Senin, 27 Maret 2017

Ketika Gunung Menangis Takut Tergolong Bahan Bakar Neraka

Kata neraka sering disebutkan dalam kitab suci Al-Qur'an dan jumlahnya sangat banyak sekali. Dalam bahasa Arab disebut naar. Tempat ini menurut keyakinan umat Islam adalah tempat di mana manusia dan jin adalah para makhluk yang membangkang terhadap syariat Allah Swt dan mengingkari para Nabi dan Rasulnya.

Siapapun orang yang dimasukkan ke dalam neraka, tidak akan bisa keluar darinya. Pintu neraka berdiri kukuh dan tertutup rapat. Itulah penjara bagi orang-orang yang menganggap remeh berita tentang pengadilan akhirat. Ada juga orang-orang yang terakhir kali masuk surga, setelah mereka di siksa sesuai dengan dosa-dosanya yang telah mereka perbuat. Di dalam Al-Qur'an disebutkan bahan bakar neraka adalah dari manusia dan batu.

Alkisah pada suatu hari Uqa'il bin Abi Thalib telah pergi bersama-sama dengan Nabi Muhammad Saw Pada waktu itu Uqa'il telah melihat berita ajaib yang menjadikan hatinya tetap bertambah kuat di dalam Islam dengan sebab tiga perkara tersebut. Peristiwa pertama adalah, bahwa Rasulullah Saw akan mendatangi hajat yakni membuang air besar dan di hadapannya terdapat beberapa batang pohon.

Maka baginda Rasulullah Saw berkata kepada Uqa'il, "Hai Uqa'il teruslah engkau berjalan sampai ke pohon itu, dan katalah kepadanya, bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw berkata; Agar kamu semua datang kepadanya untuk menjadi dinding atau penutup baginya, karena sesungguhnya baginda akan mengambil air wuduk dan buang air besar."

Uqa'il pun keluar dan pergi mendapatkan pohon-pohon itu dan sebelum dia menyelesaikan tugas itu ternyata pohon-pohon sudah tumbang dari akarnya serta sudah mengelilingi di sekitar baginda Rasulullah Saw selesai dari hajatnya. Maka Uqa'il kembali ke tempat pohon-pohon itu.

Peristiwa kedua adalah, bahwa Uqa'il merasa haus dan setelah mencari air ke mana pun juga namun tidak ditemui air. Maka baginda Rasulullah Saw berkata kepada Uqa'il bin Abi Thalib, "Hai Uqa'il, dakilah gunung itu, dan sampaikanlah salamku kepadanya serta katakan, "Jika padamu ada air, berilah aku minum!"

Uqa'il lalu pergilah mendaki gunung itu dan berkata kepadanya sebagaimana yang telah disabdakan baginda itu. Maka sebelum ia selesai berkata, gunung itu berkata dengan fasihnya, "Katakanlah kepada Rasulullah, bahwa aku tidak punya air lagi, sebab aku terus menangis karena takut menjadi bahan bakar api neraka, dan aku menangis sejak Allah Swt menurunkan ayat yang bermaksud :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.“ (QS. At-Tahrim : 6).

("Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu berserta keluargamu dari (seksa) api neraka yang umpannya dari manusia dan batu)." "Aku menangis dari sebab takut kalau aku menjadi batu itu maka tidak ada lagi air padaku."

Peristiwa yang ketiga ialah, bahwa ketika Uqa'il sedang berjalan dengan Rasulullah Saw, tiba-tiba ada seekor unta yang meloncat dan lari ke hadapan Rasulullah Saw, maka unta itu lalu berkata, "Ya Rasulullah, aku minta perlindungan darimu."

Unta masih belum selesai mengadukan halnya, tiba-tiba datanglah dari belakang seorang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus. Melihat orang Arab kampung dengan membawa pedang terhunus.

Melihat orang Arab kampung itu, Nabi Muhammad Saw berkata, "Hendak di  apakan kamu terhadap unta itu ?"

Jawab orang kampung itu, "Wahai Rasulullah, aku telah membelinya dengan harta yang mahal, tetapi dia tidak mau taat atau tidak mau jinak, maka akan kupotong saja dan akan kumanfaatkan dagingnya (kuberikan kepada orang-orang yang memerlukan)."

Rasulullah Saw bertanya, "Mengapa engkau mendurhakai dia?"

Unta itu menjawab, "Wahai Rasulullah, sungguh aku tidak mendurhakainya dari satu pekerjaan, akan tetapi aku mendurhakainya dari sebab perbuatannya yang buruk. Karena kabilah yang dia termasuk di dalam golongannya, sama tidur meninggalkan shalat Isya. Kalau sekiranya dia mau berjanji kepada engkau akan mengerjakan shalat Isya itu, maka aku berjanji tidak akan mendurhakainya lagi. Sebab aku takut kalau Allah Swt menurunkan siksa-Nya kepada mereka sedang aku berada di antara mereka."

Akhirnya Nabi Muhammad Saw mengambil perjanjian orang Arab kampung itu, bahwa dia tidak akan meninggalkan shalat Isya. Dan baginda Nabi Muhammad Saw menyerahkan unta itu kepadanya. Dan dia pun kembali kepada keluarganya.

Demikianlah sahabat bacaan madani kisah Uqa'il bin Abi Thalib bersama Rasulullah Saw yang mendengar berbicaranya gunung dan domba serta pohon yang penuh dengan pengertian. Dari kisah tersebut bisa kita simpulkan bahwa makhluk Allah seperti gunung saja takut akan di jadikan bahan bakar neraka. Padahal gunung tidak termasuk yang dihisab di akhirat kelak. Begitu juga dengan unta takut akan azab Allah Swt di sebabkan ulah manusia sendiri karena meninggalkan shalat. Lalu bagaiman dengan perasaan takut manusia yang tidak mengerjakan shalat? Masih adakah persaan takut karena tidak melasanakan shalat?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.