Rabu, 15 Maret 2017

Perkara Kecil yang Menyebabkan Seseorang Mendapat Siksa Kubur

Azab atau siksa kubur adalah balasan atas manusia yang sudah meninggal di alam barzah atau alam kubur setelah meninggal dunia. Azab atau siksa kubur ini sifatnya ghaib. Mengenai azab kubur atau siksa kubur ada manusia yang percaya dan ada juga yang tidak percaya. Dalam ajaran Islam azab kubur atau siksa kubur ada dan itu wajib dipercayai. Sebab banyak ayat Al-Qur’an maupun hadits Rasulullah Saw menjelaskan atau menerangkan azab atau siksa kubur.

Buat orang-orang yang tidak percaya akan azab kubur adalah salah besar, sesungguhnya bahwa azab dan siksa kubur itu benar-benar ada, seperti yang telah di jelaskan dalam Dalil-dalil Al-qur'an dan Hadits Rasulullah Saw.

Sedangkan Hadits-hadits Rasulullah Saw menjelaskan tentang keberadaan Azab dan siksa kubur.
Diriwayatkan dari Aisyah ra :

Bahwa seseorang wanita Yahudi datang kepadanya dan menceritakan adzab kubur, wanita itu berkata :

"Semoga Allah melindungimu dari adzab kubur."

lalu Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw tentang adzab kubur, Beliau menjawab : "Ya azab kubur pasti ada"

Aisyah berkata : "Setelah itu aku tidak pernah melihat Rasulullah mendirikan shalat, kecuali meminta perlindungan dari adzab kubur." (HR. Bukhari)

Manusia disiksa dikubur di sebabkan dirinya sendiri selama hidup di atas dunia ini. Ada penyebabnya melakukan dosa besar dan ada juga penyebabnya melakukan dosa yang kecil.

Dari Ibnu Abbas Ra., ia berkata:
Rasulullah Saw melewati dua buah kuburan. Lalu Beliau bersabda,”Sungguh keduanya sedang disiksa. Mereka disiksa bukan karena perkara besar (dalam pandangan keduanya). Salah satu dari dua orang ini, (semasa hidupnya) tidak menjaga diri dari kencing (tidak bersuci dengan baik). Sedangkan yang satunya lagi, dia keliling menebar namiimah (mengadu domba).”

Kemudian Beliau mengambil pelepah basah. Beliau belah menjadi dua, lalu Beliau tancapkan di atas masing-masing kubur satu potong.

Para sahabat bertanya,”Wahai, Rasulullah. Mengapa Rasul melakukan ini?”

Beliau menjawab,”Semoga mereka diringankan siksaannya, selama kedua pelepah belum kering.”
(HR. Bukhari)

Menurut Imam Bukhari Mereka berdua (orang yang disiksa) berpendapat itu bukan merupakan perkara besar, tapi sesungguhnya itu merupakan perkara yang besar.

Kedua perbuatan tersebut (yaitu tidak menjaga diri dari air kencing dan namimah) menjadi dosa besar dikarenakan perbuatan tidak bersih dari kencing, yang mengakibatkan batalnya shalat. Sehingga tidak diragukan lagi, tidak membersihkan diri dari kencing merupakan perbuatan dosa besar. Demikian juga menebar namimah (adu domba) dan berusaha berbuat kerusakan, termasuk perbuatan yang paling buruk, apalagi jika mereka melakukannya selama hidupnya.

Para ulama setidaknya ada dua penafsiran dalam hadits ini:
Pertama, itu bukanlah perkara besar dalam pandangan mereka berdua.
Kedua, meninggalkan kedua perkara ini bukanlah sesuatu yang besar (susah).

Dengan kedua perbuatan ini (yaitu tidak menjaga diri dari air kencing dan namimah) menjadi dosa besar adalah  perbuatan tidak bersih dari kencing mengakibatkan batalnya shalat. Sehingga tidak diragukan lagi tidak membersihkan diri dari kencing merupakan perbuatan dosa besar. Demikian juga menebar namimah (adu domba) dan berusaha berbuat kerusakan termasuk perbuatan yang paling buruk, apalagi jika bersesuaian dengan sabda beliau Saw yang menggunakan kata YAMSYI (fi’il mudhari’) yang biasanya menunjukkan keadaan yang terus berkelanjutan (artinya dia terus-terus melakukannya selama hidupnya).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.