Sabtu, 18 Agustus 2018

Sejarah Wali Songo Sunan Ampel (Raden Rahmat)

Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad SAW. Menurut riwayat, ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dari seorang putri Champa yang bernama Dewi Condrowulan binti Raja Champa Terakhir dari Dinasti Ming. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning.

Ajaran Raden Rahmat yang terkenal adalah falsafah Moh Limo atau tidak mau melakukan lima hal tercela yaitu:

• Moh Maen atau tidak mau berjudi.
• Moh Ngombe atau tidak mau minum arak atau bermabuk-mabukan.
• Moh Maling atau tidak mau mencuri.
• Moh Madat atau tidak mau mengisap candu, ganja dan lain-lain.
• Moh Madon atau tidak mau berzina/main perempuan yang bukan istrinya.

Prabu Brawijaya sangat senang atas hasil didikan Raden Rahmat. Raja menganggap agama Islam itu adalah ajaran budi pekerti yang mulia. Maka ketika Raden Rahmat kemudian mengumumkan bahwa ajarannya adalah agama Islam, Prabu Brawijaya tidak marah, hanya saja ketika dia diajak memeluk agama Islam ia tidak bersedia. Ia ingin menjadi raja Budha terakhir di Majapahit. Raden Rahmat diperbolehkan menyiarkan agama Islam di wilayah Surabaya bahkan di seluruh wilayah Majapahit, dengan catatan bahwa rakyat tidak boleh dipaksa. Raden Rahmat pun memberi penjelasan bahwa tidak ada paksaan dalam beragama.

Setelah Maulana Malik Ibrahim wafat, maka Sunan Ampel diangkat sebagai sesepuh Wali Songo, sebagai Mufti atau pemimpin agama Islam seTanah Jawa. Beberapa murid dan putera Sunan Ampel sendiri menjadi anggota Wali Songo, mereka adalah Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajad, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, Sunan Kota atau Raden Patah, Sunan Kudus dan Sunan Gunung Jati.

Beliau pula yang pertama kali menciptakan huruf pegon atau tulisan Arab berbunyi bahasa Jawa. Dengan huruf pegon ini beliau dapat menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada para muridnya. Hingga sekarang huruf pegon tetap dipakai sebagai bahan pelajaran agama Islam di kalangan pesantren. Sunan Ampel wafat pada tahun 1478 M, beliau dimakamkan di sebelah Barat Mesjid Ampel.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang biografi dan sejarah Wali Songo Sunan Ampel (Raden Rahmat). Sumber Buku SKI Kelas XII MA. Kementerian Agama Republik Indonesia, 2016. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.