Sabtu, 31 Maret 2018

Hadits Tentang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Hadits Pertama.

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Dari Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw bersabda: ‘mencari ilmu itu wajib atas setiap orang Muslim” (HR. Ibnu Majah)

Hadis yang diriwayatkan pertama kali oleh Anas bin Malik salah seorang sahabat terdekat Rasulullah Saw ini dapat dijumpai di banyak kitab Hadis, antara lain di Sunan Ibn Majah salah satu diantara enam kitab Hadis (al-Kutub al-Sittah) yang paling mu’tabar (paling diakui dan dijadikan referensi). Selain Anas bin Malik, sahabat Rasulullah Saw yang juga meriwayatkan hadis ini adalah Abu Said al-Khudri sebagaimana disebutkan dalam kitab Musnad al-Syihab karya Muhammad bin Salamah bin Ja’far. Karena banyaknya kitab yang mencantumkan hadis ini, maka hadis inipun sangat sering dikutip dalam karya-karya ilmiah, buku-buku maupun tulisan popular serta seminar dan ceramahceramah.

Namun demikian Ibn Majah sendiri menganggap hadis ini termasuk hadis dla’if (lemah, tidak sahih). Kelemahan hadis ini terletak pada seorang rawinya yang ada pada rangkaian sanad yaitu Hafash bin Sulaiman yang dinilai tidak tsiqah oleh Yahya bin Ma’in dan dikatakan matruk oleh Ahmad bin Hanbal dan Bukhary. Jadi penilaian bahwa hadis ini lemah adalah didasarkan pada kelemahan diri seorang perawinya.

Meskipun hadis di atas dla’if dari sisi perawi, akan tetapi kandungan matn-nya sejalan dengan ajaran al-Qur’an yang memerintahkan kaum Muslimin menggali pengetahuan, antara lain surat al-Taubah ayat 122, dan surat al-‘Alaq ayat 1-5. Artinya, hadis ini mengandung ajaran untuk mengamalkan perbuatan-perbuatan yang baik yang disebut fadla’ilul a’mal. Hadis yang mengandung ajaran fadla’ilul a’mal ini, meskipun kualitasnya dla’if, menurut para ulama hadis boleh dijadikan dasar perbuatan. Pendapat serupa ini antara lain dikemukakan oleh Ahmad bin Hanbal.

Perintah mencari ilmu ini, betul-betul diperhatikan oleh kaum Muslimin sehingga sejak awal perkembangan peradaban Islam aktifitas belajar dan mengajar sangat intensif dilakukan. Beberapa sahabat dikirim oleh Rasulullah ke berbagai tepat seperti Yaman, Syam, dan Mesir untuk memberikan pengajaran. Setelah itu, di masa tabiin banyak pencari ilmu yang melakukan rihlah ilmiyah yakni perjalanan ke berbagai kota dan negeri untuk mencari ilmu.

Rihlah ilmiyah dilakukan karena kebanyakan pelajar Islam tidak puas dengan pengetahuan yang diperoleh dari belajar kepada sedikit guru. Karena itu mereka tidak segan-segan melakukan perjalanan jauh untuk belajar pada guru di kota-kota yang mereka tuju. Dengan aktifitas rihlah ilmiyah ini, pendidikan Islam di masa klasiktidak hanya dibatasi dinding ruang belajar, akan tetapi Pendidikan Islam memberi kebebasan kepada murid-murid untuk belajar kepada guru-guru yang mereka kehendaki. Selain murid-murid, guru-guru juga melakukan perjalanan dan berpindah dari satu kota ke kota lain untuk mengajar sekaligus belajar. Dengan demikian aktifitas rihlah ilmiyah mendorong lahirnya learning society (masyarakat belajar).

Hadits Kedua.

قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ

Dari Abu Ad Darda lalu berkata, “Aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: “Barangsiapa meniti jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mengiringinya berjalan menuju surga. Sungguh, para malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang yang berilmu sungguh akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil bagian yang banyak." (HR. Abu Dawud)

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang hadits tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumber buku Siswa Hadits Ilmu Hadits Kelas XII MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.