Selasa, 05 April 2016

Mencaci Orang Tua Kawan Bisa Menjadi Mencaci Orang Tua Sendiri


Terkadang mencela atau mencaci tidak pandang bulu, tidak hanya orang lain. Orang tua sendiri pun termasuk bahan celaan anaknya sendiri secara tidak langsung. Mungkinkah kita sendiri yang mencela orang tua kita tanpa kita sadari atau secara tidak langsung. Sebagaimana Sabda Rasulullah Saw.,

حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ ابْنِ الْهَادِ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مِنْ الْكَبَائِرِ شَتْمُ الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَهَلْ يَشْتِمُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ نَعَمْ يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ فَيَسُبُّ أُمَّهُ
و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ جَمِيعًا عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جَعْفَرٍ عَنْ شُعْبَةَ ح و حَدَّثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ حَاتِمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ كِلَاهُمَا عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ مِثْلَهُ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id telah menceritakan kepada kami al-Laits dari Ibnu al-Had dari Sa’ad bin Ibrahim dari Humaid bin Abdurrahman dari Abdullah bin Amru bin al-Ash bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Diantara dosa besar adalah seorang laki-laki mencela kedua orang tuanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, ‘Apakah (mungkin) seorang laki-laki mencela orang tuanya? ‘ Beliau menjawab: “Ya. Dia mencela bapak seseorang lalu orang tersebut (membalas) mencela bapaknya, lalu dia mencela ibunya, lalu orang tersebut (membalas) mencela ibunya.” 

Dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Muhammad bin al-Mutsanna serta Ibnu Basysyar semuanya dari Muhammad bin Ja’far dari Syu’bah. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id telah menceritakan kepada kami Sufyan keduanya dari Sa’ad bin Ibrahim dengan sanad ini seperti hadits tersebut.” (HR. Muslim)

Dahulu para sahabat heran jika ada orang yang berani mencaci orang tuanya sendiri, namun sekarang mencaci orang tua orang lain itu bisa jadi bahan lelucon, Kekurangan orang tua jadi bahan candaan, lelucon untuk saling mengakrabkan diri dengan orang lain, bahkan sampai untuk mencari uang seperti kita lihat di komedi-komedi yang terlihat di televisi. 

Orang tua dijadikan lelucon dan kita tidak marah? Sedang menghina kawan kita saja sudah dibilang keburukan oleh Rasulullah saw. apalagi menghina orang tua?

Dari hadits Rasulullah Saw. bisa kita fahami untuk saat ini banyak dari kalangan remaja yang menjadikan orang tuanya yang menjadi bahan lelucon. Bahkan jadi bahan celaan sendiri diantara mereka. Nau’udzubillah…

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang mencela orang tua. Mudah-mudahan kita di jauhkan dari sifat tercela tersebut. Aamiin. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.