A. Lafal Bacaan Al-Qur'an Surat An-Nahl Ayat 90-92 dan Artinya.
Inna laaha ya'muru bil'adli wal-ihsaani wa-iitaa-i dzii lqurbaa wayanhaa 'ani lfahsyaa-i walmunkari walbaghyi ya'izhukum la'allakum tadzakkaruun
(90). “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."
wa-awfuu bi'ahdi laahi idzaa 'aahadtum walaa tanqudhuu l-aymaana ba'da tawkiidihaa waqad ja'altumu laaha 'alaykum kafiilan inna laaha ya'lamu maa taf'aluun
(91). "dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat."
walaa takuunuu kallatii naqadhat ghazlahaa min ba'di quwwatin ankaatsan tattakhidzuuna aymaanakum dakhalan baynakum an takuuna ummatun hiya arbaa min ummatin innamaa yabluukumu laahu bihi walayubayyinanna lakum yawma lqiyaamati maa kuntum fiihi takhtalifuun
(92). "dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu”.
B. Isi Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nahl Ayat 90-92..
1). Ada tiga hal yang diperintahkan oleh Allah Swt agar dilakukan sepanjang waktu sebagai wujud dari taat kepada Allah Swt.
Pertama, berlaku adil yaitu menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak kepada yang berhak, dan tidak berlaku zalim/aniaya.
Kedua, berbuat ihsan; mengandung dua arti yaitu mempertinggi kualitas amalan, berbuat yang lebih baik sehingga imannya meningkat dan kepada sesama makhluk yaitu berbuat lebih tinggi lagi dari keadilan. Misalnya, memberikan upah kepada pekerja yang setimpal sesuai dengan pekerjaannya pada waktunya itu adalah sikap yang adil. Tetapi jika memberikan upah yang lebih dari semestinya sehingga hatinya gembira, maka itulah ihsan. Al-Qurtubi dalam tafsirnya menyatakan: “Maka sesungguhnya Allah Swt suka sekali hamba-Nya berbuat ihsan sesama makhluk, sampai pun kepada burung-burung yang engkau perihara dalam sangkarnya, dna kucing di dalam rumah, jangan sampai mereka itu tidak merasakan ihsan dari engkau”.
Ketiga, memberi kepada keluarga yang terdekat, ini sebenarnya masih lanjutan dari sikap ihsan. Kadang-kadang orang yang berasal dari satu ayah atau satu ibu sendiri pun tidak sama nasibnya. Ada yang murah rezekinya,lalu menjadi kara raya, dan ada yang hidupnya susah. Maka orang yang mampu dianjurkan berbuat baik kepada keluarganya yang terdekat, sebelum ia mementingkan orang lain.
2) Ada tiga hal yang dilarang oleh Allah Swt, yang harus dijauhi oleh orang yang beriman:
Pertama, melarang segala perbuatan yang keji, yaitu dosa yang amat merusak pergaulan dan keturunan. Kalau al-Qur’an menyebut al-fakhsya’, yang dituju ialah segala yang berhubungan dengan zina. Segala pintu yang menuju kepada zina, baik terkait dengan pakaian yang membukakan aurat atau cara cara lain yang menimbulkan nafsu syahwat. Hendaklah itu ditutup mati.
Kedua, perbuatan munkar yaitu segala perbuatan yang tidak dapat diterima baik oleh masyarakat yang menjaga budi luhur, dan segala tingkah laku yang membawa pelanggaran atau bertentangan dengan norma agama.
Ketiga, aniaya, yaitu segala perbuatan yang sikapnya menimbulkan permusuhan terhadap sesama manusia, karena mengganggu hak dan kepunyaan orang lain.
3). Ketiga hal yang diperintahkan dan ketiga hal yang dilarang oleh Allah Swt dalam ayat tersebut, adalah bertujuan agar orang mukmin selamat dalam pergaulan hidup sehingga dapat meraih bahagia.
4). Jika orang sudah berjanji dengan Allah Swt untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, berarti ia telah berjanji dengan Allah Swt. Hendaklah janji dengan Allah Swt itu dipenuhi, dan jangan seenaknya melalaikan/bermain-main sumpah yang telah diteguhkan. Jika melanggar sumpah itu maka akan dikenai kaffarah (denda), yaitu memberi makan 10 orang miskin atau memerdekakan budak, kalau itu tidak mampu maka berpuasa 3 hari berturut-turut (QS. Al Ma’idah: 89).
5). Orang telah mengikat janji yang teguh, sehingga kuat teguhlah janji itu laksana kain selesai ditenun. Maka janganlah merusak perjanjian itu agar tidak seperti kain tenunan yang telah kuat itu kemudian diurai kembali satu demi satu. Sia sialah usahanya tidak ada manfaat. Allah Swt mencela orang yang suka meremehkan/ membatalkan perjanjian dengan orang lain, lalu berjanji dengan pihak lainnya.
إِنَّ ٱللَّهَ يَأْمُرُ بِٱلْعَدْلِ وَٱلْإِحْسَٰنِ وَإِيتَآئِ ذِى ٱلْقُرْبَىٰ وَيَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ وَٱلْبَغْىِ ۚ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
Inna laaha ya'muru bil'adli wal-ihsaani wa-iitaa-i dzii lqurbaa wayanhaa 'ani lfahsyaa-i walmunkari walbaghyi ya'izhukum la'allakum tadzakkaruun
(90). “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."
وَأَوْفُوا۟ بِعَهْدِ ٱللَّهِ إِذَا عَٰهَدتُّمْ وَلَا تَنقُضُوا۟ ٱلْأَيْمَٰنَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ ٱللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ
wa-awfuu bi'ahdi laahi idzaa 'aahadtum walaa tanqudhuu l-aymaana ba'da tawkiidihaa waqad ja'altumu laaha 'alaykum kafiilan inna laaha ya'lamu maa taf'aluun
(91). "dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat."
وَلَا تَكُونُوا۟ كَٱلَّتِى نَقَضَتْ غَزْلَهَا مِنۢ بَعْدِ قُوَّةٍ أَنكَٰثًا تَتَّخِذُونَ أَيْمَٰنَكُمْ دَخَلًۢا بَيْنَكُمْ أَن تَكُونَ أُمَّةٌ هِىَ أَرْبَىٰ مِنْ أُمَّةٍ ۚ إِنَّمَا يَبْلُوكُمُ ٱللَّهُ بِهِۦ ۚ وَلَيُبَيِّنَنَّ لَكُمْ يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ مَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
walaa takuunuu kallatii naqadhat ghazlahaa min ba'di quwwatin ankaatsan tattakhidzuuna aymaanakum dakhalan baynakum an takuuna ummatun hiya arbaa min ummatin innamaa yabluukumu laahu bihi walayubayyinanna lakum yawma lqiyaamati maa kuntum fiihi takhtalifuun
(92). "dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. dan Sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu”.
B. Isi Kandungan Al-Qur'an Surat An-Nahl Ayat 90-92..
1). Ada tiga hal yang diperintahkan oleh Allah Swt agar dilakukan sepanjang waktu sebagai wujud dari taat kepada Allah Swt.
Pertama, berlaku adil yaitu menimbang yang sama berat, menyalahkan yang salah dan membenarkan yang benar, mengembalikan hak kepada yang berhak, dan tidak berlaku zalim/aniaya.
Kedua, berbuat ihsan; mengandung dua arti yaitu mempertinggi kualitas amalan, berbuat yang lebih baik sehingga imannya meningkat dan kepada sesama makhluk yaitu berbuat lebih tinggi lagi dari keadilan. Misalnya, memberikan upah kepada pekerja yang setimpal sesuai dengan pekerjaannya pada waktunya itu adalah sikap yang adil. Tetapi jika memberikan upah yang lebih dari semestinya sehingga hatinya gembira, maka itulah ihsan. Al-Qurtubi dalam tafsirnya menyatakan: “Maka sesungguhnya Allah Swt suka sekali hamba-Nya berbuat ihsan sesama makhluk, sampai pun kepada burung-burung yang engkau perihara dalam sangkarnya, dna kucing di dalam rumah, jangan sampai mereka itu tidak merasakan ihsan dari engkau”.
Ketiga, memberi kepada keluarga yang terdekat, ini sebenarnya masih lanjutan dari sikap ihsan. Kadang-kadang orang yang berasal dari satu ayah atau satu ibu sendiri pun tidak sama nasibnya. Ada yang murah rezekinya,lalu menjadi kara raya, dan ada yang hidupnya susah. Maka orang yang mampu dianjurkan berbuat baik kepada keluarganya yang terdekat, sebelum ia mementingkan orang lain.
2) Ada tiga hal yang dilarang oleh Allah Swt, yang harus dijauhi oleh orang yang beriman:
Pertama, melarang segala perbuatan yang keji, yaitu dosa yang amat merusak pergaulan dan keturunan. Kalau al-Qur’an menyebut al-fakhsya’, yang dituju ialah segala yang berhubungan dengan zina. Segala pintu yang menuju kepada zina, baik terkait dengan pakaian yang membukakan aurat atau cara cara lain yang menimbulkan nafsu syahwat. Hendaklah itu ditutup mati.
Kedua, perbuatan munkar yaitu segala perbuatan yang tidak dapat diterima baik oleh masyarakat yang menjaga budi luhur, dan segala tingkah laku yang membawa pelanggaran atau bertentangan dengan norma agama.
Ketiga, aniaya, yaitu segala perbuatan yang sikapnya menimbulkan permusuhan terhadap sesama manusia, karena mengganggu hak dan kepunyaan orang lain.
3). Ketiga hal yang diperintahkan dan ketiga hal yang dilarang oleh Allah Swt dalam ayat tersebut, adalah bertujuan agar orang mukmin selamat dalam pergaulan hidup sehingga dapat meraih bahagia.
4). Jika orang sudah berjanji dengan Allah Swt untuk mengerjakan sesuatu atau tidak mengerjakan sesuatu, berarti ia telah berjanji dengan Allah Swt. Hendaklah janji dengan Allah Swt itu dipenuhi, dan jangan seenaknya melalaikan/bermain-main sumpah yang telah diteguhkan. Jika melanggar sumpah itu maka akan dikenai kaffarah (denda), yaitu memberi makan 10 orang miskin atau memerdekakan budak, kalau itu tidak mampu maka berpuasa 3 hari berturut-turut (QS. Al Ma’idah: 89).
5). Orang telah mengikat janji yang teguh, sehingga kuat teguhlah janji itu laksana kain selesai ditenun. Maka janganlah merusak perjanjian itu agar tidak seperti kain tenunan yang telah kuat itu kemudian diurai kembali satu demi satu. Sia sialah usahanya tidak ada manfaat. Allah Swt mencela orang yang suka meremehkan/ membatalkan perjanjian dengan orang lain, lalu berjanji dengan pihak lainnya.
Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang isi kandungan Al-Qur'an surat An-Nahl ayat 90-92 tentang berlaku adil dan jujur. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari pembahasan tersebut. Aamiin. Sumber Tafsir-Ilmu Tafsir Kelas XII MA, Kementerian Agama Republik Indonesia, Jakarta 2016. Kujungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.