Jumat, 09 Agustus 2019

Kehidupan Politik dan Ekonomi di Jazirah Arab Pada Zaman Jahiliyah

A. Kehidupan Politik di Jazirah Arab
Untuk mengamankan para peziarah yang datang ke kota Makkah, kota suci tempat Ka’bah berdiri, didirikanlah suatu pemerintahan yang pada mulanya berada di tangan dua suku yang berkuasa, yaitu Jurhum, sebagai pemegang kekuasaan politik dan Ismail (keturunan Nabi Ibrahim) sebagai pemegang kekuasaan atas Ka’bah. Kekuasaan politik kemudian berpindah ke suku Khuza’fah dan akhirnya ke suku Quraisy di bawah pimpinan Qushai. Suku terakhir inilah yang kemudian mengatur urusan-urusan politik dan urusan urusan yang berhubungan dengan Ka’bah. Semenjak itu suku Quraisy menjadi suku yang mendominasi masyarakat Arab. Ada sepuluh jabatan tinggi yang dibagi-bagikan kepada kabilah-kabilah asal suku Quraisy, yaitu hijabah, penjaga kunci-kunci Ka’bah; siqoyah, penjaga mata air Zam-zam untuk digunakan oleh para peziarah; diyat, kekuasaan hakim sipil dan kriminal; sifarah, kuasa usaha negara atau duta; liwa’, jabatan ketentraman; rifadah, pengurus pajak untuk orang miskin; nadwah, jabatan ketua dewan; khaimmah, pengurus balai musyawarah; khazimah, jabatan administrasi keuangan; dan azlam, penjaga panah peramal untuk mengetahui pendapat dewa-dewa.

B. Kehidupan Ekonomi di Jazirah Arab
Kehidupan ekonomi di Jazirah Arab dapat diketahui dari perniagaan yang dilakukan oleh orang-orang Quraisy. Perniagaan di masa kerajaan Saba’ dan Himyar meliputi perniagaan di laut dan di darat. Perniagaan di laut yaitu ke India dan Tiongkok, dan perniagaan di darat ialah dalam Jazirah Arab.

Setelah negeri Yaman dijajah oleh bangsa Habsyi dan kemudian oleh bangsa Persi, maka kaum penjajah itu dapat menguasai perniagaan di laut. Akan tetapi perniagaan dalam Jazirah Arab berpindah ke tangan penduduk Makkah, karena kaum penjajah itu tidak dapat menguasai bagian dalam Jazirah Arab.

Ada faktor-faktor yang menolong Makkah dapat memegang peranan dalam perniagaan. Terutama orang-orang Yaman yang telah berpindah ke Makkah, sedang mereka mempunyai pengalaman yang luas dalam bidang perniagaan. Dalam pada itu kota Makkah, dari hari ke hari bertambah masyhur, keberadaan bangunan Ka’bah, dan jamaah haji pun berdatangan dari segenap penjuru Jazirah Arab tiap tahun.

Penduduk Arab suka merantau untuk berniaga, sebagai suatu usaha yang utama dan sumber yang terpenting bagi penghidupan mereka. Dengan demikian perniagaan suku Quraisy menjadi giat serta mendapatkan kemajuan dan kemasyhuran dan kemajuan besar di dalam dan di luar Jazirah Arab.

Pengaruh dari budaya perdagangan bagi pengembangan dakwah adalah tersebar luasnya agama-agama yang dibawa oleh para pedagang tersebut. Tipologi seorang pedangan yang mempunyai jiwa ekspansif, dinamis dan agresif, turut mempengaruhi cepat berkembangnya ajaran-ajaran Islam yang mereka bawa. Mereka berdakwah sambil berdagang. Mereka berdakwah dengan persuasif dan memberi tauladan yang baik dalam berdagang.

Dengan sikap seperti itu, para relasi mereka banyak yang menaruh simpatik dan akhirnya mengikuti ajarakan masuk Islam sebagaimana yang didakwahkan oleh para muballigh dan pedagang tersebut.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kehidupan politik dan ekonomi di Jazirah Arab pada zaman jahiliyah. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.