Rabu, 03 Januari 2018

Pengerian Nahi (Larangan), Bentuk Kata Nahi, Kaidah Nahi dan Contohnya

a. Pengerian Al-Nahyu (Larangan)
Menurut bahasa An-Nahyu berarti larangan. Sedangkan menurut istilah ialah:

اَلنَّهْيُ : طَلَبُ التَّرْكِ مِنَ الأَعْلىَ إِلىَ اْلأَدْنىَ

“An-Nahyu (larangan) ialah tuntutan meninggalkan perbuatan dari yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah (kedudukannya)”.

Kedudukan yang lebih tinggi disini adalah Syaari’ (Allah Swt atau Rasul Nya) dan kedudukan yang lebih rendah adalah mukallaf.

Jadi nahi adalah larangan yang datang dari Allah atau Rasul Nya kepada mukallaf. 

b. Bentuk Kata Nahi
1. Fi’il Mudhari yang didahului dengan “la nahiyah” / lam nahi = janganlah

وَلاَ تَأْكُلُـوْا أَمْـوَالَكُمْ بَيْنَكُـمْ بِالْبَاطِلِ

“Dan jangan engkau memakan harta saudaramu dengan cara batil.” (QS Al Baqarah : 188)

وَلاَ تُفْسِــدُوْا فىِ اْلأَرْضِ

“Janganlah engkau berbuat kerusakan di muka bumi.” (QS Al-Baqarah : 11)

2. Lafadh-lafadh yang dengan tegas bermakna larangan (mengharamkan).

Misalnya :  حَرَّمَ،   نَهَى،
Firman Allah SWT:

حُرِّمَتْ عَـلَيْكُمْ أُمَّهتُكُمْ وَبَنَا تُكُمْ

“Diharamkan bagi kamu ibu-ibumu dan anak-anak perempuanmu.” (QS. An Nisa’ : 23)

وَيَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ

"dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.” (QS An Nahl :90)

c. Kaidah an-Nahyu.
1. Nahi Menunjukkan Haram.

اَلْاَصْلُ فِى النَّهْيِ لِلتَّحْرِيْمِ

“Pada asalnya nahi itu menunjukkan haram”.

Menurut jumhur ulama, berdasarkan kaidah ini, apabila tidak ada dalil yang memalingkan nahi, maka tetaplah ia menunjukkan hukum haram.

Misalnya:  Jangan shalat ketika mabuk, Jangan mendekati perbuatan zina.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ

“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, “ (QS. An Nisa’ (4): 43)

Kadang-kadang nahi (larangan) digunakan untuk beberapa arti (maksud) sesuai dengan perkataan itu, antara lain :

a. Karahah (الكراهه  )
Misalnya :

ولا تصلوا فى اعطا ن الابل (رواه احمد والترميذ
                           
“Janganlah mengerjakan shalat di tempat peristirahatan unta.”(HR. Ahmad dan at-Thirmidzi)

Larangan dalam hadits ini tidak menunjukkan haram, tetapi hanya makruh saja, karena tempatnya kurang bersih dan dapat menyebabkan shalatnya kurang khusyu’ sebab terganggu oleh unta.

b. Do’a (الدعاء )
Misalnya :

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد اذ هد يتنا (ال عمران :۸

“Ya Tuhan kami! Janganlah Engkau jadikan kami cenderung kepada kesesatan setelah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (QS. Ali Imran : 8)

Perkataan janganlah itu tidak menunjukkan larangan, melainkan permintaan hamba kepada Tuhanya.

c. Irsyad ( الارشاد) artinya bimbingan atau petunjuk.
Misalnya :

يا ايها الذين امنوا لا تسئلوا عن اشياء ان تبد لكم تسؤكم (المئدة :۱۰

"Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menanyakan hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan memberatkan kamu.” (QS. Al-Maidah : 101)

Larangan ini hanya merupakan pelajaran, agar jangan menanyakan sesuatu yang akan memberatkan diri kita sendiri.

d. Tahqir (التحقير ) artinya meremehkan atau menghina.
Misalnya :

لاتمد ن عينك الى ما متعنا به ازوا جا منهم (الحجر :۸۸

“Dan janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang kafir).” (QS.al-Hijr : 88)

e. Tay’is (التيئيس ) artinya putus asa.
Misalnya :

لاتعتذ ر وااليوم (التحريم :۷

“Dan janganlah engaku membela diri pada hari ini (hari kiamat).” (QS.at-Tahrim : 7)

f. Tahdid ( التهديد) artinya mengancam.
Misalnya :

لاتطع امرى

“Taidk usah engkau turuti perintah kami.”

g. I’tinas   ( الائتناس ) artinya menghibur.
Misalnya :

لاتحزن ان الله معنا (التوبة :٤۰

“Jangan engkau bersedih, karena sesungguhnya Allah beserta kita .”

2. Larangan Sesuatu, Suruhan bagi Lawannya.

اَلنَّهْيُ عَنِ الشَّيْئِ اَمْرٌ بِضِدِّهِ

“Larangan terhadap sesuatu berarti perintah akan kebalikannya”.

Contoh: Firman Allah Swt.

لاَ تُشْرِكْ بِاللهِ (لقمـان: 13

“Janganlah kamu mempersekutukan Allah … (QS. Luqman, 13)

Ayat ini mengandung perintah mentauhidkan Allah Swt, sebagai kebalikan larangan mensekutukan-Nya.

3. Larangan yang Mutlak.

اَلنَّهْيُ اْلمُطْلَقُ يَقْتَضِى الدَّوَامِ فِى جَمِيْحِ اْلاَزِمِنَةِ

“Larangan yang mutlak menghendaki berkekalan dalam sepanjang masa”

Dalam suatu larangan yang berbentuk mutlak, baik membawa kebinasaan maupun menjauhinya, baru mencapai hasil yang sempurna, apabila dijauhi yang membinasakan itu selama-lamanya. Misalnya: Perkataan orang tua pada anaknya, “Jangan dekati singa itu” untuk melepaskan diri dari kebinasaan.

4. Larangan dalam Urusan Ibadah.

النَّهْيُ يَدُّلُ عَلَى فَسَدِ اْلمُتْهِيٌّ عَنْهُ فِى عِبَادَاتِ

“Larangan menunjukkan kebinasaan yang dilarang dalam beribadah”.

Untuk mengetahui mana yang syah dan mana yang batil dalam urusan ibadah, harusnya setiap orang itu mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.

5. Larangan dalam Urusan Mu’amalah.

اَلنَّهْيُ يَدُّلُ عَلَى فَسَدِ اْلمُتْهِيٌّ عَنْهُ فىِ اْلعُقُوْد

“Larangan yang menunjukkan rusaknya perbuatan yang dilarang dalam ber’aqad”

Misalnya menjual anak hewan yang masih dalam kandungan ibunya, berarti akad jual belinya tidak sah. Karena yang diperjualbelikan tidak jelas dan belum memenuhi rukun jual beli.

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang pengertian nahi munkar (larangan), bentuk kata nahi, Kaidah nahi dan contohnya. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

1 komentar:

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.