Menurut Az-Zamakhsyari, Amal saleh adalah segala perbuatan seseorang yang sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW. Segala amal saleh selalu dilandasi oleh keimanan.
Adapun waktu adalah sesuatu yang terpenting untuk diperhatikan. Jika ia berlalu tak akan kembali. Setiap hari dari waktu kita berlalu, berarti ajal semakin dekat. Umur merupakan nikmat yang seseorang akan ditanya tentangnya. Mungkin kita sering mendengar orang mengatakan:
“Mumpung masih muda kita puas-puaskan berbuat maksiat, gampang kalau sudah tua kita sadar.”
Menunda amal perbuatan [kebaikan] karena menanti kesempatan lebih baik, suatu tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa.
“Apabila engkau berada di waktu sore janganlah menunggu (menunda beramal) di waktu pagi. Dan jika berada di waktu pagi , janganlah menunda (beramal) di waktu sore. Gunakanlah masa sehatmu untuk masa sakitmu dan kesempatan hidupmu untuk saat kematianmu.” (HR. Al-Bukhari)
Seorang murid apabila terlalu disibukkan dengan urusan dunianya, yang bisa menghalangi amal yang menyebabkan dekat dengan Allah, sehingga dia menangguhkan amal menunggu kesempatan yang tidak sibuk itu dinamakan kebodohan. Kebodohan itu disebabkan oleh:
1. Karena ia mengutamakan duniawi. Padahal Allah subhanahu wata’ala berfirman:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا .وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
’Tetapi kamu mengutamakan kehidupan dunia, padahal akhirat itu lebih baik dan kekal selamanya.’’ (QS. Al-A'laa : 16-17)
2. Penundaan amal itu kepada masa yang ia sendiri tidak mengetahui apakah ia akan mendapatkan kesempatan itu atau kemungkinan ia akan dijemput oleh maut yang setiap saat selalu menantinya.
3. Kemungkinan azam, niat dan hasrat itu menjadi lemah dan berubah. Seorang penyair berkata:
"Janganlah menunda sampai besok, apa yang dapat engkau kerjakan hari ini. Waktu sangat berharga, maka jangan engkau habiskan kecuali untuk sesuatu yang berharga."
Menunda-nunda kewajiban dan perbuatan yang tidak mementingkan diri-sendiri adalah satu tipu muslihat hawa nafsu demi mengabadikan tuntutan dan kekuasaannya selalu bertambah. Alasannya adalah karena tak ada waktu atau tenaga.
Orang bijak adalah dia yang bertindak melawan dirinya sendiri (jasadiah), kebiasaan-kebiasaan hawa-nafsunya di masa lalu, dan bertindak dengan untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, baik dalam waktu senang, luang, susah maupun padat. Dikatakan, waktu laksana pedang, jika kamu tidak memotongnya maka kamu sendiri yang akan terpotong olehnya.
Sahabat bacaan madani, bagi kita yang hidup di zaman sekarang ini, tentu kita sangat merasakan bahwa hal yang sangat penting untuk kita kelola kekinian waktu yang kita miliki. Barangsiapa yang Allah mudahkan memanfaatkan waktunya untuk suatu amal yang bermanfaat dan memberi kemanfaatan untuk sesama, maka sungguh beruntunglah dia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.