Rabu, 03 Mei 2017

Ketika Sahabat Nabi yang Mau Memukul Nabi Saw dengan Kayu

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. bahwa setelah dekat waktu wafatnya, Rasulullah Saw memerintahkan Bilal supaya adzan. Memanggil manusia untuk shalat berjama’ah. Maka berkumpulah kaum Muhajirin dan Anshor ke Masjid Rasulullah Saw. Setelah selesai shalat dua raka’at yang ringan kemudian Beliau naik ke atas mimbar lalu mengucapkan puji dan sanjung kepada Allah Swt, dan kemudian Beliau membawakan khutbahnya yang sangat berkesan, membuat hati terharu dan menangis mencucurkan air mata. Beliau berkata antara lain :

”Sesungguhnya saya ini adalah Nabimu, pemberi nasihat dan da’i yang menyeru manusia ke jalan Allah dengan izin-Nya. Aku ini bagimu bagaikan saudara yang penyayang dan bapak yang pengasih. Siapa yang merasa teraniaya olehku di antara kamu semua? hendaklah dia bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan qishas kepadaku sebelum ia melakukannya di hari Kiamat nanti”

Rasulullah Saw mengulangi pertanyaan itu sebanyak 3 kali.

Tiba-tiba bangun seorang lelaki yang bernama Ukasyah, seorang sahabat mantan preman sebelum masuk Islam, dia berkata kepada Rasulullah:

“Ya Rasulullah, engkau pernah memukul tulang rusukku hingga sakit. Saya ingin tahu apakah engkau sengaja memukulku atau hendak memukul unta Baginda.”

Rasulullah menjawab: “Wahai ‘Ukasyah, aku sengaja memukul kamu.”

Dengan suara yg agak tinggi, Ukasyah berkata: “Kalau begitu aku ingin segera melakukannya wahai Rasulullah.”

Ukasyah seakan-akan tidak merasa bersalah mengatakan demikian. Sedangkan ketika itu sebagian sahabat berteriak marah kepada Ukasyah. Ukasyah tidak menghiraukan semua itu.

Kemudian Rasulullah Saw berkata kepada Bilal, “Wahai Bilal, kamu pergi ke rumah Fathimah dan ambilkan tongkatku kesini.”

Bilal keluar dari masjid dan menuju rumah Fathimah sambil meletakkan tangannya di atas kepala dengan berkata, “Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk dibalas (diqishash).”

Setelah Bilal sampai di rumah Fathimah, memberi salam dan mengetuk pintu.

Fathimah pun menjawab salam dan bertanya,

“Siapakah di pintu?”

“Aku Bilal, saya telah diperintahkan Rasulullah untuk mengambil tongkat beliau.” Jawab Bilal.

Fathimah pun bertanya lagi.

“Wahai Bilal, untuk apa ayahku minta tongkatnya.”

“Wahai Fathimah, Rasulullah Saw. telah menyediakan dirinya untuk diqishash.” Jawab Bilal lagi.

Mendengar jawaban Bilal, Fathimah kembali bertanya,

“Wahai Bilal, siapakah manusia yang sampai hatinya untuk menqishash Rasulullah Saw.?”

Bilal tidak menjawab kemudian membawa tongkat itu kepada Rasulullah Saw. Setelah Rasulullah Saw menerima tongkat tersebut dari Bilal, maka beliau pun menyerahkan kepada ‘Ukasyah. Melihat itu, Abu Bakar ra. dan Umar ra. tampil ke depan sambil berkata:

“Wahai ‘Ukasyah, janganlah kamu qishash Rasulullah Saw. qishashlah kami berdua.”

Rasulullah Saw. berkata: “Wahai Abu Bakar, Umar duduklah, sesungguhnya Allah Swt. telah menetapkan tempatnya untuk kamu berdua." 

Kemudian Ali r.a. bangun, “Wahai ‘Ukasyah! Aku adalah orang yang senantiasa berada di samping Rasulullah Saw., pukullah aku dan janganlah kamu menqishash Rasulullah.” 

Lalu Rasulullah berkata, “Wahai Ali duduklah kamu, sesungguhnya Allah telah menetapkan tempatmu dan mengetahui isi hatimu.” 

Setelah itu, Hasan dan Husein bangun dengan berkata: “Wahai ‘Ukasyah, kami ini cucu Rasulullah, kalau kamu menqishash kami sama dengan kamu menqishash Rasulullah.”

Mendengar kata-kata cucunya Rasulullah Saw. pun berkata, “Wahai buah hatiku duduklah kamu berdua.”

“Wahai ‘Ukasyah pukullah aku, lakukanlah balasanmu,” kata Rasulullah.

‘Ukasyah berkata: “Ya Rasulullah Saw., engkau memukulku waktu aku tidak memakai baju.” 

Maka Rasulullah Saw pun membuka baju. Setelah Rasulullah membuka baju maka menangislah semua yang hadir. Suasana tegang dan haru. Begitu ‘Ukasyah melihat tubuh Rasulullah yang putih bersih, ia segera melempar tongkatnya dan langsung memeluk dan mencium badan Rasulullah dan berkata:

“Aku tebus engkau dengan jiwaku ya Rasulullah. Siapa yang sanggup memukulmu. Aku melakukan ini karena ingin menyentuhkan badanku dengan badanmu yang dimuliakan Allah. Dan aku ingin Allah menjagaku dari neraka dengan kehormatanmu.” 

Kemudian Rasulullah Saw. berkata, “Dengarlah kamu sekalian, sekiranya kamu ingin melihat seorang ahli surga, inilah orangnya.”

Kemudian semua sahabat bersalam-salaman atas kegembiraan mereka terhadap peristiwa yang sangat menegangkan itu.

Setelah itu para sahabat Nabi pun berkata, “Wahai ‘Ukasyah, inilah keuntungan yang paling besar bagimu, engkau telah memperoleh darajat yang tinggi dan bertemankan Rasulullah di surga.”

Perlu diketahui sahabat bacaan madani, bahwa derajat hadits diatas menurut para ahli hadits, hadits tersebut dhaif atau palsu.

Akan tetapi Didalam Riwayat yang lain yang sahih, peristiwa tersebut bukan dialami oleh Ukasyah, akan tetapi Usaid bin Hudhair dalam peristiwa yang berbeda.


Berkata kepada kami ‘Amru bin ‘Aun, mengabarkan kami Khalid, dari Hushain, dari Abdurrahman bin Abi Laila, dari Usaid bin Hudhair, dia seorang laki-laki dari Anshar:

"Ketika dia (Usaid bin Hudhair) sedang berbicara dengan kaumnya dan di dalamnya ada canda yang membuat mereka tertawa, maka Nabi  Saw memukul pinggangnya  dengan sebatang kayu.

Maka dia (Usaid) berkata, ‘Beri saya kesempatan untuk qishash (membalas setimpal).” Beliau bersabda, “Silakan membalas.”

Dia berkata, “Engkau memakai baju, sedangkan saya (ketika engkau pukul) tidak memakai baju.”

Maka Rasulullah  Saw mengangkat bajunya. Maka dia (Usaid bin Khudair) langsung memeluknya dan mencium pinggangnya.

Lalu dia berkata, ‘Inilah yang aku inginkan wahai Rasulullah.” (HR. Abu Daud, no. 5224, dari jalurnya juga diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Sunan Kubro, 7/102. Diriwayatkan pula oleh Thabrani dalam Al-Mu’jam Al-Kabir, 1/205, Hakim dalam Almustadrak, 3/327, Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyq, 9/76)


Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Ukasyah yang mau memukul Rasulullah Saw. Walaupun pada kenyataannya beliau hanya berniat ingin memeluk Rasulullah Saw. Kisah ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah Saw sangat adil dan bijaksana. Rasulullah Saw tidak pernah mebeda-bedakan hokum untuk masyarakat. Baik itu kepada keluarga Rasulullah Saw maupun kepada Rasulullah Saw sendiri.

3 komentar:

  1. Alhamdulilah Jazakallahu Khairan, dengan penjelasan ini.
    Saya antara orang yang membaca dan menyebarkan hadis Ukkasyah yang mencium perut Nabi s.a.w., padahal yang benar adalah Usaid bin Hudhair.

    BalasHapus
  2. Selain dari Usaid bin Hudhair, Saad bin Ghaziyah juga memeluk perut Nabi s.a.w. ketika perang Badar mau bermula.
    http://perciksahabatnabi.blogspot.co.id/2012/11/sawad-bin-ghaziyyah-ra-sahabat-yang.html

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.