Rabu, 01 Maret 2017

Ketika Imam Hanafi Menangis dan Tersungkur Dinasehati Anak Kecil

Nu'man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi, lebih dikenal dengan nama Abū Ḥanifah. Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi'in, generasi setelah Sahabat nabi, karena dia pernah bertemu dengan salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik, dan meriwayatkan hadits darinya serta sahabat lainnya.

Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), shalat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi'i, Abu Dawud, Imam Bukhari.

Suatu hari, Nu'man bin Tsabit atau yang biasa kita kenal dengan Abu Hanifah Rahimahullah, atau Imam Hanafi Rahimahullah, berpapasan dengan anak kecil yang berjalan mengenakan sepatu kayu.

Sang Imam berkata, “Hati-hati Nak dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai kau tergelincir.” Anak kecil itu pun tersenyum dan mengucapkan terima kasih atas perhatian Abu Hanifah.

“Bolehkah saya tahu nama anda, Tuan?” tanya si anak kecil itu.

“Nu'man namaku,” jawab imam Hanafi.

“Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-Imam al-A’dhom (Imam Agung) itu?” tanya anak kecil tersebut.

“Bukan aku yang memberi gelar itu,” jawab Imam Hanafi. “Masyarakatlah yang berprasangka baik dan memberi gelar itu kepadaku.”

“Wahai Imam, hati-hati dengan gelar anda. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka karena gelar,” nasehat anak kecil itu.

"Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelar anda itu dapat menjerumuskan anda ke dalam api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya.”

Abu Hanifah Rahimahullah pun tersungkur menangis. Beliau bersyukur. Siapa sangka, peringatan datang dari lidah seorang anak kecil.

Begitu tawadhunya (Rendah diri) seorang Imam Mujtahid ( Abu Hanifah Rahimahullah) yang menerima ilmu dari siapa saja, selama itu benar.

Betapa banyak manusia tertipu karena pangkat, kedudukan, jabatan. Jangan kita jadikan gelar di dunia untuk keangkuhan.

Sahabat bacaan madani yang dirahmati Allah. Dari kisah tersebut bisa kita mengambil kesimpulan kita harus berhati-hati dengan gelar, pangkat dan jabatan kita. Jangan sampai kita sombong dengan gelar, pangkat jabatan tersebut. selanjutnya kita juga harus menerima ilmu yang baik dari siapa saja termasuk anak yang masih kecil atau yang usianya masih dibawah umur kita. Mudah-mudahan kita di jauhkan dari sifat sombong yang di sebabkan gelar, pangkat dan jabatan. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.