Minggu, 17 September 2017

Kemajuan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dinasty Abbasiyah

Perkembangan kebudayaan/peradaban  pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami masa keemasan dan dikenang sebagai masa golden age atau peradaban emas kebudayaan dan peradaban Islam. Diantara kemajuan-kemajuan- tersebut meliputi berbagai bidang, meliputi hampir seluruh aspek kehidupan mulai dari kemajuan di bidang politik dan pemerintahan, kemajuan di bidang sosial budaya, kemajuan ekonomi dan kemajuan ilmu-ilmu keagamaan. Kemajuan-kemajuan tersebut  melahirkan berbagai bentuk-bentuk  wujud kebudayaan yang kemudian menjadi  bukti  pencapaian  kemajuan kebudayaan/peradaban Islam.

Kebijakan pemerintah yang mendukung aktivitas intelektual dan riset melahirkan kemajuan dalam berbagai bidang pengetahuan, sebagai berikut:

1. Filsafat.
Filsafat diartikan sebagai pengetahuan dengan akal budi tentang segala yang ada, hakekat yang ada, sebab yang ada, asal yang ada,  hukum yang ada dan segala sesuatu dibahas secara mendalam dan mendasar. Pada masa Dinasti Abbasiyah Ilmu filsafat banyak diterjemahkan, tidak hanya dari kebudayaaYunani, termasuk Romawi, Persia, India, Syiria.  Proses ini biasanya disebut dengan istilah Hellenisasi. Buku-buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Arab antara lain Categories, Pyssices dan Makna Maralia karya Aristoteles, Republik, Laws, da Timaeus karya Plato, dan lain-lain. Penerjemahan yang dilakukan dengan mengadakan perubahan serta perbaikan sesuai ajaran Islam, sehingga munculah yang dinamakan  ilmu filsafat Islam. Ilmu filsafat Islam adalah pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat yang ada, sebab asal dan hukumnya atau ketentuan-ketentuannya berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Munculah tokoh-tokoh terkenal dalam bidang filsafat Islam diantaranya:

Al-Farabi.
Nama lengkapnya Muhammad bin Turkhan Abi Nasir Al-Farabi, lahir pada tahun 870 di Farab, sebuah kota di Turki Tengah (kini tidak ada lagi). Sejak kecil, rajin belajar dan memiliki otak yang cerdas. Ia belajar agama, bahasa Arab, bahasa Turki, dan bahasa Parsi. Setelah besar al-Farabi pindah ke Baghdad dan tinggal selama 20 tahun. Di Baghdad ia memperdalam filsafat, logika, matematika, etika, ilmu politik, musik, dan lain-lain. Dari Baghdad Al-Farabi pindah ke Harran (Iran) dan mempelajari filsafat Yunani kepada beberapa guru diantaranya Yuhana bin Hailan. Dari Harran kemudian pindah lagi ke Baghdad. Selama di Baghdad waktunya dihabiskan untuk mengajar dan menulis.
Baca Juga :


Ibn Rusyd.
Ibnu Rusyd dikenal dengan nama Averroes. Nama lengkapnya adalah Abu Al Khalid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Rusd, lahir di Cordova pada tahun 520 H / 1126 H, dibesarkan dalam lingkungan keluarga tedidik. Diantara karya-karyanya yang hingga kini dapat ditemukan adalah Bidayah al–Mujtahid, yang membahas tentang ilmu hukum, dan kitab al–Kulliya, yang membahas tentang ilmu kedokteran. Selain itu, ia melakukan komentar terhadap pemikiran Aristoteles, sehingga ia di dunia Barat dikenal sebagai seorang ’komentator Aristoteles’ yang termasyhur. Di dunia Timur (Islam) Ibnu Rusyd dikenal sebagai filosof yang membela pemikiran para Filosof dari kritikan Al–Ghazali. Karyanya dalam bidang ini terdapat dalam Fashl al–Maqail fi ma Baina al–Hikmah wa al–Syar’iyyah min al Ittishal.

Ibnu Bajjah.
Nama lengkap Ibnu Bajjah adalah Abu Bakr Muhammad Ibnu Yahya bin As-Sa’igh At-Tujibi As-Sarakusti, tapi lebih populer dengan nama Ibnu Bajjah atau Ibnu Saligh. Di Barat, Ibnu Bajjah dikenal dengan nama Avempace, Avenpace, atau Aben Pace, lahir pada tahun 1802 di Saragosa, Spanyol, sebagai anak dari seorang pandai emas.

Ibnu Thufail.
Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad Abd Al-Malik Ibn Muhammad Ibn
Thufail Al-Qoisyi, lahir di Cadix, provinsi Granada Spanyol pada tahun 506 H/1110 M. Ia termasuk dalam keluarga suku Arab terkemuka, Qais. Di Barat  terkenal dengan sebutan Abu Bacer. Selain terkenal sebagai filosof muslim, juga seorang dokter, ahli matematika dan kesusastraan (penyair) dari dinasti Al-Muwahhid Spanyol. Ia memulai kariernya sebagai dokter praktik di Granada.

2. Kedokteran.
llmu kedokteran mendapatkan perhatian paling besar dan kedudukan terhormat. Mulai berkembang pada akhir masa Abbasiyah I, yaitu masa Khalifah Al-Watsiq, sedangkan puncaknya terjadi pada masa Abbasiyah II, III, dan IV. Buku-buku karya Ar-Razi banyak dijumpai di museum-museum Eropa dan banyak digunakan sebagai buku rujukan untuk dunia kedokteran. Semua khalifah memiliki dokter pribadi. Khalifah Al-Mansur memindahkan pusat kedokteran dari Jundisapur ke Baghdad.

Pada masa khalifah Harun Ar-Rasyid, tercatat sebanyak 800 orang dokter, mencerminkan kemajuan pengetahuan dalam bidang kedokteran. Rumah sakit-rumah sakit didirikan sekaligus dijadikan sebagai pusat kegiatan praktek ilmu kedokteran, sementara teorinya diajarkan di masjid dan madrasah. Pada masa itu telah didirikan apotik yang pertama di dunia yaitu tempat menjual obat.
Beberapa ilmuwan di bidang kedokteran yang terkenal diantaranya:

1. Ali bin Rabban At-Tabbari adalah orang pertama yang mengarang buku kedokteran yiatu Firdaus al-Hikmah (850 M).
2. Ar-Razi atau Razes (809-873 M), menulis buku terkenal mengenai cacar dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
3. Ibnu Sina, menemukan sistem peredaran darah pada manusia dan menjadi sangat termasyhur karena bukunya Qanun fi al-Thibb, diterjemahkan di Eropa pada pertengahan kedua bad 15 M dan dijadikan pegangan dalam bidang kedokteran hingga sekarang. Dia dijuluki Ibnu “Raja Obat” serta dianggap sebagai perintis tentang penyakit syaraf dan berbagai macam penyakit.
4. Hunain bin Ishaq Al Abadi (810-878 M), dokter dari ahlu Dzimmah, penganut agama Kristen dari mazhab Nastarian,  Ahli mata, Dia mengabdikan keahliannya pada masa Al-Makmun, Al-Mu’tashim, Al-Watsiq, dan Al-Mutawakil. Dia adalah satu-satunya dokter yang berhasil menyembuhkan Al-Mutawakkil setelah para dokter istana yang lain gagal mengobatinya.

3. Matematika.
Terjemahan buku-buku  dari Yunani, Romawi dan India ke dalam bahasa Arab, menghasilkan berbagai karya termasuk dalam bidang matematika. Selanjutnya ilmu matematika/ilmu hisab berkembang karena kebutuhan dasar pemerintah untuk menemukan waktu yang tepat dalam setiap pembangunan. Setiap sudut harus terukur secara tepat supaya tidak terjadi kesalahan hitung dalam pembangunan gedung-gedung.

Di antara ahli matematika muslim yang terkenal adalah Al-Khawarizmi,  pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu hitung), dan penemu angka nol. Kemudian Abu Al-Wafa Muhammad bin Muhammad bin Ismail bin Al-Abbas (940-998) terkenal sebagai ahli matematika. .Tokoh-tokoh lain yang juga dikenal ahli matematika dan  memberikan sumbangan signifikan bagi pengembangan matematika adalah:

1. Al-Biruni meliputi aritmatika teoritis dan praktis, penjumlahan seri, analisis kombinatorial, kaidah angka 3, bilangan irasional, teori perbandingan, definisi aljabar, metode pemecahan penjumlahan aljabar, geometri. teorema Archimedes, sudut segitiga.
2. Umar Khayyam (1048 – 1131 M) mengarang buku tentang aljabar, yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Perancis oleh F. Woepeke (1857), yaitu Reatise on Algabera.

4. Astronomi.
Ilmu astronomi, dalam Islam disebut ilmu falak, yaitu ilmu yang mempelajari benda-benda langit, seperti matahari, bulan bintang dan planet-planet lain. Ilmu ini ditemukan sekitar 3000 tahun SM di Babylonia. Dalam perkembangan ilmu astronomi, muncullah sistem penanggalan. Dalam dunia Islam lmu astronomi sangat penting karena sangat mendukung penentuan waktu ibadah, terutama waktu salat, penentuan arah kiblat dan penanggalan Qamariyah.

Khalifah Al-Mansur ketika menentukan letak ibukota yang ingin dibangunnya, menggunakan bantuan ilmu astronom. Beliau banyak dibantu oleh ahli astronomi dari India.
Ilmuwan muslim mendirikan observatorium dilengkapi dengan peralatan yang maju, untuk melakukan kajian pengembangkan ilmu tersebut. Habasyi Al-Hasib Al-Marwazi melakukan observasi sejak usia 15 tahun. Ia memimpin penyusunan 3 tabel Zij Al-Makmun (Tabel Al-Makmun) pada masa pemerintahan khalifah Al-Makmun. Tabel pertama mengkritik metode Al-Khawarizmi, kedua menulis tentang Al-Ziz Al-Mumtahan, ketiga Al-Zij As-Syah.

Tokoh astronomi muslim pertama adalah Muhammad Al-Fazani, dikenal sebagai pembuat astrolob atau alat mempelajari ilmu perbintangan pertama di kalangan muslim. Tokoh-tokoh lainnya antara lai:

1. Nasiruddin Al-Thusi (pendiri Observatorium di Maragha, Asia kecil)
2. Ali bin Isa Al-Usturlabi, tokoh pertama penulis risalah astrolobe.
3. Muhammad bin Musa Al-Khawarizmi tokoh ilmu falak, yang juga ahli dalam bidang matematika.
4. Al- Fargani (Al-Faragnus), menulis ringkasan ilmu astronomi yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes Hispalensis.

5. Al-Battani (Albatenius), bapak Ilmu Astronomi, menemukan bahwa garis bujur terjauh matahari mengalami peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak perhitungan yang dilakukan oleh Ptolemy. Ini membuahkan penemuan yang penting mengenai gerak lengkung matahari. Al-Battani juga menentukan secara akurat kemiringan ekliptik, panjangnya musim, dan orbit matahari,  Iapun berhasil menemukan orbit bulan dan planet dan menetapkan teori baru untuk menentukan sebuah kondisi kemungkinan terlihatnya bulan baru. Ini terkait dengan pergantian dari satu bulan ke bulan lainnya. Hasil penelitiannya,  Kitab al-Zij diterjemahkan oleh Plato dari Tivoli ke dalam bahasa Latin pada abad ke-12 dengan judul De Scienta Stellerum De Numeris Stellerum et Motibus. Terjemahan tertua itu masih ada di Vatikan. Terjemahan bukunya keluar tahun 1116, sedangkan edisi cetaknya beredar tahun 1537 dan tahun 1645.

6. Al-Biruni menulis karya besar bidang Astronomi, Masudic Canon yang didedikasikan kepada putra Mahmud, yaitu Ma’sud. Al-Biruni juga banyak menulis buku astrologi, yaitu The Elements of Astrology. Pada tahun 1031, dia merampungkan ensiklopedia astronomi yang sangat panjang, Al-Qanun Al-Mas’udi. Al-Biruni berpendapat bahwa galaksi Bima Sakti adalah kumpulan sejumlah bintang. Dia merupakan ilmuwan yang pertama kali membedakan istilah astronomi dengan astrologi.
7. Nasiruddin At-Thusi,  1201 – 1274 M), berhasil membuat table pergerakan planet yang akurat. Kontribusi lainnya yang amat penting bagi perkembangan astronomi adalah kitab Zij-Ilkhani yang ditulis dalam bahasa Persia dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kitab itu disusun stelah 12 tahun memimpin observatorium Maragha. Selain itu Nasiruddin juga berhasil menulis kitab terkemuka lainnya yang berjudul At-Tadhkira fi’ilm Al-hay’a (Memoar Astronomi). Nasiruddin mampu memodifikasi model semesta apisiklus Ptolomeus  dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. Nasiruddin meningal dunia pada tahun 672 H / 1274 M di kota Baghdad, yang pada saat itu di bawah pemrintahan Abaqa (Pengganti Hulagu).

5. Sejarah.
Pada masa Dinasti Abbasiyah,  kajian sejarah masih terfokus pada tokoh atau peristiwa tertentu misalnya, sejarah hidup Nabi Muhammad SAW. Minat terhadap kajian sejarah sangat besar dan mendapat dukungan dari khalifah. Ilmuwan dalam bidang sejarah pada masa Abbasiyah diantaranya adalah Muhammad bin Ishaq bin Yasar, lebih dikenal sebagai Ibnu Ishaq, sejarawan muslim pertama, lahir pada tahun 85H / 704 M dan meninggal pada tahun 151 H / 768 M.  Dialah yang pertama kali menulis Sirah al-Nabawiyah lil Ibn Ishaq yang merupakan biografi Rasulullah pertama yang paling komprehensif.

Kemudian disunting oleh muridnya  Ibn Hisyam (w.230 H/845 M) menjadi Sirah al-Nabawiyah lil Hisyam. Muhammad Ibnu Sa'ad, (w.230 H/845 M)  yang menulis karya al-Thabaqat al-Kubra (8 jilid) berkata tentang Ibnu Ishaq, "Ia merupakan yang pertama mengumpulkan sejumlah ekspedisi dari Utusan Allah (Muhammad) dan mencatatnya." 
Al-Biruni  juga disebut sejarawan masa Abbasiyah, dia telah menulis buku sejarah yang berjudul Chronology.

6. IlmuBumi/geografi.
Dalam tradisi Islam, ilmu bumi tidak bisa dipisahkan dengan astronomi. Ahli bumi pertama dalam sejarah ilmuawan muslim adalah Hisyam Al–Kalbi (abad ke 9 M,)  dengan studinya  tentang kawasan Arab.

Berkembangnya geografi di dunia Islam dimulai ketika Khalifah Al-Makmun (813-833 M) memerintahkan ahli-ahli geografi Muslim untuk mengukur kembali jarak bumi. Sejak saat itu muncul istilah mil untuk mengukur jarak. Usaha tersebut berhasil, sehingga Al-Makmun memerintahkan para geografer Muslim untuk menciptakan peta bumi yang besar. Di bawah koordinasi Al-Khawarizmi bersama 70 geografer lainnya berhasil membuat peta globe pertama pada tahun 830 M.

Al-Khawarizmi juga berhasil menulis kitab geografi berjudul Surah Al-Ard (Morfologi Bumi) sebuah koreksi terhadap karya Ptolemeus. Yang mana kitab tersebut menjadi landasan ilmiah bagi geografi Muslim tradisional. Pada abad yang sama, Al-Kindi juga menulis sebuah buku bertajuk ‘Keterangan tentang Bumi yang Berpenghuni’. Demikian juga Al-Biruni berhasil menemukan radius bumi mencapai 6.339,6 km dimana dunia Barat belum mampu mengukur radius bumi seperti yang dilakukan Al-Biruni.

Di era kejayaan Dinasti Abbasiyah, perkembangan astronomi Islam, penerjemahan naskah-naskah kuno ke dalam bahasa Arab serta meningkatnya ekspansi perdagangan dan kewajiban menunaikan ibadah haji merndukung semakin berkembangnya geografi di dunia Islam. Semakin banyak bermnculan ahli di bidang geografi, di antaranya:

1. Al-Ya’qubi (wafat 897 M), menulis buku geografi berjudul ’’Negeri-negeri’’ dengan studi topografisnya.
2. Ibn Khordadbeh (820 M - 912 M), murid Al-Kindi yang mempelajari jalan-jalan di berbagai provinsi secara cermat dan menuangkannya ke dalam buku Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan).
3. Al-Dinawari (828 M-898 M)
4. Hamdani (893 M - 945 M)
5. Ali al-Masudi (896 M - 956 M), mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembentukan batu-batuan di bumi.
6. Ahmad ibn Fadlan (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia dan kisah perjalanan ke daerah Volga dan Kaspia.
7. Ahmad ibn Rustah (abad ke-10 M), menulis ensiklopedia besar mengenai geografi.
8. Al Balkhi,  mendirikan sekolah di kota Baghdad yang secara khusus mengkaji dan membuat peta bumi.
9. Al Istakhar II dan Ibnu Hawqal (abad ke-10 M), membuat pemetaan dunia.
10. Al Baghdadi (1162 M)
11. Abdul-Leteef Mawaffaq (1162 M)
12. Abu Ubaid Al- Bakri (abad 11 M)  menulis kitab Mu’jam Al-Ista’jam (Eksiklopedi Geografi). berisi nama-nama tempat di Jazirah Arab dan Al-Masalik wa Al-Mamalik (Jalan dan Kerajaan), berisi pemetaan geografis dunia Arab zaman dahulu.
13. Al-Idrisi (1100 M), membuat peta dunia,  menulis kitab Nazhah Al- Muslak fi Ikhtira Al-Falak (Tempat Orang yang Rindu Menembus Cakrawala).. Kitab ini. diterjemahkan ke dalam bahasa Latin, menjadi Geographia Nubiensis.
14. Dan lain-lain.

7. Kemajuan Bidang Ilmu-ilmu Agama.
Ilmu agama yang dimaksud disini adalah ilmu-ilmu yang muncul ditengah-tengah suasana hidup keislaman berkaitan dengan agama dan bahasa Al-Qur’an. Ilmu agama telah berkembang sejak masa Dinasti Umayyah. Namun, pada masa Dinasti Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang luar biasa. Masa ini melahirkan ulama-ulama besar dan karya-karya yang agung dalam berbagai bidang ilmu agama. Diantara ilmu pengetahuan di bidang agama yang berkembang dan sangat maju adalah ilmu-ilmu sebagai berikut:

1. Ilmu Hadits
2. llmu Tafsir.
3. Ilmu Fikih.
4. Ilmu Tasawuf.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang kemajuan atau perkembangan Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi zaman keemasan Dinasty Abbasiyah. Sumber Buku SKI MTS Kelas VIII. Kementerian Agama Republik Indonesia. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.