Dalam satu hadits Rasulullah Saw yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa pada masa itu masjid Rasulullah Saw beratap pelepah pokok tamar atau kurma. Jika Rasulullah Saw berkhutbah, baginda Rasulullah Saw berdiri di atas salah satu batang pokok kurma. Karena jumlah umat Islam bertambah banyak, maka ada sahabat yang mengusulkan untuk dibuat mimbar baru dan tinggi agar jamaah yang berada di belakang dapat melihat Rasulullah Saw ketika berkhutbah.
Lalu para sahabat pun membuat mimbar daripada kayu yang mempunyai 3 anak tangga. Dalam sejarah inilah mimbar pertama dalam agama Islam. Apabila mimbar yang baru itu siap, Rasulullah Saw pun mula memberikan khutbah di atas mimbar baru tersebut, bahkan Nabi merasa senang dengan mimbar yang baru itu lalu tidak menggunakan lagi batang kurma yang sering baginda Rasulullah Saw gunakan sebelumnya.
Akan tetapi, ketika Rasullullah Saw menggunakan mimbar baru itu, kedengaran suara rintihan seperti tangisan unta kehilangan anak yang semakin lama semakin kuat hingga menggoncangkan tanah yang terus bergetar sehingga para sahabat pun bertanya-tanya.
Rupa-rupanya, suara tangisan sedih itu datangnya dari batang atau pokok kurma yang dulunya sering kali digunakan oleh Rasullullah Saw ketika berkhutbah. Rasulullah Saw pun tersenyum. Lalu Baginda turun daripada mimbar dan menghampiri pokok kurma yang tidak jauh dari mimbar tersebut. Rasulullah Saw meletakkan tangan pada batang kurma dan mengusap-usap dengan perlahan-lahan.
Rasulullah Saw berbicara pada pokok kurma itu:
“Jika engkau mau, aku akan jadikan engkau dinding masjid ini, akarmu tumbuh lagi, tubuhmu hidup lagi dan engkau berbuah lagi. Atau jika engkau mau, aku akan berdoa kepada Allah Swt agar engkau akan menjadi pokok di syurga, supaya para wali Allah dapat memakan buah-buahmu.”
Batang kurma itu menjawab:
“Saya memilih untuk ditanam ke dalam tanah dan akan tumbuh di syurga supaya wali-wali Allah dapat memakan buahku dan saya berada di tempat dimana di dalamnya saya kekal.”
Lalu goncangan tanah dan suara rintihan pun berhenti. Rasulullah Saw kemudian kembali pada mimbar dan menyampaikan kejadian tersebut kepada para sahabatnya. Rasulullah Saw berkata:
“Ia (pokok kurma) memilih negeri yang kekal berbanding negeri yang fana ini!”
Rasulullah Saw kemudian menyuruh supaya ditanamkan batang pokok kurma itu dan mengatakan bahwa ia akan dibangkitkan di dalam syurga.
Jabir RA berkata, “Pokok kurma itu juga menangis apabila ia mendengar orang berzikir atau mendengar bacaan al-Quran dekatnya.” (HR. Bukhari).
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah batang kurma yang menangis karena rindu kepada Rasulullah Saw. Sayang, kasih dan rindunya sebatang batang kurma kepada Rasulullah Saw sehingga menangis karena Rasulullah Saw beralih mimbar untuk berkhutbah. Betapa mulianya pokok kurma yang tidak akan terkena siksa api neraka seperti pada zaman Rasulullah Saw.
Hasan al-Basri apabila meriwayatkan kisah ini, beliau pun menangis dan berkata; “Wahai hamba Allah! Batang kurma pun rindu kepada Rasulullah Saw, maka kamu semua lebih utama untuk merasa rindu bertemu dengan Rasulullah Saw.”
Bayangkan! Sebatang pokok kurma tidak mau jauh dari Nabi Muhammad Saw, padahal cuma berjarak beberapa meter. Bagaimana pula cinta kasih kita kepada Rasulullah Saw, Nabi kesayangan kita? Kita yang mengaku sebagai umatnya, pernahkah kita menangis terisak-isak karena Rasulullah Saw?
Bukan sekadar pengakuan lidah, apa bukti kecintaan dan kerinduan kita kepada Rasulullah Saw? Sejauh mana kita merasakan rindu untuk bertemu dan berada dekat dengan baginda Muhammad Saw.
Alangkah malunya kita yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad Saw tetapi tidak pernah merasa rindu kepada Baginda Saw. Apalagi jarang-jarang bershalawat kepada junjungan Nabi Muhammad Saw.
Sahabat bacaan madani, Marilah kita perbanyakkan shalawat kepada Nabi Saw di samping berdoa semoga suatu hari nanti kita akan bertemu dengan Rasulullah Saw dan memperolehi syafaat baginda Rasulullah Saw. Aamiin.
Lalu para sahabat pun membuat mimbar daripada kayu yang mempunyai 3 anak tangga. Dalam sejarah inilah mimbar pertama dalam agama Islam. Apabila mimbar yang baru itu siap, Rasulullah Saw pun mula memberikan khutbah di atas mimbar baru tersebut, bahkan Nabi merasa senang dengan mimbar yang baru itu lalu tidak menggunakan lagi batang kurma yang sering baginda Rasulullah Saw gunakan sebelumnya.
Akan tetapi, ketika Rasullullah Saw menggunakan mimbar baru itu, kedengaran suara rintihan seperti tangisan unta kehilangan anak yang semakin lama semakin kuat hingga menggoncangkan tanah yang terus bergetar sehingga para sahabat pun bertanya-tanya.
Rupa-rupanya, suara tangisan sedih itu datangnya dari batang atau pokok kurma yang dulunya sering kali digunakan oleh Rasullullah Saw ketika berkhutbah. Rasulullah Saw pun tersenyum. Lalu Baginda turun daripada mimbar dan menghampiri pokok kurma yang tidak jauh dari mimbar tersebut. Rasulullah Saw meletakkan tangan pada batang kurma dan mengusap-usap dengan perlahan-lahan.
Rasulullah Saw berbicara pada pokok kurma itu:
“Jika engkau mau, aku akan jadikan engkau dinding masjid ini, akarmu tumbuh lagi, tubuhmu hidup lagi dan engkau berbuah lagi. Atau jika engkau mau, aku akan berdoa kepada Allah Swt agar engkau akan menjadi pokok di syurga, supaya para wali Allah dapat memakan buah-buahmu.”
Batang kurma itu menjawab:
“Saya memilih untuk ditanam ke dalam tanah dan akan tumbuh di syurga supaya wali-wali Allah dapat memakan buahku dan saya berada di tempat dimana di dalamnya saya kekal.”
Lalu goncangan tanah dan suara rintihan pun berhenti. Rasulullah Saw kemudian kembali pada mimbar dan menyampaikan kejadian tersebut kepada para sahabatnya. Rasulullah Saw berkata:
“Ia (pokok kurma) memilih negeri yang kekal berbanding negeri yang fana ini!”
Rasulullah Saw kemudian menyuruh supaya ditanamkan batang pokok kurma itu dan mengatakan bahwa ia akan dibangkitkan di dalam syurga.
Jabir RA berkata, “Pokok kurma itu juga menangis apabila ia mendengar orang berzikir atau mendengar bacaan al-Quran dekatnya.” (HR. Bukhari).
Demikianlah sahabat bacaan madani kisah batang kurma yang menangis karena rindu kepada Rasulullah Saw. Sayang, kasih dan rindunya sebatang batang kurma kepada Rasulullah Saw sehingga menangis karena Rasulullah Saw beralih mimbar untuk berkhutbah. Betapa mulianya pokok kurma yang tidak akan terkena siksa api neraka seperti pada zaman Rasulullah Saw.
Hasan al-Basri apabila meriwayatkan kisah ini, beliau pun menangis dan berkata; “Wahai hamba Allah! Batang kurma pun rindu kepada Rasulullah Saw, maka kamu semua lebih utama untuk merasa rindu bertemu dengan Rasulullah Saw.”
Bayangkan! Sebatang pokok kurma tidak mau jauh dari Nabi Muhammad Saw, padahal cuma berjarak beberapa meter. Bagaimana pula cinta kasih kita kepada Rasulullah Saw, Nabi kesayangan kita? Kita yang mengaku sebagai umatnya, pernahkah kita menangis terisak-isak karena Rasulullah Saw?
Bukan sekadar pengakuan lidah, apa bukti kecintaan dan kerinduan kita kepada Rasulullah Saw? Sejauh mana kita merasakan rindu untuk bertemu dan berada dekat dengan baginda Muhammad Saw.
Alangkah malunya kita yang mengaku sebagai umat Nabi Muhammad Saw tetapi tidak pernah merasa rindu kepada Baginda Saw. Apalagi jarang-jarang bershalawat kepada junjungan Nabi Muhammad Saw.
Sahabat bacaan madani, Marilah kita perbanyakkan shalawat kepada Nabi Saw di samping berdoa semoga suatu hari nanti kita akan bertemu dengan Rasulullah Saw dan memperolehi syafaat baginda Rasulullah Saw. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.