Sabtu, 06 Januari 2018

Biografi Muhammad Abduh (1849-1905 M)

Syaikh Muhammad Abduh memiliki nama lengkap Muhammad bin Abduh bin Hasan Khairullah, lahir di desa Mahallat Nashr Kabupaten Buhairah, Mesir, pada tahun 1849 M. Muhammad Abduh dilahirkan dari keluarga sederhana dan hidup dalam lingkungan petani. Selain itu, Abduh dilahirkan dalam kondisi yang penuh kecemasan keprihatinan hidup. Ayahnya terkenal sebagai orang terhormat yang suka memberi pertolongan. Kekerasan yang diterapkan Muhammad Ali sebagai penguasa dalam memungut pajak menyebabkan penduduk berpindahpindah tempat.

Muhammad Abduh dikirim ayahnya untuk menuntut ilmu khususnya mempelajari al-Qur’an ke Masjid al-Ahmadi Tanta (belakangan tempat ini menjadi pusat kebudayaan selain al-Azhar). Namun setelah dua tahun Muhammad Abduh justru merasakan sistem pengajaran dianggap tidak sesuai dan membosankan, sehingga memutuskan kembali ke desanya. Selama di desa Abduh bersikeras untuk tidak melanjutkan studinya, Abduh juga bertani, dan kemudian menikah diumur 16 tahun.

Syaikh Darwish yang tidak lain paman Abduh adalah orang yang banyak mempengaruhi kehidupan Abduh selama di desa, dan melalui dorongan Syaikh Darwish akhirnya Abduh kembali tertarik untuk belajar. Atas jasanya itu, Abduh berkata: “.... Ia (Syaikh Darwish) telah membebaskanku dari penjara kebodohan (the prison of ignorance) dan membimbingku menuju ilmu pengetahuan..”.

Pada Februari di tahun 1866 M, Abduh melanjutkan studi di al-Azhar. Dua tahun setelah kedatangan Abduh tepatnya tahun 1871 M, Jamaludin al-Afghani (w. 1897) datang dan tinggal di Mesir. Abduh sebagai salah satu mahasiswa al-Azhar menyambut kedatangannya, dan menjadi murid kesayangan al-Afghani. Hubungan ini mengalihkankecenderungan Muhammad Abduh memandang tasawuf dalam arti yang sempit, sebagai bentuk cara berpakaian dan zikir, kepada tasawuf dalam arti yang lain, yaitu perjuangan untuk melakukan perbaikan keadaan masyarakat, membimbing mereka untuk maju dan membela ajaran-ajaran islam.

Setelah dua tahun sejak pertemuan dengan alAfghani, kepribadian Abduh mengalami perubahan dan mulai menulis kitab-kitab serta mengkritik pendapat yang dianggap salah. Melalui al-Afghani pula Abduh didorong aktif dalam bidang sosial dan politik. Artikel-artikel pembaharua Abduh banyak dimuat pada surah kabar al-Ahram di Kairo. Pada tahun 1877 M, Abduh menyelesaikan studi dengan gelar alim (sekarang Lc).

Abduh setelah menyelesaikan studi, kemudian mengajar manthiq (logika) dan ilmu kalam (teologi) di al-Azhar. Sedangkan di Dar al-Ulum dan dirumahnya Abduh mengajar kitab tahdzib al-Akhlaq karangan Ibnu Miskawaih (w. 1030 M) dan sejarah peradaban kerajaan-kerajaan Eropa.

Tahun 1879 M, al-Afghani dituduh melakukan gerakan perlawanan terhadap Khedewi Taufiq sehingga diusir dari Mesir. Sedangkan Abduh dituduh ikut campur tangan atau bersekongkol dengan al-Afghani sehingga dibuang keluar kota Kairo. Abduh di tahun 1880 M diizinkan kembali ke ibu kota dan diangkat menjadi redaktur surah kabar resmi pemerintahan Mesir, yaitu al-Waqa’i al-Mishiriyyah. Melalui majalah al-Waqa’i alMishiriyyah Abduh menanamkan pengaruh dan membentuk kesadaran nasional Mesir, baik lewat berita-berita resmi pemerintah, maupun memuat artikel-artikel terkait urgensi nasional Mesir

Perjuangan hidup Abduh tidak berjalan mulus dan di tahun 1882 M Abduh dituduh terlibat dalam revolusi urabi (1882 M), sehingga diasingkan lagi oleh pemerintah Mesir selama tiga tahun dengan diberi hak untuk memilih tempat pengasingannya. Abduh memilih Suriah sebagai tempat pengasingannya, dan hanya menetap selama satu tahun. Pada tahun berikutnya Abduh menyusul al-Afghani di Paris.

Selama di Paris, Abduh dan al-Afghani menerbitkan surah kabar al-Urwah al-Wutsqa, dengan tujuan mendirikan panislam dan menentang penjajahan barat khususnya Inggris. Tahun 1884 M, Abduh diutus oleh media surah kabar ke Inggris untuk menemui tokoh-tokoh negara Inggris yang bersimpati kepada rakyat Mesir. Tahun 1885 M, Abduh kemudian meninggalkan Paris dan menuju Beirut (Libanon), di Libanon Abduh mengajar, dan mengarang beberapa kitab.
Baca Juga:


Selama di Beirut selain mengajar dan mengarang kitab, Abduh mendirikan organisasi bersama tokoh agama-agama lain dengan tujuan menggalang kerukunan antar umat beragama. Langkah yang dilakukan Abduh ternyata meningkatkan citra positif ajaranagama islam, dan berhasil mendapatkan perhatian di dunia barat khususnya Inggris. Selain itu atas usulan Turki kepada pemerintah Mesir, hukuman pengasingan Abduh dicabut dan diminta kembali ke Mesir.

Tahun 1888 M, Abduh kembali ke Mesir dan ditugaskan sebagai hakim oleh pemerintah Mesir. Hal ini dilakukan supaya Abduh tidak mengajar sehingga pikiranpikirannya tidak dapat tersalurkan kepada generasi muda Mesir. Di tahun 1899 M karirnya terus meningkat, dan diangkat sebagai mufti kerajaan Mesir, anggota majelis syuro kerajaan Mesir, dan seksi perundang-undangan. Pada tahun 1905 M, Abduh mencetuskan ide pembentukan Universitas Mesir dan mendapat respon positif, baik dari pemerintah maupun mayarakat. Akan tetapi, univeritas yang dicita-citakan baru berdiri setelah Abduh pulang ke rahmatullah. Abduh meninggal dunia pada tanggal 11 Juli tahun 1905.

Abduh menggerakkan dan mempelopori kebangkitan dan reformasi intelektual yang dipusatkan pada gerakan kebangkitan, kesadaran dan pemahaman islam secara komprehensif, serta penyembuhan agama dari berbagai problem yang muncul di tengahtengah masyarakat modern. Pemikiran utama Abduh adalah pertama, membebaskan umat dari taqlid dengan berupaya memahami agama langsung dari sumbernya (alQur’an dan Hadis). Kedua, memperbaiki gaya bahasa arab yang sangat bertele-tele, yang dipenuhi dengan kaidah-kaidah kebahasaan yang sulit dimengerti.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang biografi singkat Muhammad Abduh (1849-1905 M). Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.