Senin, 23 April 2018

Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi Selama Isra’ Mi’raj

Peristiwa-Peristiwa yang Terjadi Selama Isra’ Mi’raj Rasulullah Saw
1. Melihat Sosok Asli Malikat Jibril.
Jibril membimbing Rasulullah Saw kesebuah batu besar, tiba-tiba Rasul melihat tangga yang sangat indah, pangkalnya di Maqdis dan ujungnya menyentuh langit.Kemudian Rasulullah Saw bersama Jibril naik tangga itu menuju kelangit tujuh dan ke Sidratul Muntaha.

وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ . عِندَ سِدْرَةِ ٱلْمُنتَهَىٰ . عِندَهَا جَنَّةُ ٱلْمَأْوَىٰٓ . إِذْ يَغْشَى ٱلسِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ . مَا زَاغَ ٱلْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ . لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ ءَايَٰتِ رَبِّهِ ٱلْكُبْرَىٰٓ

“Dan sesungguhnya nabi Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, yaitu di Sidratul Muntaha.Di dekatnyaada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratull Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya.Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dariyang dilihatnya itu dan tidakpula melampauinya.Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.” (QS. An Najm : 13 – 18).

Dikatakan bahwa Muhammad telah melihat wujud asli dari Malaikat Jibril yang memiliki sayap sebanyak 600 sayap.

وَلَقَدْ رَءَاهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ

“Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain," (QS. An-Najm 53:13)

الشَّيْبَانِيُّ قَالَ سَأَلْتُ زِرَّ بْنَ حُبَيْشٍ عَنْ قَوْلِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ { فَكَانَ قَابَ قَوْسَيْنِ أَوْ أَدْنَى } قَالَ أَخْبَرَنِي ابْنُ مَسْعُودٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأَى جِبْرِيلَ لَهُ سِتُّ مِائَةِ جَنَاحٍ

Asy-Syaibani berkata: "Aku menanyai Zirr bin Hubaisy tentang firman Allah Azza wa Jalla, maka jadilah dia dekat dua ujung busur panah atau lebih dekat (An-Najm, 53: 9). Dia menjawab: “Telah mengabariku Ibnu Mas’ud bahwasanya Nabi telah melihat (bentuk asli) Jibril. Ia memiliki 600 sayap.” (HR. Muslim).

2. Sampai di Sidratul Muntaha Menggunakan Buraq.
Menurut berbagai riwayat, ketika itu Nabi menaiki Buraq.Ketika Nabi tiba di langit dunia, berkatalah Jibril kepada penjaga langit, “Bukalah.”Penjaga langit itu bertanya, “Siapakah ini?”Ia (Jibril) menjawab, “Ini Jibril.” Penjaga langit itu bertanya, “Apakah Anda bersama seseorang?” Ia menjawab, “Ya, aku bersama Muhammad Saw.” Penjaga langit itu bertanya, “Apakah dia diutus?” Ia menjawab, “Ya, ketika penjaga langit itu membuka, kami menaiki langit dunia. Di sana dijumpainya Nabi Adam yang dikanannya berjejer para ruh ahli surga dan di kirinya para ruh ahli neraka. Perjalanan diteruskan ke langit ke dua sampai ke tujuh.Di langit ke dua dijumpainya Nabi Isa dan Nabi Yahya.Di langit ke tiga ada Nabi Yusuf Nabi Idris dijumpai di langit ke empat. Lalu Nabi Saw. bertemu dengan Nabi Harun di langit ke lima, Nabi Musa di langit ke enam, dan Nabi Ibrahim di langit ke tujuh. Di langit ke tujuh dilihatnya Bayt al-Ma’mur, tempat 70.000 malaikat salat tiap harinya, setiap malaikat hanya sekali memasukinya dan tak akan pernah masuk lagi.

Sidratul Muntaha berasal dari kata sidrah dan muntaha. Sidrah adalah pohon bidara, sedangkan muntaha berarti tempat berkesudahan, sebagaimana kata ini dipakai dalam ayat berikut:

ثُمَّ يُجْزَىٰهُ ٱلْجَزَآءَ ٱلْأَوْفَىٰ . وَأَنَّ إِلَىٰ رَبِّكَ ٱلْمُنتَهَىٰ

"Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna, dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)." (QS. An-Najm, :41-42)

Dengan demikian, secara bahasa Sidratul Muntaha berarti pohon Bidara tempat berkesudahan.Disebut demikian karena tempat ini tidak bisa dilewati lebih jauh lagi oleh manusia dan merupakan tempat diputuskannya segala urusan yang naik dari dunia di bawahnya maupun segala perkara yang turun dari atasnya. Istilah ini disebutkan sekali dalam al-Qur’an, yaitu pada ayat:

عِندَ سِدْرَةِ ٱلْمُنتَهَىٰ 

"(yaitu) di Sidratul Muntaha." (QS. An-Najm, 53:14)

Sidratul Muntaha digambarkan sebagai pohon bidara yang sangat besar, tumbuh mulai langit ke-6 hingga langit ke-7. Dedaunannya sebesar telinga gajah dan buah-buahannya seperti bejana batu, sebagaiman Hadis:Dari Anas bin Malik, dari Malik bin Sha’sha’ah, dari Nabi. Diapun menyebutkan hadis Mi’raj, dan di dalamnya: “Kemudian aku dinaikkan ke Sidratul Muntaha”. Lalu Nabi mengisahkan: “Bahwasanya daunnya seperti telinga gajah dan bahwa buahnya seperti bejana batu”. Hadits telah dikeluarkan dalam ash Shahihain dari hadis Ibnu Abi Arubah.Hadits riwayat Baihaqi.

Jika Allah memutuskan sesuatu, maka “bersemilah” Sidratul Muntaha sehingga diliputi oleh sesuatu, yang menurut penafsiran Ibnu Mas’ud ra, adalah “permadani emas”.Deskripsi tentang Sidratul Muntaha dalam hadis hadis tentang Isra’ Mi’raj tersebut menurut sebagian ulama hanyalah berupa gambaran sebatas yang dapat diungkapkan kata-kata.
Baca Juga :
1. Pengertian Isra’ Mi’raj dan Dalil yang Berkaitan dengan Peristiwa Isra’ Mi’raj
2. Proses Terjadinya Isra’ Mi’raj dan Tanggapan Masyarakat Tentang Isra’ Mi’raj
3. Rahasia Dibalik Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW

3. Singgah di Baitul Ma’mur.
Baitul ma’mur, tempat Allah Swt. menurunkan al-Qur’an dengan sifatNya al-Aziz (keseluruhan secara lengkap, Allah Swt sudah mengetahui segala kejadian) yang kemudian dilanjutkan sifat-Nya Ar Rahim, (melalui malaikat Jibril ke Rasulullah di bumi, dengan bertahap). Di sini Rasulullah diberikan 3 pilihan minuman yaitu susu, madu, dan khamr surga yang tidak memabukkan. Pilihan Rasulullah akan menjadi takdir bagi umat beliau. Beliau memilih susu, maka “Engkau memilih untukmu dan umatmu dalam keadaan fitrah”, yaitu umat Islam dapat kembali suci. Berbeda dengan umat terdahulu yang jika berdosa maka diberikan azab.

Umat Islam dapat kembali suci di bulan Ramadhan, bulan pembakaran, yang dapat menggugurkan dosa, menjadi suci seperti baru dilahirkan. Pembakaran jiwa, agar menjadi lunak dan mudah dibentuk menjadi bentuk yang terbaik di sisi Allah Swt, yaitu takwa. Doa minal aidin wal faizin, bukan dari Rasulullah Saw, bermakna “Semoga Allah menjadikan engkau kembali suci dan menjadi pemenang”.

4. Melihat Allah.
Untuk hal ini terdapat beda pendapat di kalangan ulama, apakah Nabi Muhammad Saw., pernah melihat Tuhannya? Jika pernah apakah beliau melihatNya dengan mata kepala atau mata hati? Masing-masing memiliki argumennya sendiri. Di antara yang berpendapat bahwa beliau pernah melihatNya dengan mata hati antara lain Baihaqi, al-Hafizh Ibnu Katsir dalam

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي ذَرٍّ لَوْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَسَأَلْتُهُ فَقَالَ عَنْ أَيِّ شَيْءٍ كُنْتَ تَسْأَلُهُ قَالَ كُنْتُ أَسْأَلُهُ هَلْ رَأَيْتَ رَبَّكَ قَالَ أَبُو ذَرٍّ قَدْ سَأَلْتُ فَقَالَ رَأَيْتُ نُورًا

Tafsirnya, dan Syaikh al-Albani berdasar riwayat Dari Abdullah bin Syaqiq, ia telah bersabda: Aku bertanya kepada Abu Dzar: “Seandainya aku melihat Rasulullah, pasti aku akan menanyainya.” Lantas dia berkata: “Tentang sesuatu apa?” Aku akan menanyainya: “Apakah baginda melihat Tuhan baginda?” Abu Dzar berkata: “Aku telah menanyainya, kemudian beliau jawab: “Aku telah melihat cahaya”. (HR. Muslim)

5. Menerima Perintah Shalat.
Di Sidrat al-Muntaha ini Nabi Muhammad Saw. mendapatkan perintah shalat 5 waktu. Perintah melaksanakan shalat tersebut pada awalnya adalah 50 kali setiap harinya, akan tetapi karena pertimbangan dan saran Nabi Musa serta permohonan Nabi Muhammad Saw., sendiri, serta kasih dan sayang Allah Swt, jumlahnya menjadi hanya 5 kali saja. Diantara hadis mengenai hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud ;

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ أُمِرَ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِخَمْسِينَ صَلَاةً فَنَازَلَ رَبَّكُمْ أَنْ يَجْعَلَهَا خَمْسَ صَلَوَاتٍ

Dari Ibnu Abbas, ia telah berkata: “Nabi kalian diperintah lima puluh kali shalat (sehari semalam), kemudian beliau meminta keringanan Tuhan kalian agar menjadikannya lima kali shalat.” (HR. Ibnu Majjah)

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ لَمَّا أُسْرِيَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْتُهِيَ بِهِ إِلَى سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى وَهِيَ فِي السَّمَاءِ السَّادِسَةِ إِلَيْهَا يَنْتَهِي مَا يُعْرَجُ بِهِ مِنْ الْأَرْضِ فَيُقْبَضُ مِنْهَا وَإِلَيْهَا يَنْتَهِي مَا يُهْبَطُ بِهِ مِنْ فَوْقِهَا فَيُقْبَضُ مِنْهَا قَالَ { إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى } قَالَ فَرَاشٌ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ فَأُعْطِيَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثًا أُعْطِيَ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسَ وَأُعْطِيَ خَوَاتِيمَ سُورَةِ الْبَقَرَةِ وَغُفِرَ لِمَنْ لَمْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ مِنْ أُمَّتِهِ شَيْئًا الْمُقْحِمَاتُ

Dari Abdullah dia berkata, "Ketika Rasulullah Saw diisra'kan maka beliau dihentikan di Sidrah al-Muntaha, (yaitu tempat) yang terletak di langit keenam. Sesuatu yang naik dari bumi akan bermuara di sana dan ditahan padanya. Dan sesuatu dari atasnya berhenti padanya, lalu ditahan padanya." Allah berfirman: '(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya) ' (Qs. An Najm: 16). Abdullah berkata lagi, "Yaitu hamparan dari emas." Dia berkata lagi, "Lalu Rasulullah Saw diberi tiga hal: shalat lima waktu, ayat-ayat penutup surat al-Baqarah, dan diampuni dosa-dosa besar milik orang yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu pun dari kalangan umat beliau." (HR. Muslim).

Demikianlah sahabat bacaan madani ulasan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi selama Isra’ Mi’raj. Sumber buku Ilmu Kalam Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com semoga bermanfaat. Aamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.