Jumat, 25 Maret 2016

Kisah Suami Isteri Yang Membatalkan Berangkat Haji Demi Kepentingan Orang Miskin


Alkisah sufi yang sangat menarik, yang diceritakan oleh para ulama kepada kita, bahwa ada sepasang suami isteri yang bergabung dengan satu rombongan berangkat menunaikan ibadah haji, dengan membawa perbekalan yang sangat lengkap.

Di tengah jalan suami isteri itu bertemu dengan satu kampung yang penduduknya sangat miskin dan hidup dalam derita kemelaratan dan kepapaan. Melihat kondisi ini, suami isteri itu merasa iba dan bermaksud menyumbangkan seluruh harta perbekalanya kepada penduduk kampung dan bahkan ikut serta mencarikan solusi atas problema hidup dan kehidupan mereka, sampai penduduk kampung itu terentaskan dari kemiskinan.

Setelah misi ‘tengah jalan’ ini mereka rampungkan, sedangkan waktu pelaksanaan haji pun telah selesai, maka mereka pun pulang tanpa mengerjakan ibadah haji. Sesampainya dikampung halaman, mereka di sambut oleh teman-temannya yang sama-sama pergi menunaikan ibadah haji dulu, dengan sapaan bapak haji dan ibu Hajjah.

Dengan jujur kedua suami isteri itu menjawab, bahwa kami berdua tidak jadi melaksanakan ibadah haji sebab di tengah jalan kami membantu penduduk kampung yang sedang kesusahan. Teman-temannya pun menjawab, 

“Bapak haji dan ibu hajjah jangan bercanda, kami semua melihat dan menjadi saksi hidup bahwa bapak dan ibu menunaikan ibadah haji dengan sangat khusu’ bersama-sama dengan kami, bahkan menjadi pimpinan kami.”

Rupanya atas qudrat dan iradat Allah Swt, ketika kedua orang suami isteri itu sedang asyik membantu penderitaan penduduk kampung tadi, haji keduanya telah di gantikan oleh dua orang malaikat, yang menyerupai kedua suami isteri itu, sehingga semua orang termasuk teman-temanya menyaksikan, keduanya menunaikan ibadah haji bersama-sama dan bahkan menjadi pimpinan bagi mereka.

Dari cerita di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa sesungguhnya apa yang di lakukan oleh kedua suami isteri calon haji tadi, sungguh merupakan perilaku dari seorang haji yang sesungguhnya dan apabila dilakukan dengan penuh keikhlasan (tanpa mendahulu Allah swt.)

Menurut pendapat Drs. Ahmad Supardi Hasibuan, MA dalam buku Islam Sosial Sebuah Tafsir Atas Realita, bahwa sesungguhnya orang yang seperti ini di sebut “haji” sekalipun belum melakukan ritual ibadah haji. Manakah lebih diutamakan kepentingan kepuasan spiritual pribadi, ataukah kepentingan spiritual orang banyak yang nota bene mereka adalah saudara-saudara ita seiman dan seagama. 

Demikianlah Sahabat bacaan madani kisah suami istri yang tidak jadi berangkat haji demi untuk kepentingan orang banyak. Mudah-mudahan dinegara kita ini juga banyak orang-orang yang seperti itu khususnya yang sudah pernah berangkat haji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.