Minggu, 13 Agustus 2017

Pengertian Rezeki dan Ayat Al-Qur’an/Hadits Perintah Mencari Rezeki

Kata rezeki berarti penghidupan, tiap-tiap yang bermanfaat, segala yang berdaya guna bagi makhluk. Rezeki  Allah swt berarti penghidupan atau tiap-tiap  yang berguna bagi kehidupan makhluk  berasal dari Allah swt.  Rezeki juga berarti anugrah, karunia atau pemberian dari sisi Allah swt kepada makhluk-Nya. Tahukah kalian  bahwa rezeki manusia dan seluruh makhluk hidup sudah dijamin oleh Allah? Perhatikan firman Allah  dalam surah ar-Rum : 40 berikut ini :

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ ثُمَّ رَزَقَكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَفْعَلُ مِنْ ذَلِكُمْ مِنْ شَيْءٍ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَمَّا يُشْرِكُونَ.

Artinya “Allah-lah yang menciptakan kamu, kemudian memberimu rezki, kemudian mematikanmu, kemudian menghidupkanmu (kembali). Adakah di antara yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu dari yang demikian itu? Maha sucilah Dia dan Maha Tinggi dari apa yang mereka persekutukan”. (QS. Ar-Rum : 40)

Pada ayat di atas, Allah Swt menegaskan bahwa Dia telah menghidupkan manusia, memberi rezeki, mematikan dan menghidupkan mereka kembali. Kemudian Allah mempertanyakan kepada manusia “Adakah di antara mereka yang kamu sekutukan dengan Allah itu yang dapat berbuat sesuatu yang demikian itu?”

Kalimat Tanya seperti itu lazim disebut dengan pertanyaan untuk menegaskan, maksudnya penegasan bahwa tidak ada makhluk yang dapat berbuat. Inilah yang membutikan bahwa tidak ada yang dapat disekutukan dengan Allah. Dia maha suci dari segala anggapan orang-orang yang menyekutukan-Nya.

Spirit Dari Al Qur'an Dalam Mencari Rezeki.
Setelah  kalian tahu  bahwa semua makhluk yang ada di muka bumi   rezekinya dijamin oleh Allah, bukan berarti manusia tanpa berbuat apa-apa kemudian rezeki itu ada dengan sendirinya, tetapi dengan akal cerdas yang kita miliki kita harus berpikir bahwa  untuk mendapatkan rezeki itu tentunya tidak mudah harus ada proses pengupayaan yaitu melalui  usaha atau kerja.

Islam tidak menganjurkan pemeluknya untuk memerankan diri sebagai penganggur, meski dengan alasan  untuk mengkonsentrasikan diri dalam beribadah kepada Allah swt.  Atau menggantungkan belas kasihan orang lain dengan cara meminta-minta. Jadi, berusaha mencari rezeki adalah suatu keharusan. Seseorang yang bekerja    dengan cara yang baik, halal , motivasi dan tujuannya benar, maka dia akan mendapatkan rezeki dalam bentuk materi dan   juga pahala karena apa yang diusahakannya termasuk ibadah.

Firman Allah Swt:


فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

”Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (QS. Al-Jumu'ah :10 ).

Tentang ayat ini  dalam tafsir Ar-Razi dinyatakan bahwa makna ”maka bertebaranlah kamu di muka bumi” mengacu dua hal yaitu  pertama, perintah untuk menyelesaikan tugas-tugas hidup setelah selesai shalat jumat dan kedua,  larangan untuk berdiam diri, istirahat, tidur di dalam masjid setelah selesai shalat jumat.

Dalam firman Allah ini tentunya meberi inspirasi bagi kalian untuk senantiasa ”produktif, energig dan efisien ” dalam menggunakan waktu  dan dilarang keras untuk bermalas-malasan.

Allah swt berfirman:


هُوَ الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ ذَلُولًا فَامْشُوا فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُوا مِنْ رِزْقِهِ

”Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya, dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya”. (QS. Al-Mulk:15)

Tentang ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan: ” Menyebarlah kemanapun kalian inginkan di penjuru-penjuru-Nya, dan berkelilinglah di sudut-sudut, tepian dan wilayah-wilayah-Nya untuk menjalankan usaha dan perniagaan".

Jadi salah satu pintu  rezeki Allah yang bisa dimasuki  manusia adalah lewat bidang  perdagangan. kebiasaan mencari nafkah dengan berdagang ternyata sudah dilakukan oleh orang-orang suku Quraisy dari  sejak zaman Rasulullah Saw.

Perjalanan dagang mereka ke luar wilayah Mekah, yaitu  pada musim dingin, mereka melakukan perjalanan ke Yaman untuk berbelanja parfum dan rempah-rempah. Selama musim panas mereka pergi ke Syam untuk berbelanja hasil pertanian. Hal ini dinyatakan oleh Allah dalam  firman-Nya  yang terdapat pada  Q.S. Quraisy:  2

إِيلافِهِمْ رِحْلَةَ الشِّتَاءِ وَالصَّيْفِ 

"(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas."

Rezeki yang Halal dan Berkah.
Setiap manusia berhak untuk hidup layak, aman, damai dan bahagia.  Untuk hidup layak ini, menurut Al-Qur’an merupakan hak sekaligus kewajiban  asas yang paling utama dalam Islam. Ajaran al- Qur'an dan hadis   mendorong manusia agar mencari rezeki yang halal dan thayyib. Rasulullah Saw bersabda:

”Wahai manusia, bertakwalah engkau kepada Allah, pakailah cara baik dalam mencari (rezeki) .....” Rasulullah saw juga mengingatkan manusia  agar berhati-hati dalam mencari harta dan harus selektif  dengan cara memperolehnya sehingga  harta yang dimiliki benar-benar halal.

عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، قَالَ : لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَ م مِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ (البخارى  وأبو يعلى

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah Saw bersabda: "Pasti akan datang pada manusia suatu zaman dimana orang tidak perduli lagi dengan apa dia mengambil harta, apakah dari yang halal ataukah dari yang haram." (HR. Bukhari dan Abu Ya’la).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.