Kamis, 27 Juli 2017

Ciri-Ciri Wujud Ya’juj dan Ma’juj Menurut Rasulullah

Ya’juj dan Ma’juj adalah dua suku yang akan muncul pada akhir zaman. Mereka dikisahkan memiliki kekuatan sebagai perusak dan penghancur kehidupan di muka bumi, dan mereka akan berperang melawan Nabi Isa beserta pasukannya di bukit Thursina. Kemunculan suku ini merupakan salah satu tanda besar kiamat menurut ajaran Islam.

Ciri-ciri Ya’juj dan Ma’jud disebutkan dalam riwayat Al-Imam Ahmad yang diperoleh dari Ibnu Harmalah. Sementara  Ibnu Harmalah memperoleh dari bibinya yang menyebutkan:

Baginda Rasulullah Saw berkhutbah dalam keadaan jarinya terbalut karena tersengat kalajengking. Beliau bersabda:

“Kalian mengatakan tidak ada musuh. Padahal sesungguhnya kalian akan terus memerangi musuh sampai datangnya Ya’juj dan Ma’juj. (Mereka itu) Lebar mukanya, kecil (sipit) matanya, dan ada warna putih di rambut atas. Mereka mengalir dari tempat-tempat yang tinggi, wajah-wajah mereka seperti perisai.” (HR. Ahmad)

Ya’juj Ma’juj sebetulnya merupakan manusia biasa. Mereka adalah anak-cucu Nabi Nuh As yang lahir dengan wujud tidak wajar. Dikisahkan bahwasanya menjelang wafat, Nabi Nuh As memanggil anak-anaknya untuk menghadap beliau. Maka Sam As segera datang menghadap, akan tetapi kedua saudaranya yaitu Ham dan Yafits tidak muncul.

Akibat ketidak patuhan Ham dan Yafits, Allah Swt menurunkan sanksi kepada mereka berdua. Yafits yang tidak datang karena lebih memilih berdua dengan istrinya (berhubungan suami istri) menurunkan anak bernama Sannaf. Kelak Sannaf mempunyai anak-anak yang lahirnya aneh. Mereka lahir bersamaan dalam wujud kurang sempurna. Ukuran dan bobot masing-masing juga berbeda. Ada yang fisiknya besar, sedangkan lainnya kecil.

Bayi yang tubuhnya besar terus tumbuh hingga melebihi ukuran normal (raksasa), sementara yang bertubuh kecil ukurannya hanya sejengkal. Ada lagi bayi yang memiliki dua telinga lebar. Saat tidur, bayi itu menggunakan satu telinganya untuk  alas dan memakai telinga yang lain untuk selimut.  Anak-anak Sannaf inilah yang di kemudian hari dikenal sebagai Ya’juj Ma’juj.

Selain rupanya yang ganjil, Ya’juj Ma’juj mempunyai nafsu makan yang luar biasa besar. Bila mereka makan tanaman tertentu, maka tanaman itu akan berhenti tumbuh sampai layu dan mati. Bila mereka minum air dari suatu tempat, maka airnya tidak akan bertambah lagi. Banyak sumber air dan sungai menjadi kering karena ulah mereka. Masyarakat di sekeliling mereka mesti harus menanggung dampaknya yaitu krisis pangan dan air.

Lantaran keanehan-keanehan itu, masyarakat akhirnya mengucilkan Ya’juj Ma’juj. Mereka lantas mengisolasi diri di sebuah celah gunung di tengah komunitas induk bangsa-bangsa keturunan Yafits lainnya yakni bangsa Armenia, Rusia, Slavia, Romawi dan Turk di wilayah-wilayah luas seputar Laut Hitam.

Jika butuh makan dan minum, mereka keluar secara serentak ke daerah-daerah yang masih belum tersentuh oleh mereka. Mereka mampu menempuh perjalanan jauh dalam waktu relatif lebih pendek. Bagi golongan raksasa, mereka melangkah dengan jangkauan yang jauh lebih lebar dari manusia normal. Sedangkan golongan liliput, mereka berjalan sangat cepat seperti meluncur bersama angin lantaran bobot mereka yang sedemikian ringannya.

Pada puncak keresahan masyarakat kala itu, Allah Swt mengutus Dzul Qarnain AS untuk menghadang laju Ya’juj dan Ma’juj. Menurut sejarawan muslim, Dzul Qarnain adalah julukan Abu Karb Al-Himyari atau Abu Bakar Bin Ifraiqisy dari Daulah Al-Jumairiyah (115 SM – 552 M.).

Kerajaannya disebut At-Tababi’ah. Dijuluki Dzul Qarnain (Pemilik dua tanduk), karena kekuasaannya yang membentang luas, mulai ujung tanduk matahari di barat sampai timur.

Menurut Ibnu Abbas Ra, Dzul Qarnain adalah seorang raja yang shalih dan suka mengembara. Ketika sampai di pegunungan antara Armenia dan Azzarbaijan, ia  membangun benteng atas permintaan penduduk setempat.

Fakta ini seperti yang tertera dalam surat Al-Kahfi ayat 94:

قَالُوا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِنَّ يَأْجُوجَ وَمَأْجُوجَ مُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ فَهَلْ نَجْعَلُ لَكَ خَرْجًا عَلَىٰ أَنْ تَجْعَلَ بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ سَدًّا

“Wahai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya`juj wa Ma`juj merusak di muka bumi. Kami akan siapkan imbalan yang besar agar kiranya engkau membuatkan benteng antara kami dengan mereka.” (QS. Al-Kahfi : 94)

Sesuai petunjuk Allah, Dzul Qarnain kemudian mengajak masyarakat di sekitar lokasi tempat tinggal Ya’juj Ma’juj untuk bersama-sama membuat dinding dari tembaga dan besi. Dinding itu akan menutup satu-satunya lubang keluar-masuk kaum Ya’juj Ma’juj. Setelah rampung, Dzul Qarnain mengajak masyarakat pindah ke tempat yang lebih layak huni.

Tembok yang diarsiteki Dzul Qarnain itu begitu kokoh. Allah Swt berfirman:

فَمَا اسْطَاعُوا أَنْ يَظْهَرُوهُ وَمَا اسْتَطَاعُوا لَهُ نَقْبًا

“Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya.” (QS. Al Kahfi: 97)

Allah Swt mewahyukan kepada Dzul Qarnain bahwa dinding yang memagari Ya’juj Ma’juj akan terjaga dan baru akan terbuka menjelang datangnya hari kiamat. Lokasi dinding itu gaib (tidak terlihat) oleh mata manusia.

Dengan segala cara, Ya’juj Ma’juj yang telah terpenjara terus berupaya membuka dinding logam itu. Mereka menjilatinya karena tahu bahwa benda apa pun yang mereka sentuh dengan mulut mereka akan berhenti tumbuh, kering atau tergerus. Cara ini membuat bagian-bagian dinding yang mereka sentuh menjadi tipis.

Riwayat lain menyebutkan bahwa mereka terus berusaha mengikis dinding besi itu pada siang hari. Saat matahari akan terbenam mereka berhasil membuat dinding menjadi sangat tipis. Lalu pemimpin mereka berseru: “Besok kita lanjutkan kembali pekerjaan kita dan besok kita pasti bisa keluar dari sini.”

Keesokkan harinya  ternyata dinding itu kembali seperti sedia kala atas kehendak Allah Swt. Mereka bingung, akan tetapi mereka bekerja kembali untuk membuat lubang.

Demikian sahabat bacaan madani kejadian ini terjadi berulang-ulang sampai hari kiamat. Untuk bertahan hidup selama terkurung di balik dinding, Allah Swt menumbuhkan sejenis lumut sebagai satu-satunya tumbuhan yang dapat terus tumbuh dan justru makin bertambah banyak setiap kali dimakan oleh Ya’juj Ma’juj.

3 komentar:

  1. Assalamualaikum.
    Maaf sebelumnya,saya mau bertanya karena saya masih belajar memperdalam ilmu agama saya.Ada beberapa paragraf yang menurut saya kurang jelas dari mana patokan kalimat-kalimat yang menjelaskan tentang yajuj dan majuj ? sebagai contohnya : yajuj dan majuj berbbentuk raksasa dan ada yang berbentuk kerdil.Nah,tolong jelaskan .
    Terima kasih,wassalam

    BalasHapus
  2. Jika menafsirkan secara letterlijk ya jadinya seperti itu...kerdil dan raksasa...he he...coba lebih dalam dikaji apa itu yajuj dan majuj...jangan sebatas riwayat2 saja

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.