Jumat, 23 Maret 2018

Pengertian Aliran Maturidiyah, Doktrin Ajaran dan Sekte Aliran Maturidiyah

A. Pengertian Aliran Maturidiyah.
Aliran Maturidiyah merupakan aliran teologi yang bercorak rasional-tradisional. Nama aliran itu dinisbahkan dari nama pendirinya, Abu Mansur Muhammad al-Maturidi. Aliran Maturidiyah adalah aliran kalam yang dinisbatkan kepada Abu Mansur al-Maturidi yang berpijak kepada penggunaan argumentasi dan dalil aqli kalami. Aliran Maturidiyah digolongkan dalam aliran Ahlussunnah wal Jamaah yang bercorak rasional.

Dilihat dari metode berpikir aliran Maturidiyah, berpegang pada keputusan akal pikiran dalam hal-hal yang tidak bertentangan dengan syara’. Sebaliknya jika hal itu bertentangan dengan syara’, maka akal harus tunduk kepada keputusan syara’. Berdasarkan prinsip pendiri aliran Maturidiyah mengenai penafsiran al-Quran yaitu kewajiban melakukan penalaran akal disertai bantuan ayat-ayat dalam penafsiran al-Quran.

B. Doktrin Ajaran.
1. Akal dan Wahyu.
Al-Maturidi dalam pemikiran teologinya berdasarkan pada al-Quran dan akal, akal banyak digunakan diantaranya karena dipengaruhi oleh Mazhab Imam Abu Hanifah. Menurut al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Jika akal tidak memiliki kemampuan tersebut, maka tentunya Allah Swt tidak akan memerintahkan manusia untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah Swt. Al-Maturidi membagi kaitan sesuatu dengan akal pada tiga macam, yaitu :

1) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui kebaikan sesuatu itu.
2) Akal dengan sendirinya hanya mengetahui keburukan sesuatu itu,
3) Akal tidak mengetahui kebaikan dan keburukan sesuatu, kecuali dengan petunjuk wahyu.

2. Perbuatan Manusia.
Perbuatan manusia adalah ciptaan Allah Swt, karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaan-Nya. Mengenai perbuatan manusia, kebijaksanaan dan keadilan kehendak Allah Swt mengharuskan manusia untuk memiliki kemampuan untuk berbuat (ikhtiar) agar kewajiban yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan. Dalam hal ini al-Maturidi mempertemukan antara ikhtiar manusia dengan qudrat Allah Swt sebagai pencipta perbuatan manusia. Allah Swt mencipta daya (kasb/berusaha) dalam setiap diri manusia dan manusia bebas memakainya, dengan demikian tidak ada pertentangan sama sekali antara qudrat Allah Swt dan ikhtiar manusia.

3. Kekuasaan dan Kehendak Mutlak Tuhan.
Penjelasan di atas menerangkan bahwa Allah Swt memiliki kehendak dalam sesuatu yang baik atau buruk. Tetapi, pernyataan ini tidak berarti bahwa Allah Swt berbuat sekehendak dan sewenang-wenang. Hal ini karena qudrat tidak sewenang wenang (absolute), tetapi perbuatan dan kehendak-Nya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya sendiri.

4. Sifat Tuhan.
Tuhan mempunyai sifat-sifat seperti sama’, bashar, kalam, dan sebagainya. Sifat-sifat Tuhan itu mulzamah (ada bersama) dzat tanpa terpisah (innaha lam takun ain az-zat wa la hiya ghairuhu).

5. Melihat Tuhan.
Al-Maturidi mengatakan bahwa manusia dapat melihat Tuhan, hal ini diberitakan dalam. QS. al Qiyamah: 22-23 :

Ùˆُجُوهٌ ÙŠَÙˆْÙ…َئِØ°ٍ Ù†َّاضِرَØ©ٌ . Ø¥ِÙ„َÙ‰ٰ رَبِّÙ‡َا Ù†َاظِرَØ©ٌ

"Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya lah mereka melihat."

6. Kalam Tuhan.
Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi. Kalam nafsi adalah sifat qadīm bagi Allah Swt, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baru (hadis). Kalam nafsi tidak dapat kita ketahui hakikatnya dari bagaimana Allah Swt bersifat dengannya, kecuali dengan suatu perantara.

7. Perbuatan Tuhan.
Semua yang terjadi atas kehendak-Nya, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan, kecuali karena da hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri. Tuhan tidak akan membebankan kewajiban di luar kemampuan manusia, karena hal tersebut tidak sesuai dengan keadilan, dan manusia diberikan kebebasan oleh Allah Swt dalam kemampuan dan perbuatannya, hukuman atau ancaman dan janji terjadi karena merupakan tuntutan keadilan yang sudah ditetapkan-Nya.

8. Pengutusan Rasul.
Pengutusan Rasul berfungsi sebagai sumber informasi, tanpa mengikuti ajaran wahyu yang disampaikan oleh rasul berarti manusia telah membebankan sesuatu yang berada di luar kemampuan akalnya.

9. Pelaku Dosa Besar.
Al-Maturidi berpendapat bahwa pelaku dosa besar tidak kafir dan tidak kekal di dalam neraka walaupun ia mati sebelum bertobat. Hal ini karena Tuhan telah menjanjikan akan memberikan balasan kepada manusia sesuai dengan perbuatannya. Kekal di dalam neraka adalah balasan untuk orang musyrik.

10 Iman.
Dalam masalah iman, aliran Maturidiyah berpendapat bahwa iman adalah taá¹£diq bi al-qalb (membenarkan dalam hati), bukan semata iqrar bi al-lisan (diucapkan dengan lisan).

C. Sekte Aliran Maturidiyah.
1. Sekte Samarkand.
Golongan ini dalah pengikut al-Maturidi sendiri, golongan ini cenderung ke arah paham Mu’tazilah.

2. Sekte Bukhara.
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu al-Yusr Muhammad al-Bazdawi. Dia merupakan pengikut al-Maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya. Sekte Bukhara adalah pengikut-pengikut al-Bazdawi di dalam aliran al-Maturidiyah, yang mempunyai pendapat lebih dekat kepada pendapatpendapat al-Asy’ary

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian aliran Maturidiyah, doktrin Ajaran dan sekte Aliran Maturidiyah. Sumber Buku Ilmu Kalam Kelas X MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2014. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.