Mata yang merupakan anugerah Allah Azza Wa Jalla, bisa mendatangkan kemuliaan, tetapi juga bisa mendatangkan laknat yang membinasakan. Mata yang selalu melihat fenomena kehidupan alam dan seisinya, dan kemudian menimbulkan rasa syukur kepada sang Pencipta, selanjutnya akan mendatangkan kemuliaan dan kebahagiaan di sisi-Nya. Sebaliknya, mata yang merupakan anugerah yang paling berharga itu, bisa mendatangkan laknat yang membinasakan bagi manusia, bila ia menggunakan matanya untuk berbuat khianat terhadap Rabbnya.
Abu Musa al-Asy’ari, sahabat Nabi, pernah menyampaikan khutbah kepada penduduk Bashrah, Irak, seraya berkata, “Wahai manusia, menangislah. Jika kalian tidak bisa menangis, maka berpura-puralah menangis. Karena, penghuni neraka akan menangis dengan air mata hingga [air matanya] habis. Setelah itu, mereka pun menangis darah. [Saking banyaknya], bahkan kalau seandainya kapal-kapal dilepas, pasti kapal-kapal itu akan bisa berjalan [di atas genangan air mata darah itu].”
Menangis adalah bentuk kelembutan hati, yang Allah berikan kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Kelembutan, yang sekaligus menandakan hati itu masih hidup, dan belum mati. Terlebih, ketika tangisan itu pecah, saat takut kepada Allah SWT. Mata yang mengeluarkan air mata, dan sembab karena tangisan disebabkan rasa takut kepada Allah, akan menjadikannya di antara dua mata yang selamat dari sengatan api neraka.
Sebagaimana sabda Nabi:
عَيْنَانِ لاَ تَمَسُّهُمَا النَّارُ عَيْنٌ بَكَتْ مِنْ خَشْيَةِ اللهِ وَعَيْنٌ بَاتَتْ تَحْرُسُ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ
“Ada dua mata yang tidak akan tersengat api neraka. Mata yang menangis karena takut kepada Allah, dan mata yang berjaga (tidak tidur) karena berjaga di jalan Allah [jihad].” (HR. at-Tirmidzi)
Begitulah pesan Abu Musa al-Asy’ari, sahabat Nabi saw. Semoga hati-hati kita dilembutkan oleh Allah, sehingga mudah menangis karena takut kepada Allah.
Ya Allah, lembutkanlah hati kami, sehingga hati kami senantiasa bisa menangis karena takut kepada-Mu. Takut akan maksiat kepada-Mu. Takut, karena tidak menjalankan perintah-Mu, atau meninggalkan larangan-Mu. Takut, karena kami tidak menjadi bagian dari hamba-hamba yang senantiasa menjunjung tinggi kalimah-Mu, menjadi pejuang syariah-Mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.