-bin al-Madani, Ahmad bin Hambal, Yahya bin Ma’in, Makki bin Ibrahim al-Bakhi, dan Muhammad bin Yusuf Al-Baikandhi. Selain itu,   banyak ahli Hadist yang  berguru kepadanya, diantaranya  Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibnu Nazr,  dan Imam Muslim.

Imam Bukhari merupakan  ulama Hadist yang banyak  menulis kitab-kitab Hadist. Kitab-kitabnya menjadi rujukan bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagian diantara karya-karya adalah: Sahih Bukhari, al-Adab al-Mufrad, adh-Dhuafa ash-Shqhir, at- Tarikh as- Shaghir, at- Tharikh al- Aushat. At- thrikh al- Kabir, at-Tafsir al-Kabir, al-Ilal, Raful yadain fi as-Salah, Birrul al-Walidain, ad-Dhuafa, al-hibah. Diantara karya-karya tersebut yang termashur adalah al-Jami’ al-Musnad ash-Sahih al- Mukhtasar min Umur Rasul Allah was Sunanih wa Ayyamih.

Imam al-Bukhari wafat pada malam Idul Fitri tahun 256 H dalam usia 62 tahun. Jenazahnya  dikuburkan di Khartank, sebuah desa di Samarkand.
Baca Juga :


Imam Muslim.
Nama lengkapnya Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Kausyaz Al-Qusyairi An- Naisaburi, dilahirkan di Naisabur pada tahun 202 H/ 817 M. Naisabur, saat itu termasuk wilayah Rusia, yang dalam sejarah Islam dikenal dengan sebutan Maa Wara’a an Nahr, daerah-daerah yang terletak di belakang Sungai Jihun di Uzbekistan, Asia Tengah.

Naisabur pernah menjadi pusat pemerintahan dan perdagangan kurang lebih 150 tahun pada masa Dinasti Samanid. Bahkan, kota Naisabur dikenal  juga saat itu sebagai salah satu kota ilmu,  tempat berkumpulnya ulama besar dan pusat peradaban di kawasan Asia Tengah.

Imam Muslim  sangat menyukai  ilmu Hadist. Kecerdasan dan ketajaman hafalannya sudah ditunjukkan sejak kecil. Pada  usia 10 tahun, sering datang berguru kepada Imam Ad Dakhili, seorang ahli hadits di kotanya. Setahun kemudian, Muslim mulai menghafal Hadist dan berani mengoreksi kekeliruan gurunya ketika salah dalam periwayatan Hadist. Kecintaannya kepada ilmu Hadist menjadikannya pngembara ke berbagai tempat dan untuk mendapatkan silsilah yang benar sebuah Hadist.

Imam Muslim banyak menulis  kitab-kitab Hadist,  diantaranya yang termashur adalah, al-Jami’ ash-Sahih atau dikenal sebagai Shahih Muslim, al-Musnad al-Kabir , al-Asmah Wal-kun,al-Ilal, al-Qaran, Sualat  Ahmad bin Hambal, al-intifa’ bi Uhubis-Siba’, Al-Muhadramain, Man laisa lahu Illa Rawin Wahid, kitab Auladish-shaba , dan kitab Auham al-Muhaddisin. Selain itu, yang paling mashur adalah ash-Sahih, yang judul lengkapanya adalah al-Musnad as-Shahih al- Mukhtashar  Min as-Sunan bin Naql al-Adl’an  Rasul Allah, berisi 3,033 Hadist.

Beliau wafat  pada hari Ahad sore, dimakamkan di Nasr Abad,  salah satu daerah di luar Nisabur,  pada hari Senin, 25 Rajab 261 H/5 Mei 875 M, dalam usia 55 tahun.

Imam Abu Dawud.
Nama lengkapnya, Sulaiman bin Al-Asy’as bin Ishaq bin Basyir bin Syidad bin ‘Amr Al-Azdi As-Sijistani, dilahirkan pada tahun 202 H/817 M di Sijistan. Sejak kecil,  Abu Dawud sudah mencintai ilmu dan para ulama. Belum cukup dewasa, sudah mengunjungi dan mengelilingi berbagai negeri  seperti Hijaz, Syam, Mesir, Irak, Jazirah, Sagar, Khurasan dan negeri-negeri lain,  untuk belajar Hadist dari para ulama.  Hadist-Hadist yang diperolehnya disaring dan hasil penyaringannya dibukukan dalam kitab As-Sunan.

Abu Dawud mengunjungi Baghdad berkali-kali untuk mengajarkan Hadist dan fiqh kepada penduduk dengan menggunakan  kitab Sunan sebagai pegangannya. Kitab Sunan karyanya itu  dipuji oleh Ahmad bin Hanbal, ulama fiqh termasyhur dalam empat Imam Madzhab.

Kemudian Abu Dawud menetap di Basrah atas permintaan gubernur setempat yang menghendaki supaya Basrah menjadi  pusat bagi para ilmuwan dan peminat Hadist.

Para ulama yang menjadi guru Imam Abu Dawud sangat  banyak jumlahnya,  diantaranya Ahmad bin Hanbal, Al-Qa’nabi, Abu ‘Amr Ad-Darir, Muslim bin Ibrahim, Abdullah bin Raja’, Abu’l  Walid At-Tayalisi dan lain-lain. Sebahagian dari  gurunya ada  yang menjadi guru Imam Bukhari dan Imam Muslim, seperti Ahmad bin Hanbal, Usman bin Abi Syaibah dan Qutaibah bin Sa’id. Adapun para ulama yang menjadi muridnya atau mengambil ilmunya, antara lain Abu ‘Isa At-Tirmidzi, Abu Abdur Rahman An-Nasa’i, putranya sendiri Abu Bakar bin Abu Dawud, Abu Awanah, Abu Sa’id al-A’rabi, Abu Ali al-Lu’lu’i, Abu Bakar bin Dassah, Abu Salim Muhammad bin Sa’id al-Jaldawi dan lain-lain.

Abu Dawud adalah  salah seorang ulama  besar yang  prilakunya wara’, saleh dan bijksana. Sifat-sifat mulianya  diungkapkan oleh sebahagian ulama dengan menyatakan:

“Abu Dawud menyerupai Ahmad bin Hanbal dalam perilakunya, ketenangan jiwa dan kebagusan pandangannya serta keperibadiannya. Ahmad dalam sifat-sifat ini menyerupai Waki’, Waki menyerupai Sufyan as-Sauri, Sufyan menyerupai Mansur, Mansur menyerupai Ibrahim An-Nakha’i, Ibrahim menyerupai ‘Alqamah dan ia menyerupai Ibnu Mas’ud. Sedangkan Ibnu Mas’ud sendiri menyerupai Nabi SAW dalam sifat-sifat tersebut.”

Imam Abu Dawud menulis  banyak  kitab Hadist, antara lain: Kitab As-Sunnan (Sunan Abu Dawud), Kitab Al-Marasil. Kitab Al-Qadar, An-Nasikh wal-Mansukh, Fada’il al-A’mal, Kitab Az-Zuhd. Dala’il an-Nubuwah, Ibtida’ al-Wahyu, Ahbar al-Khawarij. Kitabnya yang banyak dikenal di kalangan umat muslim Indonesia adalah Kitab As-Sunan Abu Dawud.

Abu Dawud meninggal di Basrah pada tanggal 16 Syawwal 275 H/889 M.

Imam At-Tirmidzi.
Imam Tirmidzi banyak mengarang kitab diantaranya, Kitab Al-ilal, Kitab Asma Ash-Shahabah,  Kitab Al-Asma’ Al-Kuna, dan yang terkenal adalah Kitab As-Sunan. Dalam bab Hadist Hasan disebutkan  bahwa Sunan At-Tirmidzi adalah induk Hadist Hasan. Dalam kitab tersebut ada empat bagian: pertama bagian yang dipastikan kesahihannya, kedua bagian yang mencapai syarat, Abu Daud dan An-Nasai’, ketiga bagian yang jelas illatnya,  keempat dalam hal yang ia terangkan dalam katanya sendiri. ‘’Yang kutakhrijkan dalam kitabku ini adalah Hadist yang telah diamalkan oleh sebagian ulama’’.

Diantara keistimewaan kitab As-Sunan adalah yang diisyaratkan oleh Abdullah bin Muhammd Al-Anshari dengan ucapan beliau: ‘kitab At-Tirmidzi bagiku  lebih terang dari pada kitab Al-Bukhari dan Muslim’.  Kitab At-Tirmidzi menurutnya bisa dicapai oleh setiap orang, baik ahli fiqih ahli Hadist atau ahli yang lainnya.

Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi,  bertukar pikiran dan mengarang  pada ahir hidupnya dia menderita penyakit buta, beberapa tahun lamanya. Dalam keadaan seperti inilah Imam At-Tirmidzi kemudian meninggal. Ia wafat di Tirmidzi pada malam Senin, 13 Rajab tahun 279 H/8 Oktober 892 dalam usia 70 tahun.

Imam An-Nasai.
Nama lengkapnya Abu Abdurrahman bin Syu’aib bin Ali Ibnu Abi Bakar Ibnu Sinan an-Nasai,  lahir pada tahun 215 H.  Dikenal dengan nama  Nasa’i dinisbatkan dengan kota Nasa’i , salah satu kota di Khurasan. Imam Nasi’i menerima Hadist dari Sa’id, Ishaq bin Rahawahih dan ulama-ulama lain dari tokoh Hadist  di Khurasan, Hijaz,  Irak, Mesir, Syam dan Jazirah Arab.

Imam Nasa’i terkenal karena ketinggian sanad Hadistnya. Kitab Sunan An-Nasa’i  mengandung lebih sedikit Hadist  Dhaifnya,  setelah Hadist Sahih Bukhari dan Shahih Muslim.  Diantara para gurunya  adalah  Qutaibah bin Sa’id, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih  Al-Harist bin Miskin, Ali bin Kasyram, Imam Abu Daud, dan Imam Abu Isa At-Tirmidzi. Adapun ulama-ulama  yang pernah berguru  kepadanya diantaranya: Abu Al-Qasim At-Tabarani (pengarang  kitab Mu’jam),  Abu Ja’far At-Thahawi, Al-Hasan bin Al-Khadir As-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin Al-Ahamr An-Dalusi, Abu Naashr Al-Dalaby, dan Abu Bakar bin Ahmad As-Sunni.

Kitab-kitab Hadist karya Iman An-Nasa’i diantaranya: As-Sunan  al-Kubra yang dikenal dengan Sunan An-Nasa’i, As-Sunan al-Mujtaba, Kitab at-Tamyiz,  Kitab Adh-Dhu’afa, Khasa’is Ali, Musnad Ali, Musnad Malik dan  Manasik al-Hajji.

Imam An-Nasa’i wafat pada tahun 303 H/915 M  dan dimakamkan di Bait Al-Maqdis, Palestina.

Imam Ibnu Majah.
Nama lengkapnya Abu Abdullah Muhammad bin Yazid bin Majah Ar-Rabi’i Al-Qazwini. Lebih akrab dipanggil Ibnu Majah. Ibnu Majah terkenal kejujuran dan akhlak mulianya. Dilahirkan di Qazwin, Irak pada 209 H/824 M. Sebutan Majah dinisbahkan kepada ayahnya, Yazid, yang juga dikenal dengan nama Majah Maula Rab’at. Ibnu Majah mulai belajar sejak usia remaja dan menekuni bidang ilmu Hadis pada usia 15 tahun kepada seorang guru ternama Ali bin Muhammad At-Tanafasi. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar.

Hal inilah yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negara guna mencari, mengumpulkan, dan menulis Hadist. Puluhan negeri telah ia kunjungi, antara lain Rayy (Teheran), Basra, Kufah, Baghdad, Khurasan, Suriah, Mesir  dan Hijaz. Ia menerima Hadist dari para ulama Hadist di tempat-tempat yang dikunjunginya diantaranya dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, Muhammad bin Abdullah bin Numayr, Hisyam bin Ammar, Ahmad bin Al-Azhar, Basyar bin Adam, dan para pengikut perawi dan ahli Hadis, Imam Malik serta Al-Lays.Juga dari Ishaq bin Muhammad, Ali bin Ibrahim bin Salamah Al-Qattan, Ahmad bin Ibrahim, dan sebagainya.

Melalui pertemuannya dengan berbagai ulama Hadist di berbagai tempat inilah, Ibnu Majah dapat menghimpun dan menulis puluhan bahkan ratusan Hadis dari sumber-sumber yang dipercaya  kesahihannya.

Sepanjang hayatnya, Imam Ibnu Majah telah menulis puluhan buku, baik dalam bidang Hadist, sejarah, fikih, maupun tafsir. Di bidang tafsir, antara lain menulis Tafsir Al-Qur’anul Karim. Di bidang sejarah, At-Tariikh, yang memuat biografi para perawi Hadist sejak awal hingga ke masanya.

Adapun karyanya yang paling  monumental dan populer di kalangan Muslim dan literatur klasik adalah kitab di bidang Hadist  berjudul Kitab Sunan Ibnu Majah. Menurut Muhammad Fuad Abdul Baqi, penulis buku Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Alquran (Indeks Alquran), jumlah Hadist dalam kitab Sunan Ibnu Majah berjumlah 4.241 buah Hadis.

Kontribusinya di bidang ilmu-ilmu Islam itu, khususnya bidang ilmu Hadis, banyak mendapat pujian dari para ulama besar lainnya. Abu Ya’la Al-Khalili Al-Qazwini mengatakan,   “Ibnu Majah adalah seorang  yang terpercaya, yang disepakati tentang kejujurannya, dapat dijadikan pdoman pendapat-pendapatnya. Ia mempunyai pengetahuan luas dan banyak menghafal Hadist’. Begitu juga  Ibnu Katsir, ulama Tafsir termasyhur  mengatakan dalam kitabnya, Al-Bidayah:

Muhammad bin Yazid (Ibnu Majah) adalah pengarang kitab sunan yang masyhur. Kitabnya itu merupakan bukti atas amal dan ilmunya, keluasan pengetahuan dan pandangannya, serta kredibilitas dan loyalitasnya kepada Hadis dan usul serta furu’.”

Ibnu Majah meninggal pada tanggal 22 Ramadhan 273 H/887 M, di tanah kelahirannya, Qazwin, Irak.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang biografi singkat ulama penyusun enam kitab hadits atau yang sering juga di sebut dengan kutubus sittah. Mudah-mudahan bermanfaat untuk kita semua. Aamiin. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.