Senin, 05 September 2016

Ketakjuban Allah Swt Terhadap Orang yang Memilki Sikap Al Itsar


Mengutamakan orang lain adalah termasuk akhlak yang mulia didalam ajaran Islam perbutan yang demikian sering di istilahkan dengan Al itsar. Tindakan yang seperti itu merupakan tindakan yang disunnah oleh Rasulullah Saw. Allah Swt akan mencintai hamba-hamba-Nya yang selalu berupaya dan berusaha membantu kebutuhan saudaranya. Bahkan orang-orang yang enggan membantu saudaranya termasuk orang-orang yang mendustakan agama. Sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Quran,

"Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? Dialah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang yang lalai dari sholatnya, orang-orang yang berbuat riya' dan enggan menolong dengan barang yang berguna. " (QS. Al Ma'uun : 1-7).

Mengutamakan orang lain ini juga sudah dicontohkan oleh kaum Anshor dan kaum Muhajirin. Orang yang berbuat yang demikian termasuk orang-orang yang beruntung sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran. Allah Swt berfirman,

“Dan orang-orang yang telah menempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang  berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada memiliki keinginan di dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang mereka berikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr: 9)

Al itsar atau mengutamakan orang lain adalah tindakan yang disunahkan oleh Rasulullah SAW. Perilaku ini merupakan wujud persaudaraan sejati sesama Muslim. Itsar memiliki nilai yang mulia di sisi Allah. Sebagaimana dituturkan oleh Abu Hurairah ra, ia berkata,

Suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW. Ia bermaksud meminta bantuan kepada Nabi karena sedang dalam kesusahan. Rasulullah kemudian menyuruh laki-laki itu untuk menemui salah satu istrinya. Maka istri Rasul berkata, “Demi Allah yang telah mengutusmu dengan hak, aku tidak mempunyai apapun kecuali air.” Mendengar itu, Rasul menyuruh laki-laki itu kepada istri beliau yang lain. Ternyata, hasilnya sama. Istri Rasulullah hanya punya air.

Rasul kemudian bersabda di hadapan para sahabat, “Siapa yang mau menjamu tamu pada malam ini?” Seorang laki-laki dari kaum Anshar menyanggupinya. “Aku, ya Rasul.” Orang Anshar ini lalu membawa laki-laki tersebut ke rumahnya.

Sesampai di rumah ia berkata kepada istrinya, “Wahai istriku, muliakanlah tamu Rasulullah ini. Apakah engkau punya sesuatu?” Istrinya menjawab, “Tidak, kecuali makanan anak-anak kita.”

Mendengar jawaban istrinya, orang Anshar ini tidak lantas mengusir sang tamu. Ia berpesan kepada istrinya, “Hiburlah mereka (anak-anaknya). Jika mereka mau makan malam maka tidurkanlah. Jika tamu kita sudah masuk, matikanlah lampu dan perlihatkan kepadanya seolah-olah kita sedang makan.”

Tamu itu pun datang. Mereka semua duduk. Tamu itu pun makan dalam keadaan gelap. Orang Anshar dan istrinya menemani sang tamu, seolah-olah sedang makan pula. Akhirnya sahabat Anshar dan istrinya itu tidur dalam keadaan lapar.

Ketika waktu Subuh, sahabat Anshar ini menemui Rasulullah SAW dan menceritakan perbuatannya. Nabi pun berkata, “Allah sungguh takjub karena perbuatan engkau bersama istrimu tadi malam pada saat menjamu tamu.” (Mutafaq alaih)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang mengutamakan orang lain. Alangkah indah jika karakter itsar muncul sekarang. Apalagi banyak anggota masyarakat yang mengalami kesusahan hidup. Itsar mendorong kita untuk mau menekan ego dan mengorbankan kepentingan pribadi demi orang lain.

Memang tidak bisa dimungkiri, kini justru karakter mementingkan diri sendiri yang mendominasi kehidupan kita. Namun, bukan berarti itsar tidak bisa kita lakukan. “… Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya….” (QS Saba [34]: 39). Semoga kita sesama umat Islam bisa saling menolong satu dengan yang lain, bukan saling mengedepankan egonya masing-masing. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.