Minggu, 18 September 2016

Takdir Allah Swt Terbagi Dua


Qada menurut bahasa  ada beberapa arti yaitu ketentuan, ketetapan, hukum, perintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan, dan memutuskan sesuatu perkara dengan ucapan atau perbuatan.

Pengertian qada menurut istilah adalah ketetapan atau ketentuan Allah sejak zaman azali (sebelum adanya_alam ini) yang belum diketahui oleh makhluk dan belum terlaksana, tentang segala sesuatu yang berkenaan dengan makhluknya sesuai dengan iradah (kehendak Allah) meliputi baik buruk, hidup dan mati dan seterusnya.

Qadar menurut bahasa adalah berarti kepastian, peraturan, ukuran, dan kuasa mengerjakan sesuatu.

Pengertian qadar menurut istilah adalah perwujudan ketetapan (qada) terhadap sesuatu yang berkenaan dengan makhluk-Nya yang telah ditentukan dan telah terlaksana sesuai dengan iradah Allah. Firman Allah dalam Al Qur an surat Al Furqan ayat 2 dan surat Al Hadid ayat 22 :

وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَه تَقْدِيْرًا

Artinya : "Dan Dia menciptakan segala sesuatu lalu menetapkan ukuran – ukurannya dengan tepat." (QS. Al Furqan :2)

مَااَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِي اْلاَرْضِ وَلاَفِي اَنْفُسِكُمْ اِلاَّ فِيْ كِتبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَا

Artinya : "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya tertulis dalam kitab (lauh mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya." (QS. Al Hadid : 22)

Segala usaha yang kita kerjakan tentunya keberhasilannya tak lepas juga dari kadar usaha yang kita kerjakan. Keberhasilan banyak dipengaruhi kadar usaha yang dilakukan. Dengan demikian dalam kenyataan hidup ini ada sesuatu yang tidak dapat diusahakan manusia dan ada pula sesuatu yang tergantung dari usaha manusia. Oleh karena itu, ulama mengatakan bahwa taqdir ada dua macam yaitu taqdir mubram dan mu’allaq .

a. Taqdir Mubram.
Taqdir mubram adalah taqdir yang tidak dapat berubah karena kemauan atau usaha manusia. Contohnya adalah soal kapan ajal manusia datang, jika ajal seseorang telah tiba, maka dia tidak mungkin manundanya. Ketika Allah menghendaki ia meninggal saat itu, maka saat itu pula ia akan meninggal. Firman Allah dalam Al Qur an surat Yunus ayat 39

اِذَاجأ ءَ اَجَلُهُمْ فَلاَ يَسْتَأْ خِرُوْنَ سَاعَةً وَّلاَ يَسْتَقْدِمُوْنَ

Artinya : “Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan-Nya”. (QS. Yunus : 49)

Contoh lainnya adalah nasib manusia,lahir, jodoh dan rezekinya, terjadinya kiamat, dan lain-lain.

أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ وَإِن تُصِبْهُمْ حَسَنَةٌ يَقُولُواْ هَـذِهِ مِنْ عِندِ اللهِ
 وَإِن تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَقُولُواْ هَـذِهِ مِنْ عِندِكَ قُلْ كُلًّ مِّنْ عِندِ اللهِ فَمَا لِهَـؤُلاء الْقَوْمِ لاَ يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثاً

Artinya : “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendati pun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? “(Q.S. 4 An Nisaa' 78)

b. Taqdir Mu’allaq.
Taqdir mu’allaq adalah taqdir yang dapat berubah karena adanya usaha yang dilakukan manusia. Contohnya keadaan manusia semula melarat menjadi kecukupan karena usaha manusia, semula belum tahu menjadi tahu karena berusaha belajar, dan semula sakit menjadi sehat karena berusaha berobat, air jika dipanaskan pada suhu 100  C akan mendidih, dan jika didinginkan pada suhu 0   akan menjadi es. Firman Allah dalam surat  Arra’du ayat 11 :

اِنَّ اللهَ لاَ يُغَيِّرُمَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْ

Artinya:”Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”. (QS. Ar Ra;du : 11)

Manusia adalah makhluk yang lemah.Mereka harus mengakui kebesaran dan kekuasaan Allah swt yang mencipta, mengatur, dan menguasai alam semesta. Manusia tidak mengetahui apa–apa yang akan terjadi atas dirinya sendiri. Baik kejadian yang menyenangkan maupun yang menyusahkan. Manusia tidak dapat mengatakan bahwa besok akan terjadi hujan lebat. Mereka hanya memperkirakan berdasarkan pengalaman.Islam mensyariatkan bahwa manusia wajib berusaha secara maksimal, sedangkan hasilnya ada pada kekuasaan Allah swt semata. Firman Allah dalam surat An Najm ayat 39 :

وَاَنْ لَّيْسَ لِلاِنْسَانِ اِلاَّ مَا سَعَى

Artinya :“Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya”(QS. An Najm : 39)

Surat An Najm ayat 39 menjelaskan bahwa manusia hanya akan memperoleh hasil sesuai apa yang diusahakan. Usaha yang sungguh – sungguh akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Sebaliknya usaha yang hanya sekedarnya akan menghasilkan sesuatu yang kurang baik. Surat Ar Ra’du ayat 11 menerangkan bahwa perubahan keadaan suatu kaum berdasarkan usaha yang dilakukan kaum itu sendiri. Oleh karena itu manusia hendaknya berusaha semaksimal untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa depan. Masa depan dalam kehidupan di dunia ini dan yang lebih penting adalah masa depan kehidupan di akherat kelak. Umat Islam hendaknya mengutamakan masa depan akherat. Apabila kita memprioritaskan masa depan kehidupan di akhirat, secara langsung kehidupan di dunia akan tercukupi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.